Cerpen

Berkeliling di Hari Raya 




Karya: M. Rizki Putra M.
Kelas: IX-7



          Pada libur lebaran tahun 2011, aku dan keluargaku ingin mencoba perjalanan baru. Pejalanan yang belum pernah kami lakukan sebelumnya yaitu perjalanan backpacking ditambah dengan mengisi libur lebaran di jalanan.

          Perjalananku dimulai pada hari ‘H’ lebaran, seperti biasa kami sekeluarga bangun pagi-pagi supaya tidak terlambat untuk melaksanakan shola ied di halaman masjid dekat rumah. Setelah mandi dan menunaikan sholat subuh, aku bersama ayahku pergi duluan ke masjid dan disusul oleh ibu dan kakak-kakakku. Setelah selesai sholat kami pergi ke rumah tetangga untuk saling meminta maaf karena hari ini adalah hari yang suci. Setelah itu karena kami sudah lapar, kami langsung menyantap ketupat, opor ayam, sambal goreng kentang, dan rendang yang sudah menanti dari tadi. Setelah makan kami langsung bersiap-siap pergi ke Bekasi untuk menemui saudara disana. Kami pergi pagi-pagi untuk menghindari kemacetan, tapi tidak seperti yang kami harapkan ternyata kami terjebak macet setelah keluar gerbang tol Cikarang Utama, perjalanan yang seharusnya dua jam, saat itu kami lalui dengan tiga jam lebih. Panasnya bekasi langsung menyambut kedatangan mobil kami saat keluar tol Bekasi Barat dan akhirnya kami sampai di rumah salah satu saudara kandung dari ibuku. Disana sangat ramai karena hampir semua saudara kandung dari ibuku berkumpul di rumah tersebut. Disana kami saling meminta maaf, membicarakan banyak hal, makan siang, dan yang paling aku tunggu-tunggu adalah pembagian THR (tunjangan hari raya), karena hampir semua saudara yang sudah bekerja membagikan uang THR ke anak-anak. Kami menginap satu malam disana, mungkin karena belum terbiasa saya merasa kepanasan sampai keringat ditubuh saya keluar sangat banyak. Keesokan harinya, kami berpamitan dengan orang rumah . kami pergi pagi-pagi sekali agar terhindar dari kemacetan.


          Perjalanan dilanjutkan dengan pergi menuju Jatibarang, rumah kakak dari ayahku. Untuk mencapai kesana dari Bekasi, kami harus melalui jalur Pantura (Pantai Utara), jalan yang baru pertama kali aku lewati. Karena ayahku sudah lama tidak melewati jalan tersebut, kami sempat tersesat sampai tiga kali! Tapi karena kami menggunakan aplikasi Google Maps kami bisa kembali ke jalan yang benar. Setelah enam jam perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya kami tiba di rumah yang tidak terlalu besar tapi luas halamannya. Saya senang bertemu saudara dari ayahku, karena aku sudah lama tidak bertemu mereka. Saat turun dari mobil saya langsung disambut oleh Adi. Dia beda satu tahun dariku tapi dia memanggilku om, kenapa? yaaa…eumm… sulit untuk dijelaskan. Saat disana aku bersama saudara yang lainnya berkunjung ke stasiun kereta api. Karena jaraknya tidak terlalu jauh, ksmi berjalan kaki untuk menuju kesana, ya hitung-hitung sekalian olahraga.  Disana kami melihat layar yang sangat besa, layar itu menunjukan kereta/kargo yang akan menuju ke Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu kami juga melihat kereta yang mondar-mandir kesana-kemari. Tapi sayang sekali waktu kami hanya sebentar, sebab aku sekeluarga harus melanjutkan perjalanan ke Ciamis, kami tidak mau terlalu malam saat sampai disana. Kami melanjutkan perjalanan ke Ciamis, perjalanan yang sangat jauh dan cukup melelahkan kea arah selatan. Perjalanan yang melewati jalan to, menembus gunung, dan melewati pedesaan di malam hari. Untuk mengurangi rasa lelah kami bermain tebak-tebakan, bercerita hantu tapi lucu, dan pada akhirnya semua yang ada tertidur pulas di mobil kecuali aku dan ayah, sampai-sampai ibuku mendengkur saat tidur. Aku tidak tidur karena diberi tugas oleh ayah untuk menjadi navigator, tapi saking mengantuknya aku, akhirnya aku tertidur juga. Sesampainya disana, aku dibangunkan oleh ibuku, aku masih sangat mengantuk dan aku hanya salam ke beberpa orang saja. Aku langsung menuju kamar yang ditentukan oleh tanteku umtuk melanjutkan tidurku. Keseokan harinya, setelah mandi dan sarapan, aku diajak oleh saudaraku pergi ke gunung untuk melihat perkebunan yang katanya milik ayahku. Aku menyetujuinya, lalu aku, ayahku, kedua kakakku, Sisi saudaraku, dan Mas Ginanjar saudaraku yang lain, langsung pergi kesana. Perjalanannya tidak terlalu jauh, hanya dua puluh menit dari rumah bibiku. Ditengah perjalanan aku berkata pada ayahku, “yah bukain aja ya jendelanya, kan udaranya seger.’’ ayahku menjawab “iya sok aja.” Saat kubuka jendelanya udara dingin gunung di pagi hari menghembus pelan dari kaca mobil yang tebuka. Saat tiba disana aku diberi tahu oleh ayah bahwa ia memiliki setengah hektar kebun jati, setengah hektar kebun aren, dan satu hektar kebun umbi0ubmbian, jadi totalnya ayahku memiliki dua hektar kebun. Disana pemandangannya sangat indah, aku tak henti-hentinya melihat alam sekitar. Tapi sayang, waktu kami hanya sebentar karena ibuku dan saudara yang lain sudah menunggu di makam kakek dan nenekku. Sebelum kami menyusul ibuku dan yang lain, kami mengalami kejadian yang mendebarkan, mencemaskan, sekaligus lucu. Saat itu ayahku memutar balikan arah mobil, saat disuruh mundur, mobilnya hampir terperosok ke jurang, untung saja ayahku dengan sigap menginjak rem, lalu saudaraku menyimpan batu yang tidak terlalu besar di belakang ban mobil, lalu menyuruh ayahku untuk maju, tapi saat ayahku menekan gas, mobil itu malah mundur! Kami semua panik, untung saja tidak masuk ke dalam jurang. Setelah itu ayahku mencobanya sekali lagi tapi saat digas mobil itu tetap mundur. Kami berfikir keras saat itu, lalu tiba-tiba ayahku tertawa terbahak-bahak, kami heran ada apa dengan dia? Lalu dia memanggilku dan menunjukan sesuatu padaku, ternyata dia menunjukan perseneling yang berada di ‘R’ (mundur) dan seharusnya berada di ‘D’ (maju) “HAHAHAHAHAHA” suara tawaku yang sangat keras, lalu ayahku berkata “ya iyalah, bagaimana bisa maju kalau persenelingnya di ‘R’?”. Setelah itu kami langsung menyusul ibuku ke makam kakek dan nenekku, disana kami hanya sebentar, cuman mendoakan mereka saja dan berfoto bersama. Setelah itu kami pulang ke rumah tanteku untuk makan siang. Karena perutku sudah berteriak minta diisi, aku langsung menyerbu ikan goreng, sambal goreng kentang dan lotek. Balakangan ini ,saat makan ake merasa ada yang beda, aku seperti sangat menikmati makananku, apa mungkin karena saudaraku? Atau ada hal lain? Entahlah aku tidak terlalu memikirkan hal itu, yang penting aku sangat senang menjalani liburan kali ini. 

Lalu kami istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan kami. Setelah istirahat kami berpamitan dengan orang rumah, rasanya sedih harus meninggalkan mereka, ya tapi show must go on, perjalanan harus tetap dilanjutkan. Di perjalanan pulang kami mendapat berita bahwa di daerah Gentong terjadi kemacetan panjang, jadi kami putuskan untuk berbelok kearah Garut sambil mampir di pantai Santolo. Disana kami melihat hamparan batu karang yang sangat indah ditambah lautnya yang berwarna biru seakan menambah keasrian pantai tersebut. Sayang, kami tidak bisa lama-lama disana, karena takut terlalu malam. Karena seluruh keluargaku belum ada yang pernah melewati jalan ini, akhirnya ibuku bertanya kepada seorang pemuda debgan memakai bahasa sunda “kang punten bade naros, upami bade ka Bandung liwat mananya?” lalu ia menjawab “oh, di parapatan payun belok ka kanan, teras pengkolan ka hiji belok ka kiri, teras lempeng we bu nuturkeun jalan.”hatur nuhun nya kang” kata ibuku “sami-sami” jawabnya. Lalu kami pergi sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh pemuda tersebut, di perempatan belok kanan, belokan pertama belok kiri. Lalu ayahku kaget ternyata kami memasuki daerah pegunungan dengan jalan kecil berbatu. Malam pun datang ditambah hujan yang semakin deras, jalanan saat itu sangat gelap dan semakin lama jalanannya semakin sempit. Kami beusaha bermain tebak-tebakan untuk mengusir rasa bosan. Sedang asyik-asyiknya bermain, tiba-tiba mobil kami terperosok ke lubang di jalan yang becek, untung saja hanya ban belakang sebelah kanan yang masuk ke lubang tersebut. Ayahku berusaha keras untuk mengeluarkan ban tersebut tetapi usahanya sia-sia. Akhirnya ada beberapa pengguna jalan yang membantu kami, dua puluh menit sudah kami berjibaku untuk mengeluarkan ban tersebut dari sana dan akhirnya usaha kami membuahkan hasil, mobil kami berhasil keluar dari lubang tersebut. Ayahku berterima kasih kepada para pengguna jalan yang membantu kami dan kami melanjutkan perjalanan. Satu jam lebih kami kami melaju tapi belum ada tanda-tanda yang menunjukan bahwa kami sudah dekat menuju Bandung. Lalu tiba-tiba kabut pun turun dari gunung yang membuat jarak pandang hanya berkisar lima meter. Kami terus melaju dengan hati-hati, perlahan tapi pasti dan akhirnya ayahku mengagetkanku “lihat dik! Itu kebun teh pangalengan, berarti kita sudah dekat nih!” lalu aku berkata “wah? Mana-mana? Oh iya, Alhamdulillah deh kalau sudah dekat mah” Mobil kami terus melaju… melaju… melaju sampai akhirnya ada gapura yang bertuliskan “Selamat datang di Soreang” itu artinya kami sudah sampai di Bandung. Saat sampai di rumah, kami menurunkan barang-barang yang ringan dan mudah dibawa dan sisanya akan diturunkan besok. Aku terduduk lemas kelelahan, aku melihat jam sekarang pukul satu malam, lalu aku pindah ke kamarku dan tidur dengan pulas. Itu adalah salah satu the best vacation of my life.


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



SSB SAINT PRIMA

Namaku Adam umurku 13, di saat ulang tahunku yang ke-14 aku ingin menunjukan bakatku dalam bidang olahraga, yaitu sepak bola. Jadi, aku meminta pada ayahku untuk memasukanku kedalam sekolah Sepak Bola SAINT PRIMA setelah merunding dengan ibu selama beberapa hari akhirnya ayahku menyetujui untuk memasukanku kedalam SSB Saint Prima.

Di Saint Prima saya latihan 3 kali seminggu, yaitu pada hari rabu, jum’at dan minggu kalau hari rabu dan jum’at saya latihan jam 2 siang sedangkan hari minggu jam 7 pagi. Di SMPN 3 Bandung ada juga yang SSB di saint prima yaitu Cartarava dan Gilang Nata Alam.

Di saat latihan pertama saya pergi bersama Cartarava menggunakan sepeda motor. Saat itu hujan deras mengguyur lapangan jadi kita simpan tas di dekat toko karena kita bermain di lapangan kedua yang lumayan jauh dari akademi, saya merasa gugup dan malu karena belum kenal satu sama lain, saya hanya kenal rava saja.

saya dilatih oleh pak Kamal dia pelatih yang baik, tidak suka marah. di latihan pertama kita bermain games 9 vs 9 di lapangan kecil walaupun
hujan deras, saya bermain sebagai di wing bek ternyata cape ya….. saya sangat senang kita bisa saling berkenalan di sana.




setelah 2-3 bulan latihan rava dan gilang tidak lagi latihan entah keluar atau malas, tapi saya masih punya temen baik bernama akbar di lahir tahun 99 tapi masih kelas 8, jadi yang lain nanti ada Pemantapan tapi dia gak L enak sekali yaa.. :P.

setelah latihan selama 4-5 bulan akhirnya tiba bulan penuh berkah yaitu bulan ramadhan, jadi kami latihan hanya hari rabu dan jumat saja pada jam 4 sore, jadi pas pulang ke rumah langsung buka :D saat latihan dibulan ramadhan ini saya sering mengalimi kram perut,,jadi saat bulan ramadhan saya hanya latihan sebentar saja.

setelah selesai bulan ramadhan saya kembali latihan, walaupun sempat mogok latihan beberapa kali, akhirnya ada pertandingan uji coba uji coba, uji coba pertama melawan rick sayati walaupun lapangan nya sama kaya saint prima tidak rata, tim saint prima membawa 3 tim,saya berada di tim 3 karena saya masuk di kategori baru.

di tim saint prima 1 melawan tim rick 1 kami berhasil mengalahkannya dengan skor 1-0, di tim 2 kami kembali menang dengan skor 3-2, akhirnya tim saya main ini laga debut saya di saint prima pertandingan pun berjalan dengan waktu 30 menit 2 babak, pritttt…peluit panjang di bunyikan, kick off babak ke pertama, saya bermain di posisi bek kanan, ternyata bermain bola 11 vs 11 dilapangan gede  itu sangat cape tidak seperti di PS yang tidak cape cape :D (hahaha), saya sudah tidak kuat untuk melanjutkan pertandingan, untung saja wasit meniup peluit panjang berakhirnya babak pertama. Di babak kedua kita tertinggal 2-0 untung goal Ilham dan Asep dapat menyamakan kedudukan sebelum peluit panjang berkahir di babak kedua, akhirnya laga debut saya berakhir dengan skor 2 vs 2.

setelah imbang melawan rick sayati , minggu depan kami ke cimahi untuk bertamu ke Panama FC, lapangan nya bagus, rata tapi sayangnya kebul, kami kembali membawa 3 tim, kali ini saya bermain duluan, saya berposisi di bek kanan, di gelandang bertahan ada CSku yaitu akbar, setelah bermain 30menit 2x babak tim saya kembali draw dengan skor 1-1, teman saya Akbar bisa mencetak gol penyelamat, padahal kita bisa menang besar tapi gara-gara ada keinginan menceteak goal jadi pada mararuk kabeh, di tim 2 dan 3 saint prima bisa menang dengan skor 3-0 dan 1-0.

setelah ke Cimahi, kami kembali latihan biasa belum ada rencana uji coba,akhirnya pada minggu kemarin ada uji coba di padalarang melawan giling wesi dan tim A-Hornas 1999 dan A-hornas 1998
dan lagi lagi kami membawa 3 tim, tim saya melawan giling wesi dan tim yang lain melawan A-hornas 99 dan 98,

 di Padalarang lapangan nya sangat rata, hawanya juga sejuk, lapangannya bersih kaya di luar negeri

kami bermain 30menit 2x babak seperti biasa, di babak kedua teman dekat saya akbar harus diganti karena gak kuat mau BAB jadi permainan kurang sempurna,dan lagi lagi tim kami DRAW dengan skor 3-3 oh, KECEWA…sedangkan tim saint prima yang melawan A-hornas 99 kalah dengan skor 4-1,,dan yang melawan a-hornas 98 kalah telak dengan skor 7-0.tapi kami bisa mendapat kan poto tim seperti di bawah ini



stelah uji coba kepadalarang, rencananya kita akan melawan saint prima angkatan 2000 pada hari minggu besok, kita harus menang masa kalah sama yang angkatannya di bawah kita ngeraukeun…


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

TERJATUH DARI SEPEDA MOTOR

        Tahun lalu aku bersama ketiga sahabatku yaitu Asri, Bisyarah, dan Karina bermain ke rumah ku, disana kami bermain dan belajar bersama. Kami bersenang-senang saat itu dan kebetulan Asri, Bisyarah, dan Karina adalah satu kelompok drama yang berbeda denganku. Lalu mereka memutuskan untuk latihan bersama di rumahku dan akhirnya mereka berlatih bersama di rumahku. Sebab aku bukan anggota kelompok mereka, aku hanya melihat mereka saja.
        Setelah menurut mereka latihan selesai anggota kelompok sahabatku memutuskan untuk beristirahat. Waktu istirahat itu mereka pergunakan untuk menghafalkan dialog drama tersebut. Namun sepertinya mereka kelaparan karna raut wajahnya yang sangat lelah dan akhirnya aku, Asri, Bisyarah, dan Karina pergi untuk membeli makanan.
        Kami pergi dengan menggunakan motor dan sisanya naik sepeda. Aku, Asri, dan Bisyarah menggunakan motor dan Karina menggunakan sepeda. Kami pergi ketempat biasa aku nongkrong bersama teman rumah ku. Dan kami pun sampai ke tempat tersebut, lalu Karina dan Bisyarah memesan makanan. Sedangkan aku dan Asri malah pergi berkeliling sembari menunggu makanan matang.
        Setelah kami berdua puas berkeliling kami kembali pada Karina dan Bisyarah. Sebelum aku dan Asri sampai ke tempat itu Asri mengajakku untuk mengajarkan dia mengemudikan motor. Sebenarnya aku tak mau karna badanku yang belum kuat menahan beban Asri dan motor jika harus mengajarkan, namun Asri terus memohon aku untuk mengajarkannya. Karna aku kasian pada Asri aku memutuskan untuk mengarkannya dengan wajahku yang sangat tegang dan pucat.
        Setelah itu Asri mengemudikan motor dengan senang hati dan dia membawa motor dengan agak kencang lalu aku mulai khawatir dan aku terus menawarinya untuk aku saja yang mengemudikannya.Setelah beberapa putaran motor masih stabil namun saat Asri ingin memutar balikan motor tiba-tiba motor agak oleng dan celakanya dia terus menancap gas saat motor di belokan.
        Dan brugg motor terjatuh. Kakiku tepat di bawah knalpot motor yang sangat panas. Mulanya aku belum merasakan panas dan aku belum bangun dari motor itu. Dan setelah ada yang menolongku memberdirikan motor aku mulai merasakan perih di kaki kananku.Lalu ku liat dan aku kaget karna melupasnya kulit kaki aku dan sialnya itu bukan hanya mengelupas karna lapisan daging kaki aku ikut matang terbakar knalpot motor tersebut.
        Lalu aku menelpon Karina dan Bisyarah untuk datang ketempat kejadian dan membawa motor pulang. Tapi sebelum itu karna aku takut di marahi ibuku yang sangat menentang aku mengendarai motor memutuskan untuk diam di tempat penjual makanan yang masih memasak makanan yang aku pesan. Untungnya di depan rumah makan itu ada apotik dan Asri membelikanku betadin,mereka menumpahkan betadin itu langsung di kakiku.Dan itu rasanya sangat perih dan secara tidak sengaja aku menjerit kencang dengan mengeluarkan air mata.
        Dan akhirnya makanan matang semua. Lalu kami pulang dan aku bingung aku tak mau jalan tetapi akupun tak mau menaiki motor karna aku takut kaki ku tergores lagi.Dengan rasa perih aku memutuskan untuk berjalan dengan pelan.
        Setelah sampai dirumah aku tak berani bilang pada orang tua aku dan aku hanya pada bilang pada teman aku. Parahnya teman aku bukannya khawatir tetapi mereka malah menertawakan aku karna ekspresi muka aku yang sangat merah sebab menahan sakit. Dan aku mulai kesal pada Asri karna mungkin dia sangat bersalah pada aku dan dia terus saja meminta maaf pada ku. Namun karna dia adalah sahabat aku jadi aku tidak berani marah padanya. Lalu aku haya bias tersenyum sebari menahan sakitnya kaki ku yang terus mengeluarkan air dari dalam daging kaki ku yang sangat merah kematangan.

SELESAI
Oleh : Ajeng Tanjiah
  

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Nama :  Alief Purwa  A.

Tragedi 17 Agustus

Pagi hari di tanggal 17 Agustus tahun 2008, saat menginjak awal kelas 3 SD aku bangun di pagi hari yang cerah itu. Aku berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan muka, menggosok gigi dan berwudhu. Aku masih bisa shalat karena itu masih pukul 05.30 pagi. Setelah selesai shalat aku menonton tv, menonton beberapa kartun pagi yang menurutku menarik. Tak lama kemudian Ibuku menyuruhku sarapan, Dia menyiapkan nasi goreng kesukaanku yang biasa dia masak di hari libur. Lalu dia menyuruhku mandi dan bersiap-siap untuk mengkuti beberapa lomba yang digelar para pemuda di RT tempat ku tinggal. Lomba pertama adalah lomba balap karung. Lomba ini dibagi menjadi tiga kategori usia, pertama TK – kelas 2 SD, lalu kelas 3-6 SD, dan kategori SMP. Aku mengikuti kategori sesuai umurku pada saat itu. Aku tidak mendapat juara, karena aku memang tidak pandai untuk mengikuti lomba balap karung itu. Setelah itu Ada lomba balap kelereng untuk usia TK-2 SD. Lalu, ada lomba balap makan kerupuk. Lomba tersebut di bagi menjadi 3 kategori usia seperti lomba balap karung. Aku memenang lomba tersebut. Lomba ke 4 adalah lomba memasukan paku ke botol untuk usia TK-2 SD. Setelah itu perlombaan diistirahatkan sampai pukul 03.30 sore karena sudah pukul 12.00.
Aku memanfaatkan waktu tersebut untuk shalat dzuhur, makan siang dan bermain playstation yang di berikan bapakku sebagai hadiah ulang tahun. Aku bermain game sepak bola berjudul ”wininning eleven”. Aku bermain sampai pukul 02.00, lalu aku tidur siang untuk mengistirahatkan tubuhku yang kelelahan. Aku bangun sekitar pukul 03.00 dan melanjutkan untuk bermain sepedah sejanak, sampai adzan ashar aku berhenti dan melaksanakan shalat ashar. Lomba dilanjutkan dengan acara futsal bapak bapak. Bapakku tidak ikut, karena sedang kurang sehat. Pertandingan berlangsung selama 2x25 menit. Pertandingan tersebut berlangsung sangat seru. Kedua tim terlihat saling jual beli serangan. Pertandingan di menangkan oleh tim A dengan skor 13-10. Lomba selanjutnya adalah lomba galah asin untuk usia 3 SD- 2 SMP. Aku tergabung di tim C. perlombaan itu sendiri diikuti kurang lebih 4 Tim. Setiap tim terdiri dari 5 orang anak. Di babak pertama timku menang 3-1 atas tim A, di final timku melawan tim B. Timku Kalah, tapi kami masih bangga karena berhasil masuk babak final. Perlombaan ditutup dengan paway sepeda. Aku mengikuti paway ini. Jalur yang ditempuh adalah jalur utama perumahan dan jalur luar perumahan. Di awal awal kegiatan masih terkendal. Kami semua dengan riang menyusuri jalan jalan di perumahan dan di pandu oleh panitia. Tak berapa lama jalur utama perumahan berakhir dan masuk jalur luar perumahan menuju komplek TKI. Di perjalanan kami sempat beberapa kali berhenti karena kelelahan. Panitia memutuskan untuk kembali ke perumahan ketika kami berhenti untuk ke 5kalinya. Kami sampai di perumahan kembali pada pukul 05.45 sore. Pada saat itu anak anak masih beramian sepedah. Namun naas sepeda yang aku tumpang melindas batu yang cukup besar dan aku terjatuh cukup keras kedalam selokan yang sedang kering. Aku tidak sadarkan diri sesaat dan saat sadar aku sudah melihat pergelangan tanganku patah membentuk huruf “S”. aku langsung dibawa ke ahli tulang langganan keluarga yang biasa di pakai oleh keluarga bila ada anggota keluarga yang keseleo. Saat diobati aku menangis kesakitan sangat keras di tempat tersebut. Sesampainya di rumah aku memilih masuk kamar dan langsung tidur untuk melupakan rasa sakit tersebut. Begitulah cerita 17 Agustusku yang menyenangkan sekaligus menyakitkan.

TAMAT

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Liburan Bersama Ayah

Hari libur sudah dekat semua orang bersemangat menyambutnya. Hari dimana aktifitas yang kita lakukan di tunda sejenak untuk meluangkan waktu dengan kerabat dan keluarga. Rasanya itu adalah hari yang paling menyenangkan bagiku ,kali ini hari libur bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Sehingga aku pun berencana berlibur mengunjungi kakek dan nenek di Dago.
        Hari itu ayah dan aku pun pergi untuk mengunjungi kakek dan nenek, sayangnya ibu tidak ikut serta karna ibu lebih memilih berkumpul dengan kerabat di rumah. “Ya tak apa, lagi pula kami takan lama mengunjungi kakek”. Beberapa jam setelah menempuh perjalanan akhirnya aku dan ayah sampai di rumah kakek. Kami bersilaturahmi dan bercakap-cakap dengan kakek dan nenek, sudah lama sekali aku tidak mengunjungi kakek, aku senang sekali karna pada kali ini aku bisa bertemu dengan kakek dan bisa meihat-lihat lingkungan sekitar dago lagi. Tak lama setelah aku berjalan melihat-lihat lingkungan sekitar, ayah mengajakku untuk pulang ,padahal aku masih ingin disini . Kami pun pamit dan bergegas pulang .
         
        Saat perjalanan pulang ayah berkata padaku “bagaimana jika sekarang kita pergi ke lembang ?”. aku pun  sontak berkata “ya,ya aku mau “.akhirnya aku dan ayah memutuskan untuk pergi ke lembang . namun aku tak tau ayah akan membawaku ke tempat apa , aku berfikir mungkin saja ayah akan membawaku ke gunung sangkuriang ,karna gunung itu merupakan gunung yang terkenal di jawa barat dan menjadi tempat wisata yang banyak di kunjungi orang luar ,semoga saja ayah membawaku ke sana. Aku dan ayah sudah menempuh perjalanan cukup lama rasanya ingin sekali cepat-cepat sampai ke tempat yang akan ayah tunjukkan kepadaku. Beberapa jam kemudian kami sampai aku sangat senang karna tempat yang kami tuju adalah gunung sangkuriang . Kami pun bergegas menuju kawah gunung itu .

Kami pun berfoto untuk di jadikan kenang-kenangan . Tak lupa kami pun melihat kios-kios yang ada di sana dan membeli cenderamata untuk oleh-oleh.setelah itu kami diam sejenak untuk beristirahat dan membeli makanan ringan untuk mengganjal perut . Sudah sekitar tiga jam kami melihat-lihat keindahan gunung ini akhirnya kami pun bergegas pulang karna hari sudah sore, mungkin ibu sudah menunggu di rumah karena kami lama mengunjungi kakek dan tidak memberitahu ibu bahwa kami pergi bermain ke lembang. Aku takkan pernah lupa dengan pengalamanku bermain dengan ayah ini, karena ini pengalaman yang sangat berkesan bagiku .

                                                                Karya :Anisa Alfi F IX-7


 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Pergi ke Yogyakarta

Seorang gadis, masih terlelap dengan selimut yang menutupi ujung kaki hingga kepalanya. Alarm berbunyi terus-menerus, tapi Ia tak bangun juga. Perkenalkan, namaku Anna Yuliani. Seorang pelajar dari SMPN 3 Bandung. Ada beberapa pendapat tentang sifatku. Well, aku hargai pendapat mereka. Memang, setiap manusia itu diberikan kekurangan dan kelebihan. Aku mempunyai sahabat yang bernama Niken, Angel dan Winsa.Hanya Winsa yang berbeda kelas denganku. Walau selalu ada masalah, kami tetap kompak.
          Matahari terbit, menerobos masuk melewati celah-celah jendela lalu membangunkan setiap jiwa. Menghirup udara sejuk dipagi hari dan mengawali setiap aktivitas. Cahaya yang menyilaukan itu membangunkanku. Mau tak mau, aku pun bangun dan mematikan alarm. Ya, ini akibat bergadang. Akhirnya aku bersiap-siap untuk pergi. Sesampainya di sekolah, teman-temanku ribut tentang hari esok. Karena, murid kelas delapan akan pergi ke Yogyakarta. Sepertinya, mereka sangat menanti hari itu. Dengan adanya pembicaraan love in Yogyakarta? Oh, aku tidak suka ini, tapi kalau yang lain, it’s ok. Hari itupun datang, menyiapkan segala keperluan. Aku pergi ke Tegalega diantar oleh Ibu untuk berkumpul dengan teman-teman disana sambil menunggu bis.
          Saat bis itu datang, kami bersorak gembira. Aku pamit pada Ibu karena sebentar lagi akan berangkat. Saat di dalam bis, aku duduk bersama  Niken. Tiba-tiba Citra datang.
“Hei, ini makanan buat kalian.” kata Citra sambil menyodorkan makanan yang berisi pisang goreng.
 “Oh, terimakasih Cit.” ucapku.
Di perjalanan, ada yang memberi usul “Kalian mau nonton film horror enggak? Aku bawa nih.” ucap salah satu teman. Kami semua setuju. Dua jam berlalu, film yang kami tonton berakhir. Hari sudah larut, kami tertidur karena kelelahan. Saat bangun, aku melihat tempat peristirahatan. Akhirnya, kami beristirahat di sana lalu melanjutkan perjalanan.Tak terasa waktu terus berjalan. Aku terbangun dan melihat jam menunjukkan pukul dua.
“Niken bangun. Kita disuruh ke bawah untuk mandi dan sarapan. Ayo, nanti penuh.” ucapku. Setelah selesai, lalu kami berbincang sejenak.
“Kita ke sana, yuk! Sepertinya, makanannya sudah siap.” Kata Angel. Sesudah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju Candi Borobudur.
“Bosen nih, nyalain musiknya biar enggak bosen!” ucap Yustika. Lantunan nada, canda dan tawa membuat aku merasa senang untuk mengabadikan momen ini dalam memoriku.

Sesampainya di candi, aku pun mengikuti teman-teman sampai ke candi paling atas. Di sana, terlihat pemandangan yang indah, udara yang sejuk dan ditemani dengan relief-relief pada dinding candi.
“Eh, foto bareng yuk! Nanti yang ngefotonya gantian.” kata Citra dengan semangat. Kami pun berfoto-foto di candi dan museumnya. Ada juga yang membeli oleh-oleh ala Candi Borobudur. Setelah itu, kami beristirahat. Dilanjutkan dengan perjalanan ke Candi Prambanan.
Sesampainya di Candi Prambanan,banyak sekali yang mengeluh “Panas banget, bisa-bisa kulit aku tambah hitam.” kata Ulya. Memang ini sudah menunjukkan tengah hari. Di sana, banyak sekali yang menyewa payung. Termasuk aku dan teman-teman.
“Kita sewa payung yuk! Dua saja cukup kok.” ucap Citra. Sebelum ke candinya, kami dipakaikan sarung karena ada peraturannya. Saat masuk, kami langsung melihat-lihat candi yang begitu banyak.
“Kalian mau naik ke candinya? Tapi, harus antri dan pakai helm.” kata Niken. “Hmm, lebih baik candi yang biasa saja sambil foto-foto.” kata Angel. Setelah selesai melihat-lihat, kami pun kembali menuju bis untuk ke hotel. Saat pulang, sempat aku, Niken, Angel dan Ulya hampir tertinggal oleh bis. Karena, agak sedikit pusing dengan jalannya. Karena kami memilih jalan yang berbeda dari yang lain. Untungnya, ada Gerda dan Windi yang tahu arahnya. Jadi, kami mengikuti mereka.
“Ini banyak yang sms. Katanya pada ada di mana? Bisnya mau pergi.” kata Angel. Seketika itu, kami langsung panik lalu berjalan dengan cepat. Entah apa yang terjadi, jika kami tertinggal. Saat di parkiran, kami menaiki bis dengan muka  yang terlihat lelah. Teman-teman, banyak yang menanyakan keadaan kami. Setelah diabsen, ternyata masih ada yang belum hadir.
“Oii, siapa yang  punya nomernya, tolong telepon!” Yustika berteriak. Ternyata Nani punya dan segera meneleponnya. Beberapa lama kemudian, mereka datang. Perjalanan pun kembali dilanjutkan.
Setelah sampai di hotel, aku merebahkan diri diikuti yang lain. Beristirahat sebentar, lalu mandi dan makan. Karena, sebentar lagi akan pergi ke Malioboro. Saat yang dinanti itupun tiba. Kami pun berangkat ke sana setelah maghrib. Sesampainya, ada yang berbelanja, foto-foto dan lain-lain. Uniknya, karena malam itu adalah malam minggu. Ada teman yang membeli bunga, karena akan menembak seseorang. So sweet sih tapi membuat tertawa. Karena, yang akan ditembaknya itu malah kabur.
“Na, ayo kita ke bis, malas disini. Enggak mau ditembak.” kata Angel dan Ulya.
“Capek, dari tadi muter-muter cari barang tapi cuma ketemu ini.” ucapku dengan kesal.
“Na, mengertikan keadaannya sekarang bagaimana? Ayo!” kata Ulya sambil berjalan meninggalkanku.
Akhirnya, aku pun mengikuti mereka. Setelah semua selesai, kami pun ke hotel lagi untuk istirahat. Di hotel, banyak sekali yang jahil. Ada yang menelepon terus-terusan, mengetuk pintu dan mengganggu kamar lain dengan teriakan.
“Berisik! Mau tidur ihh, capek.” Karena lelah sekaligus kesal, aku pun tidur paling pertama. Keesokan harinya, aku terbangun. Terlihat jam menujukkan pukul lima. Aku pun membangunkan Angel lalu mandi dan shalat. Merekapun bangun untuk bersiap. Kami pun mengambil sarapan. Setelah selesai dan mau membuka pintu, ternyata susah dibuka.
“Atulah, ini enggak bisa dibuka. Ke Nani saja yuk!” ajak Niken. Lalu kami pun menumpang di kamar lain. Lalu kami bergantian mencoba membuka pintu dan akhirnya terbuka.
Saat keluar dari hotel, ku hirup udara pagi. Mengumpulkan kenangan dalam kota ini. Membuat suasana hati menjadi tenang. Ya, hari ini adalah hari terakhirku bersama mereka di Yogyakarta.  Sebelum pulang, kami pergi dahulu ke Keraton Yogyakarta. Dalam perjalanan ke keraton, kami sempat tersesat.
“Ini dimana?” ucap salah satu teman kebingungan. Saat melihat rombongan lain, ternyata jalan kami salah. Akhirnya, kami pun mengikuti mereka. Saat memasuki daerah luar keraton, kami disambut dengan dua pohon yang terkenal mistis. Kemudian, saat masuk ke dalamnya, kami dikumpulkan dan diberi pengarahan. Sesudah itu, kami melihat-melihat yang ada di keraton. Lalu, dilanjutkan ke Benteng Van Der Burg. Di sana, kami melihat-lihat sejarah tentang Kota Yogyakarta.
“Bosen gini. Lebih baik tadi di bis saja.” kata Ulya dengan wajah lesu. Lalu, kami pun  menuju bis lagi untuk makan siang. Setelah itu, kami pergi ke tempat bakpia djava. Di sana, kami  membeli buah tangan khas Yogyakarta lalu pulang dengan kenangan yang tak akan terlupakan.



Oleh: Anna Yuliani Pratiwi


 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Berlibur ke rumah Nenek di Pangandaran
Hari ini aku dan keluargaku akan berlibur ke rumah nenekku yang berada di Pangandaran, yaitu di Ciamis Jawa Barat. Kami sekeluarga ingin bertemu dengan nenek, karena sudah lama tidak bertemu jadi kami merasa kangen dan ingin bertemu. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.15 pagi , aku pun segera memasukkan barang bawaanku kedalam bagasi mobil dan aku tidak lupa membawa hewan peliharaanku Bintang kucingku. Kami pun semua sudah memastikan bahwa tidak ada brang bawaan kami yang tertinggal. Karena sudah tidak sabar ingin cepat – cepat sampai ke rumah nenek , aku dan keluarga segera berangkat dan tidak lupa untuk berdoa dulu supaya selamat sampai tujuan.
Jarak yang akan kita tempuh kurang lebih 6 – 7 jam kalau itu pun tidak macet ... tapi kalau saja terjadi macet mungkin bisa sampai belasan jam. Setelah baru seperempat perjalanan kami semua sudah melihat bahwa di sepanjang jalan ini sangat macett tottal sekali ... “aduhhh kok bisa macet total seperti ini yah” ujarku dalam hati. Jalan pun tambah lama tambah padat kendaraan saja “bagaimana ini bisa – bisa kita akan sampai malam perjalannya” tapi aku didalam hati selalu berdoa supaya cepat sampai di rumah nenek dan selamat di perjalanan “Amieenn ucapku dalam hati”
Hari sudah semakin sore saja padahal perjalanan kami belum setengahnya , tapi kami mencoba untuk sabar karena jalannya tambah macet saja ya mau tidak mau kami harus lewati. Waktu sudah menunjukkan pukul.16.00 sedangkan perjalanannya asih panjang sekali ... yaa karena macet itu mungkin kita akan sampai pukul larut malam, mungkin nenek disana sudah khawatir tentang kita sekeluarga karena belum sampai juga. Tapi tadi mamahku sudah memberi kabar kepada nenek bahwa kita semua terjebak oleh macett yang parah sekali, dan kata nenek pun hati – hati yah sudah tenang saja jangan buru – buru, nenek pasti menunggu kalian kok ... “jawab nenek”. Bintang pun hewan peliharaanku sudah meong meong karena ia kelaparan ,, tentu saja mau tidak lapar bagaimana orang kita semua juga belum istirahat untuk makan dulu, ya sudahlah aku pun memberi makan bintang dulu sedangkan aku makan makanan ringan dulu saja. Sudah beberapa kali nenek menanyakan kabar kami sudah sampai mana perjalannya .. tapi yang jelas sihh perjalannya masih panjang dan kami akan menghabiskan waktu cukup lama sekali untuk sampai dan bertemu dengan nenek. Tapi entah bagaimana firasatku merasa tidak enak di sepanjang perjalan ini “husss tidak boleh berpikir seperti itu” hatiku merasa deg degan seperti ada sesuatu apa – apa tapi aku tidak boleh berpikir negatif dulu yang penting kita sampai ke rumah nenek dan selamat itu tujuanku dan keluarga. Meskipun sudah agak larut malam perjalanan kami sudah tidak terasa .. akhirnya sudah tidak lama lagi kami akan sampai di rumah nenek, karena nenek sudah tidak menghubungkan/menanyakan kabar kami mungkin nenek sudah lelah menunggu kami datang, ya sudahlaah mungkin nenek sudah tidur “ujarku” tepat pukul tengah malam kami pun akhirnya sampai juga di rumah nenek dan kami merasa sangat kelelahan karena perjalanan ini, aku ingin sekali cepat cepat tidur dan beristirahat di kamarku, karena tidak tega untuk membangunkan nenek yang sudah lelah menunggu kami pun semua untuk beristirahat dulu dan esok pagi akan bersalaman dengan neneknya.
Keesokan harinya aku dan keluarga bersalaman dengan nenek dan nenek pun menanyakan kapan kami sampai di rumah nenek? Tepat pukul tengah malam nekk .. “ujarku” oohh ya sudahlah kalian semua sekarang bersihkan diri dulu baru kita sarapan dan akan jalan jalan ... wahhh asyiik sekali tuh nek kayaknya “ujarku dengan senang hati” sesudah beres mandi dan sarapaan kita pun segera berangkat ke pantai Pangandaran karena sudah lama tidak mampir mampir ke pantai yang indah ini, kami berangkat bersama nenek , keluarga dan saudaraku yang tinggal bersama nenek. Setelah sampai di pantai Pangandaran aku sudah tidak sabar untuk segera berenang di pantai yang indah ini , tentu saja siapa yang tidak mau berenang di pantai yang seindah ini ...
Aku dan saudaraku saja yang berenang sedangkan nenek dan keluargaku hanya melihat dari pinggir saja, karena tidak bisa berenang hehe ,,, suasana di pantai Pangandaran pun sangat bagus sekali degan angin sepoi sepoi menambah suasana sejuk di pantai ini. Setelah berlama lama berenang di pantai bersama saudaraku aku pun segera mandi dan membersihkan diri dari pasir pasir yang menempel di tubuhku, nenek pun mengantarkanku ke kamar mandi yang agak lumayan jauh sih ,, tapi nenek begitu perhatian denganku karena mungkin sudah lama tida bertemu jadi nenek kangen kepadaku begitu pun aku yang kangen sama nenek.
Selesai mandi mamah dan papah mengajak untuk makan siang dulu yang jaraknya tidak jauh berdekatan dengan pantai Pangandaran, disini menu makanannya pasti tidak jauh dengan “Seafood” karena kawasan di daerah pantai. Seafood itu memang makanan kesukaan aku juga sih ... tapi aku lebih suka kepitingnya yang rasanya enak dan banyak gizinya, sedangkan nenek yang tinggal di Pangandaran sebaliknya denganku yaitu tidak suka “Seafood” yahh nenekk kok tidak suka seafood sihh?? Padahalkan enak terus banyak gizinya “ujarku dengan nada becanda”.
Kami pun sudah merasa kenyang walaupun nenek cuman makan ayam goreng sih .. tapi kami semua merasa puas dan rasa kangen dengan Seafood pun sudah terobati, hari ini jalan jalannya mungkin sudah cukup dan merasa puas. Sesampainya di rumah nenek kami semua cerita cerita tentang nenek ngapain saja di rumah dan bekerja apa saja. Karena kami tidak bisa berlama lama bertemu dengan nenek dan kami juga harus kembali ke Bandung untuk kembali sekolah,, maaf yah nekk bukannya kami tidak mau berlama lama disini tapi kami juga tidak punya banyak waktu untuk bertemu dengan nenek cukup segini pun bertemu dengan nenek dan berjalan jalan ke pantai bersama nenek pun aku sudah merasa puas nekk ,, dan hanya sekedar menghilangkan rasa kangenku kepada nenek ... mungkin lain kali aku akan main dan bertemu dengan nenek lagi yah neekk “ ujarku dengan sedih ”yahh ... cuuu nenek mengerti kan cucu nenek harus sekolah seperti biasa dan tidak bisa berlama lama disini sama nenek “ jawab nenek
Aku dan keluargaku pun segera berpamitan sama nenek untuk segera pulang ke Bandung ,,, meskipun berat sekali meninggalkan nenek dengan saudaraku hanya berdua di rumah tapi aku tidak boleh meninggalkan kesedihanku terhadap nenek, nanti malah nenek yang sedih dan kepikiran terus ... ya mau bagaimana kalau aku tidak sekolah nanti bisa bisa aku dimarahin sama ibu guru/bapak guru kalau aku bolos sekolah ,, yaa nanti kalau ada waktu pasti aku akan berlibr ke rumah nenek lagi dan bertemu dengan nenek.
Kita semua memulai perjalanan pulang ke Bandung setelah berpamitan tadi dengan nenek dan nenek menitip pesan “hati hati di jalan yahh ,, jangan ngebut ngebut pelan pelan aja ... ya nekk “ujarku” kami berangkat pulang pukul.18.10 setelah adzan Maghrib dan kita tidak lupa untuk menunaikan ibadah sholat maghrib dan berdoa supaya kita selamat sampai tujuan untuk pulang ke Bandung amiieenn.
Perjalanan pun di mulai dan kita kira kira akan sampai ke rumah pukul tengah malam karena di perjalanan sudah tidak macet lagi seperti waktu itu ,,, mungkin sekarang kita akan sampai lebih cepat karena tidak akan ada hambatan apapun oleh sebab itu kita terus berdoa di sepanjang perjalanan dan memohon kepada Allah supaya kita selamat pada tujuan kita amiieenn...

Oleh : Bella


 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Oleh :Nur’Allya Citra N
KenanganTerindah


Hari-hari indah kulalui bersamanya. Saat senang maupun duka, ia selalu ada disampingku menghiburku. Tak terasa waktu cepat sekali berlalu, selalu kubingkai kenangan manis yang tak terlupakan. Kau memang teman terbaik yang pernah ku miliki sahabatku.

Persahabatan bukan hanya sekedar kata, yang ditulis pada sehelai kertas yang tak bermakna, tapi persahabatan merupakan sebuah ikatan persaudaraan yang di toreh diatas hati seseorang, ditulis dengan tinta kasih saying dan suatu saat di hapus dengan air mata.
Kini ,aku duduk di bangku kelas tiga sekolah menengah pertama, dengan seragam berwarna putih-biru. Kuisi setiap waktu di sekolah bersama tiga sahabat terbaikku, aku memanggilnya Fira, Tara, Fikriyah, dan aku sendiri Citra. Kami bermain dan belajar bersama.Setiap ujian sekolah dating, kami selalu membahas pelajaran-pelajaran yang telah diberikan oleh guru kami. Bagi kami guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa melainkan orang tua kami di sekolah. Debu kapur dan tinta hitam menghiasi papan tulis setiap harinya.
Sebagai seorang pelajar di bangku kelas tiga, yang berarti waktunya kami harus belajar dengan giat untuk menghadapi ujian nasional nanti. Agar dapat memasuki sekolah menengah atas yang di cita-citakan, sekolah favorit menjadi motivasi kami.Dengan doa dan giat belajar setiap hari kami yakin dapat tercapai.
Pengalaman menarik yang tak pernah terlupakan adalah saat aku duduk di bangku kelas dua. Saat itu ketika kami berlibur ke vila salah seorang temanku bernama Anisa Nur. Di sana kami menghabiskan waktu bersama ,bersenang-senang, di hari pertama aku datang temanku bernama Ridwan mengajak kami pergi memancing untuk menambah lauk pauk untuk makan malam kami nanti. Di saat memancing, salah satu satu teman kami yang bernama Rizqy “cikcok” jatuh kedalam kolam karena dikejar entog, kami di buatnya tertawa tebahak-bahak.

Tak terasa sang fajar telah tenggelam. Kami bersiap-siap untuk sholat magrib berjamaah bersama ,dengan di imami oleh Deska. Sholat pun terasa begitu hikmat.Dengan keahlian Ridwan yang pandai memancing tadi sore kami mendapatkan cukup banyak ikan,sungguh senang rasanya Kami pun para wanita menyiapkan bumbu masak untuk segera membakarikan.  Alunan gitar dari teman-teman yang lain pun menambah kemeriahan saat itu, membuat suasana menjadi semakin erat dan hangat. Tapi, karena diantara kami tidak ada yang pandai memasak alhasil lauk pun tidak matang sempurna, walaupun begitu karena kami merasa lapar kita semua tetap melahapnya.
Tak terasa waktu pun sudah menunjukkan pukul 23.00 sudah saatnya kami tidur. Namun kami  memutuskan tidur  di ruang tengah bersama teman-teman yang lain sambil bercerita hantu di ruang tengah, suasana begitu menegangkan malam itu, ditambah dengan suasa yang gelap dengan mata yang terkantuk-kantuk kami akhirnya memutuskan untuk tidur saja karena ada beberapa teman kami yang ketakutan.
Terbitnya fajar dan berkokoknya suara ayam membuat pagi hari begitu indah membangunkan kami dari lelapnya tidur. Sebelum melakukan aktivitas hari itu kami bergegas membersihkan diri agar dapat bermain kembali. Hari itu kami berencana pergi jalan-jalan ke sawah.
.
Dengan cuaca yang cerah membuat semangat kami menjadi bertambah. Sahutan angin yang sejuk membuat padi seakan menari-nari di sentuhnya. Siput dan serangga pun seakan menyambut kedatangan kami disana. Ada kejadian yang menarik tanpa di sengaja kami semua terjatuh kedalam selokan aliran sawah, karena tanahnya yang licin dan berbatu .Kami pun, serentak tertawa terbahak-bahak. Dengan baju yang kotor kami pun bergegas pulang. Namun aku dan temanku Fira sempat terpisah dari teman-teman yang lain, pada saat mencari jalan pulang Fira kembali terjatuh untuk yang kedua kalinya, dengan sigap aku langsung menolongnya. Tak berapa lama akhirnya kami menemukan jalan menuju vila. Sungguh kejadian yang sangat menyenangkan dapat bermain bersama. 


 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Tidak Disangka Semuanya Akan Terjadi
   Saat aku duduk di sekolah dasar, aku memiliki 3 sahabat perempuan yang sangat baik dan tentunya cantik,mereka bertiga bernama Anisa, Imel, dan Vena  kita selalu bersama-sama kita bertiga memiliki hobi yang sama yaitu bersepedah.
  3 hari yang lalu kita berempat bermain sepedah di lapangan tempat biasanya kita bermain, kita mengelilingi lapangan dan tiba-tiba aku terjatuh dari sepedahku, Anisa dan Imel langsung membantuku tetapi aku heran Vena tidak memambantuku  dia hanya terdiam, aku berfikir mungkin dia tidak melihatku terjatuh ya sudahlah lupakan. Aku merasa heran akhir-akhir ini Vena mulai sedikit berubah dia seperti tidak suka denganku.

  Tidak terasa hari pun sudah menjelang sore kita berempat pun  pulang ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah aku bergegas mandi setelah  selesai mandi aku tiba-tiba teringat Vena aku berfikir mengapa sifat dia tiba-tiba berubah  atau mungkin dia sedang ada masalah tapi biasanya setiap ada maslah kita berempat selalu terbuka dan saling menceritakan masalahnya,mungkin dia sedang bosan saja fikirku begitu.                                                                                                                                                                             Aku mengambil ponselku dan segera mencari nomor handphone Vena, Aku berniat menanyakan hal yang membuat dia tiba-tiba berubah tetapi dia tidak mengangkat teleponku aku berfikir mungkin dia sedang sibuk atau sudah tertidur ya sudahlah aku tanyakan saja besok di sekolah.
  *Ke esokan harinya saat di sekolah   
  Saat di sekolah Aku menghapiri  Vena yang sedang duduk manis di kursinya sambil membaca novel yang dipegangnya.                                                                                                                                                                                      Aku bertanya “Ven kamu kenapa? Kelihatannya seperti kesal denganku, oh iya tadi malem aku menelponmu tapi tidak diangkat”                                                                                                                                                          “Aku tidak apa-apa ,oh iya maaf semalam aku sudah tidur jadi tidak sempat mengangkat telepon kamu” jawab Vena                                                                                                                                                                                                  “oh ya tidak apa-apa,bener nih kamu gak apa-apa kamu gak lagi ada masalah kan cerita dong,hehehe” jawab Aku                                                                                                                                                                                                    “Ya beneran,udah kamu kelas aja bentar lagi bel masuk bunyi tuh” jawab Vena
“ok siap, Ven aku ke kelas dulu ya bye sampai ketemu nanti saat istirahat” jawabku sambil berjalan menuju kelas dan tiba-tiba bel masuk pun berbunyi aku bergegas menuju kelas.
Saat bel istirahat berbunyi
  Aku seperti biasa mencari mereka bertiga  ke kelasnya tetapi aku sudah mencarinya ternyata tidak ada, Aku coba mencari mereka ke kantin tidak ada juga terpaksa aku kembali ke kelas sambil membawa novel yang akan ku baca.                                                                                            Istirahat pun sudah selesai dan bel masuk pun berbunyi kami semua kembali belajar.           
  Saat pelajaran sudah selesai bel pulang pun berbunyi kami semua keluar kelas sambil menggendong tas, Aku berjalan menuju taman tempat biasa kami berkumpu. Sudah hamper 15 menit aku menunggu mereka di taman tapi tidak ada juga,aku mencarinya kemana-mana tetapi tetap tidak ada. Mungkin mereka sudah pulang duluan fikirku begitu disitu aku mulai agak kesal terhadap mereka kenapa sifatnya jadi berubah begini biasanya kita saling menunggu ketika mau pulang, Aku pun segera pulang dan berjalan sendiri.    
  Sudah 2 hari berlalu dan suasana itu pun masih ku alami, aku berharap disaat hari ulang tahunku nanti suasana ini tidak terjadi. Satu per satu temanku mulai menjauh dariku dan mereka pun mulai dekat dengan Wanda mungkin peran Wanda menggantikan aku.
  Saat keesokan harinya aku bosan dan ingin bermain tanpa berfikir panjang aku langsung mengeluarkan sepedah dari garasi rumahku.  Aku berniat mengajak bermain sepedah dengan teman-temanku tetapi mereka tidak ada di rumah mungkin mereka sedang sibuk. Disaat itu aku mulai kesal kenapa mereka menjadi seperti ini terhadapku. Aku pun terpaksa bermain sepedah sendirian dan selalu memikirkan mereka yang sudah berbeda terhadapku, ini yang namanya teman mana kita yang dulu selalu terbuka dan bersama-sama setiap senang mau pun sedih, mungkin mereka cuman ada butuhnya entah mengapa akhir-akhir ini aku selalu negative thinking.
  2 hari lagi ulang tahunku  dan sepertinya aku tidak senang karena aku kehilangan sahabat-sahabatku.                                                                                                                                                                                 Sehari sebelum hari ulang tahunku, Aku melihat sahabat-sahabatku sedang duduk di kantin bersama Wanda kelihatannya mereka sedang asik bercanda sampai tertawa terbahak-bahak. Aku ingin suatu saat nanti kita berempat bisa seperti itu lagi. Mungkin posisiku sudah digantikan oleh Wanda, Aku langsung berjalan menuju kelas karena bel masuk sudah berbunyi.
  Didalam kelas aku selalu kepikiran apakah mereka ingat besok adalah hari ulang tahunku mungkin mereka sudah tidak mengingatnya lagi.
  Saat bel pelajaran pun selesai aku bergegas menemui mereka dan berniat ingin menanyakan apakah mereka ingat bahwa besok adalah hari ulang tahunku. Aku mencari mereka kemana-mana ternyata tidak ada, ya sudahlah mungkin mereka memang tidak mengingatnya.
  *Saat hari ulang tahun
  Pagi ini aku belum mendapatkan ucapan selamat ulang tahun dan aku berharap orang yang pertama kali mengucapkannya adalah orang tuaku dan  sahabat-sahabatku. Saat sampai di sekolah ternyata sikap sahabat-sahabatku masih sama seperti biasanya mereka betul-betul tidak mengingatnya bahwa hari ini ulang tahunku. Aku merasa sedih karena mereka seperti itu terhadapku, banyak orang yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku tapi orang yang selama ini aku tunggu-tunggu tidak mengucapkannya.
  Setelah jam pelajaran selesai Aku pulang sendiri sambil mengayuh sepedahku, tidak disangka setelah aku sampai didepan rumah teman-teman sekelas dan sahabat-sahabatku membuat kejutan kepadaku aku sangat terharu ternyata mereka benar-benar tidak melupakannya ini adalah hari ulang tahun yang sangat aneh karena perasaanku saat itu kesal,sedih,senang pokonya tidak karuan. Mereka membawa  sebuah kue ulang tahun yang ukurannya lumayan besar sambil menjinjing kado untukku dan Wanda membawa boneka yang ukurannya besar dan kemudian diberikan kepadaku. Tapi aku masih berfikir kenapa sifat sahabat-sahabatku saat itu berubah dan aku mulai menayakan hal itu terhadap mereka.
“Nisa,Imel,Venna aku mau nanya kenapa kalian beberapa hari yang lalu sifat kalian menjadi berubah” tanyaku.
“oh iya maaf kita hampir lupa,sebenarnya kita tidak berubah aku,imel,dan nisa menjauh dari kamu supaya tidak ketahuan bahwa kita membuat kejutan seperti ini” jawab Venna
“iya maaf kita menjadi seperti ini kepadamu,kita dekat dengan Wanda hanya ingin meminta saran dan bantuan untuk semua ini” jawab Nisa
“Kamu tidak marahkan kepada kita?” Jawab imel
“Tentu saja tidak aku sangat senang kalian memberikan semua ini kepadaku dan aku sangat berterima kasih kepada kalian semua yang sudah memberikan kejutan ini kepadaku,maaf juga ya aku telah berprasangka buruk kepada kalian semua,aku benar-benar minta maaf kalian ternyata sahabatku yang sangat mengerti aku dan aku senang memiliki sahabat seperti kalian semua” jawabku
  Setelah bercakap-cakap tiba-tiba Wanda melemparkan tepung dan air kepadaku semuanya pun mengikutinya tubuhku penuh dengan tepung mereka menjailiku ternyata hal ini bisa mengubah susana menjadi sangat ceria dan lebih tenang dari sebelumnya.

Oleh  : Dheaz Fanny N

 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



ARTI “SAHABAT” SEBENARNYA

          Sahabat, yap kata yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Seseorang yang mampu berada disamping kita disaat senang maupun sedih, yang menghapus air mata kita disaat menangis dan yang memberi motivasi disaat kita terpuruk.
          Ya, begitu pula aku, aku mempunyai tiga orang sahabat, sahabat yang benar-benar ‘sahabat’. Mengapa aku berkata seperti itu? Karena aku pernah mempunyai seorang teman yang sudah aku anggap sebagai sahabat tapi ternyata ia hanya memanfaatkanku saja.
          Kembali lagi ke-tiga sahabatku ini, yang pertama bernama TRIA PUTRI HANDAYANI, biasa kupanggil “Putri”. Aku sebenarnya kenal dia saatku duduk dibangku sekolah dasar tetapi saat kelas 2 SD aku pindah sekolah dan otomatis aku berpisah dengan Putri. Aku bertemu Putri kembali saat kita memasuki SMP yang sama. Putri adalah sosok yang cukup tegar bagiku, sifatnya yang dewasa sering kali memberiku motivasi saatku sedang terpuruk.
          Kedua bernama TESSYA TRI VANANDA, biasa kupanggil “Tessya” aku mengenalnya saatku duduk dibangku kelas 7 SMP. Tessya itu orang yang paling dekat rumahnya denganku, tak jarang aku mengunjungi rumahnya, dia orang yang asyik untuk diajak curhat,  mampu menghapus air mataku, orang yang ceria dan bisa mengerti aku.
         
Ketiga bernama FASHARANI FAHMI FAUZIAN, biasa kupanggil “Fasha” aku mengenalnya saatku satu kelas dengannya dikelas 8 SMP. Sifatnya sedikit manja tidak jarang ia bermanja padaku, ia pun sering memberiku semangat dan ia cukup mengerti aku.

          Sudah banyak hal yang kita lewati bersama, dari hal termanis sampai hal terpahit. Kita bagaikan saudara satu sama lain. Jika salah satu dari kami sedang mengalami kesusahan atau kesedihan yang lainnya akan membantu sebisa mungkin dan berusaha menghapus air matanya.
          Saat ini kami sudah menginjak kelas 9 SMP dan semua orangpun tahu sebentar lagi kita akan memasuki sekolah baru yaitu SMA, jujur aku takut berpisah dengan mereka, aku takut tidak menemukan orang-orang seperti mereka di SMA nanti.
          Kita akan jarang berkumpul seperti ini lagi. Mereka pasti mengenal teman baru dan mungkin mulai melupakan satu sama lain, itulah yang aku takutkan. Tapi aku percaya pada mereka, kita akan mempertahankan persahabatan ini apapun yang terjadi dan aku percaya kalianlah sahabat terbaikku.
          ‘Biarkan saja kekasihmu pergi
          Teruskan saja mimpi yang kau tunda
          Kita temukan tempat yang layak
          Sahabatku....
          Ku percayakan langkah bersamamu
          Takku ragukan berbagi denganmu
          Kita temukan tempat yang layak
          Sahabatku...
          Kita bernyanyi untuk sahabat
          Kita berbagi untuk sahabat
          Kita bisa jika bersama...’
(song by: Andien “SAHABAT”)



Karya:DHENALIA NUR SALSABILA

 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Oleh                : Dhifan Diandra H.


Lomba PMR Pertamaku
       
Minggu esok adalah hari yang spesial. Karena aku, Radevyan, dan Shihab mempunyai satu event yang dapat dikatakan penting. Karena, kami mengikuti lomba PMR di SMK BIM (Bina Insan Mulia).
            Sebelum hari Minggu tiba, kami bertiga menghafalkan materi-materi yang telah dipelajari dan diberikan kepada kami. Kami menghafalkan materi, karena kami mengikuti lomba “Cerdas Cermat”.
            Hari Minggu pun tiba. Kami berkumpul di sekolah terlebih dahulu dan akan pergi ke tempat perlombaan secara bersama-sama. Aku pun sampai di sekolah, disini sepi dan tidak ada satu pun kawan lombaku yang ada disini. Aku pun mengirim pesan pada Radevyan dan Shihab agar mereka segera berangkat dari rumahnya.
            Beberapa menit kemudian, Radevyan pun datang dengan wajah semangat dan cerianya tapi dengan terheran-heran. Ia berkata “Mana si Shihab ?”, “Ga tau, belum dateng. Dari tadi juga aku sendiri disini.” Jawabku.
            Waktu telah menunjukan angka 06:40 Shihab pun belum datang. Dan Radevyan berkata “Fan, si Shihab mana ? Udah jam segini nih. Masa mau dateng kesana pas lombanya udah mulai. Batalin aja yu ah.”, lalu aku menjawab “Jangan atuh Dev, lebar. Kapan lagi coba kita kaya gini ? Apalagi semuanya udah disiapin dari awal. Tunggu aja lah bentar lagi, lagian lombanya juga mulai jam 08:00 kan.”, “Heeh lah asal minimal juara tiga weh.” jawab Radevyan.
            Kami pun menunggu dan terus menunggu sampai akhirnya Shihab datang. Dan akhirnya Shihab pun datang, kami langsung bergegas pergi ke tempat perlombaan.
            Kami telah sampai di SMK BIM. Dan kami pun mengambil selembaran kertas untuk menandakan bahwa kami peserta lomba Cerdas Cermat dari SMPN 3 Bandung. Setelah mengambil kertas tersebut, kami ditempatkan di ruang karantina untuk menunggu giliran lomba Cerdas Cermat.
            Saat menunggu giliran lomba, kami malah mengobrol dan bernyanyi-nyanyi, padahal yang lain sedang menghafal kembali materi-materinya. Saat tim kami dipanggil kamu masuk ke tempat lomba itu diselenggarakan. Disana kami merasa senang, tetapi ada rasa gugup dan tegang juga. Tapi semua itu telah dibereskan karena tim kami telah masuk babak final dengan skor tertinggi di babak penyelisihan. Kami pun merasa bahagia karena ini baru pertama kalinya kami memenangkan babak penyelisihan dengan skor tertinggi, hingga kami dapat masuk babak final.
                Kami pun kembali ke ruang karantina untuk menunggu tim-tim yang lain yang akan menuju babak final. Kami mengisi waktu luang itu untuk berjalan-jalan mengelilingi SMK BIM dan makan, karena saat itu pun juga adalah waktu istirahat.
Setelah istirahat, tim kami dipanggil kembali untuk menjalani babak final bersama SMPN 20, SMPN 34, dan SMPN 40. Saat itu adalah saat-saat yang menegangkan karena skor berubah-ubah yang asalnya terakhir dapat menjadi pertama dan sebaliknya pun dapat terjadi.
Saat babak final selesai, terlihat papan skor di papan tulis menunjukan bahwa tim kami juara dua. Tapi, saat skor diumumkan oleh panitia, skor kami menurun sehingga menyebabkan tim kami juara tiga seimbang dengan tim sebelah. Radevyan pun protes, karena skor yang tertera di papan skor berbeda dengan apa yang diucapkan oleh panitia. Dan panitia pun menjelaskan bahwa “Skor yang ditulis di papan skor dengan yang ditulis oleh panitia berbeda karena bisa saja ada kesalahan penulisan skor oleh penulis skor di papan skor dan yang disahkan adalah skor yang ditulis oleh panitia.” Saat itu tim kami yang mulanya bahagia karena mendapat peringkat dua, dan sekarang menurunlah mental kami. Karena kami akan memperebutkan peringkat tiga dan harapan satu. Karena skor tim kami seimbang dengan tim sebelah, maka ada satu pertanyaan lagi yang akan diperebutkan oleh tim yang mempunyai skor yang sama. Pertanyaannya tidak disebutkan terlebih dahulu, tapi panitia berkata “Siapa yang mengambil pertanyaan ini dan menjawabnya dengan benar, maka tim tersebut mendapat tambahan skor hingga menjadi juara tiga. Tapi jika sebaliknya, maka tim tersebut dikurangi skornya dan menjadi juara harapan satu.” Tim kami terdiam sejenak, dan saat Kang Agus berkata “kalo mau ambil, ambil aja jangan takut kalah.” Lalu kami setuju bahwa kami akan mengambil pertanyaan itu dan siap menerima resikonya. Dan saat pertanyaan itu dibacakan, ternyata soal itu sangat mudah dan kami leluasa menjawabnya dengan tenang.
Dan akhirnya kami juara tiga lomba Cerdas Cermat se-Jawa Barat.
Kami senang sekali walaupun kami masih sedih karena tentang perbedaan skor tadi. Dan target kami pun akhirnya tercapai. Kami menunggu sampai penyerahan piala, sertifikat, dan medali. Tapi, kata Kang Agus pembagian piala dilaksanakan pada pukul 18:00 sedangkan langit telah gelap seperti ingin hujan. Dan kami pun pulang ke rumah masing-masing.


TAMAT


 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Persahabatan Sejati

Sewaktu aku masih SD, aku bersekolah di SDK Rehoboth. Disana aku bertemu dan berkenalan dengan seseorang yang bernama Eko Yoga Widodo. Dia adalah seorang anak yatim, dia dan ibunya tinggal di sebuah asrama milik sebuah gereja yang berada di daerah Tegallega.  Walaupun begitu, dia adalah anak yang pintar karena tak jarang menjadi bintang kelas. Dia juga memiliki sikap yang sopan, menghargai, dan menghormati orang-orang di sekitarnya sehingga disenangi banyak orang dan guru. Pada saat pertama kali bertemu dan berkenalan, aku merasa aneh karena pada saat itu dia memiliki postur tubuh yang jauh lebih pendek dariku. Namun, karena kami sering disatu kelaskan dan sewaktu aku kecil sering sakit, maka aku suka menanyakan pelajaran sekolah dan PR kepadanya. Aku juga jadi akrab dengannya. Kami sering ke kantin, bercanda, curhat, saling menguatkan, bermain, belajar, dan nongkrong bersama.
          Seiring berjalannya waktu, kami memutuskan unuk menjalin hubungan persahabatan. Memang selama bersahabat, tidaklah mudah karena ada saja teman-teman yang menginginkan kami tidak bersahabat. Ketika aku memasuki kelas 5 SD, kita banyak diberikan tugas yang berhubungan dengan internet. Pada saat itu komputer saja aku belum tahu apalagi internet. Namun sahabatku memberi tahuku apa itu komputer dan internet. Aku sungguh berterima kasih kepadanya karena tanpa dia, mungkin aku tidak bisa mengerjakan semua tugas-tugas yang di berikan oleh guru.  Dia juga memberi tahuku tentang adanya media sosial yang memungkinkan kami untuk berkomunikasi yang bernama Facebook.
          “Hei, sudah tau facebook belum?”
          “Facebook? Apa itu?”
“Aduh, masa udah tahu internet tapi belum tahu facebook, sih? Hahaha. Facebook itu media sosial yang bisa buat kita berkomunikasi.

Prinsipnya seperti SMS tapi di facebook ada aplikasi permainannya, juga kita bisa melihat foto teman-teman kita.”
“Bagaimana cara membuatnya? Aku Penasaran”
“Bagaimana kalau aku buatkan?”
“Boleh, tapi kasih tahu aku cara menggunakannya, ya!”
“Ya.”
Keesokannya dia membuatkan dan memberitahu aku cara menggunakan facebook. Aku sungguh senang karena aku baru tahu apa itu permainan online dan yang paling senangnya lagi, aku bisa melihat foto teman dan dan bisa berkenalan dengan orang lain.
Setelah memasuki kelas 6 SD, aku mulai merasa suka kepada seseorang temanku. Aku bercerita kepada Eko dan menanyakan bagaimana sebenarnya kebiasaan dia, kesukaan dia, dan kemauannya dia. Aku bertanya kepada Eko karena aku tahu bahwa Ekolah orang yang dekat dengan orang yang aku suka. Aku pun memberi perlakuan khusus kepada dia. Sebenarnya aku merasa sedih karena sebentar lagi aku akan berpisah karena setelah SD aku tidak akan melanjutkan ke SMPK Rehoboth, tetapi aku akan melanjutkan sekolah ke SMPN 3 Bandung. Hari demi hari aku lewati hanya untuk membicarakan dia., sampai suatu hari Eko memperingatkanku bahwa aku jangan terfokus pada hal seperti itu namun aku harus fokus kepada UN dan ujian akhir sekolah. Dan akhirnya aku sadar, bahwa belakangan ini aku terfokus pada sesuatu hal yang tidak penting.
Aku pun berterimakasih kembali kepada Eko karena dia sudah memperingatkanku untuk fokus saja kepada UN dan ujian akhir sekolah. Dan alhasil, aku mendapatkan nilai Ujian Nasional dengan jumlah yang memuaskan yaitu 27,30. Sebenarnya, selama ujian nasional berlangsung, keaadaanku sedang sakit karena aku terlalu capek bermain. Orang tuaku panik karena mereka takut kondisiku semakin memburuk sehingga menganggu konsentrasiku untuk mengerjakan soal UN.

Namun karena berkat pertolongnan Tuhan, aku bisa mengerjakannya dengan baik. Dalam ujian akhir sekolah pun aku mendapatkan nilai yang bagus.
Setelah UN selesai dan telah diberitahu nilai kelulusan, maka diadakanlah acara perpisahan sekaligus pengumuman juara. Orang tua muridpun diundang untuk hadir dalam acara tersebut. Dalam sesi perpisahan, kami semua berfoto, makan bersama, dan mengobrol bersama. Tak lupa juga aku berfoto bersama sahabatku Eko yang selama ini telah menjadi sahabatku yang sangat baik. Dan disaat tiba sesi pengumuman juara, alangkah terkejutnya aku karena aku menjadi juara umum dan juara keduanya adalah orang yang aku suka. Kami dipanggil ke depan mimbar bersama juara-juara lainnya. Sungguh alangkah indahnya hari itu dan takkan aku lupakan. Setelah berakhirnya acara perpisahan dan pengumuman juara, semua mengucapkan selamat kepadaku. Aku juga mengucapkan selamat kepada Eko yang berhasil menjadi 10 besar, kepada orang yang aku suka dan ke semua teman-temanku yang menjadi 10 besar.
“Idih, selamat ya.  Ahirnya jadi juara 1 juga!” Kata Eko.
“Ah, terima kasih, kamu juga hebat, kamu bisa 10 besar.”
“Eh, udah ini kamu bakalan ke SMP 3, ya?”
“Ya.”
 “Mudah-mudahan kamu bisa keterima disana, ya.”
“Amin. Terima kasih. Eh Minta nomor HP mu.”
“Em 087823682878.”
“Terima kasih. Selamat tinggal.”
“Selamat tinggal.”
Setelah SMP, aku masih berhubungan dengan Eko melalui SMS, namun karena HP ku hilang maka aku sudah tidak pernah lagi berhubungan dengan Eko. Aku sunggu sedih karena itu semua karena kecerobohanku sehungga aku kehilangan HP dan nomor HPnya.  Aku sempat berharap aku bisa berkomunikasi dengan Eko di Facebook. Tapi dia tidak pernah melihat pesan ku.

Mungkin dia jarang menggunakan facebook lagi. Aku sedih karena hampir 2 tahun aku tidak ada komunikasi. Aku berdoa supaya aku bisa dipertemukan kembali dengan Eko. Dan sampai suatu hari ketika aku sedang mau pulang ke rumah, aku bertemu dengannya di angkot. Betapa senangnya aku karena setelah sekian lama akhirnya aku dipertemukan kembali dengannya. Kami turun dari angkot hanya untuk mengobrol selama 1 jam. Tak lupa juga aku menanyakan nomor HPnya. Pada malam harinya, aku mengirim dia SMS yang berisikan tentang betapa baiknya Tuhan karena akhirnya kita dipertemukan kembali dan aku mengajak dia bertemu di suatu tempat.
Keesokannya aku menanyakan kabar teman-teman disana dan bagaimana pelajaran disana. Dan alangkah terkejutnya aku karena dia menjadi juara 1 dikelasnya. Dia juga memberitahuku kalau dia sering bermain di warnet dekat ITC. Sehingga kalau mau bertemu, aku tinggal pegi ke warnet itu saja. Sampai sekarang, kami masih bersahabat bahkan kami berjanji untuk belajar lebih giat agar masuk SMA ke SMAN 8 Bandung. Tamat.

 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Liburan ke Pangandaran

2 minggu yang lalu aku dan keluarga besarku pergi liburan ke Pangandaran, disana kami berlibur selama 3 hari.
Aku mempersiapkan barang yang akan aku bawa jauh-jauh hari untuk memastikan semua barang yang aku perlukan terbawa semua.
Kami pergi pada hari jumat pukul 12 malam menggunakan bis yang sengaja kami sewa, pada saat waktu menunjukkan pukul 12 malam saatnya kami untuk pergi.. yeeee senang rasanya untuk pergi liburan melepas penat dari pelajaran yang akhir-akhir ini bisa dibilang banyak sekali ya maklum lah kelas 9 memang banyak tugas..
Tepat tengah malam kami pun pergi, aku memutuskan untuk tidur karena memang sudah larut malam dan badanku terasa cape. Beberapa jam kemudian aku terbangun kulihat waktu menunjukkan pukul 3 pagi, kami beristirahat sejenak di rest area, 15 menit kemudian kamipun melanjutkan perjalanan lagi.
Adzan subuh telah berseru waktunya sholat subuh, kami berhenti sejenak untuk sholat subuh dan kami pun melanjutkan kembali perjalanannya, alhamdulilah sebentar lagi nyampe Pangandaran yeeee..
Akhirnya kamipun tiba di tempat tujuan dengan selamat, kami tiba lebih kurang pukul 7 pagi. Kami langsung memasuki hotel dan check in terlebih dahulu, kami menyewa seluruh kamar hotel agar lebih nyaman katanya, Memang bukan hotel yang besar tapi bagiku tetap nyaman.
Waktu menunjukkan pukul 8 pagi, aku dan adikku langsung menuju pantai dan kebetulan jaraknya tidak jauh dari hotel. Pagi yang indah di Pantai Pangandaran kami bermain pasir, berenang, dan lain lain, sangat menyenangkan sekali dan banyak orang di pantai ada juga nelayan yang pergi melaut. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 10 dan kami bergegas pergi ke hotel untuk mandi.



Setelah selesai mandi kami pun makan siang bersama di hotel, enak sekali makanannya.. Banyak lauk-pauk yang tersedia, saking bingungnya aku ambil aja semuanya mungkin saking laparnya aku yang pertama duluan habis. Tak lama kemudian aku mulai mengantuk, dan aku terbangun jam 1 siang. Keadaan di hotel sangat sepi hanya ada aku saja yang di hotel karena yang lainnya pergi membeli oleh-oleh, karena bosan aku menyalakan TV dan ternyata acara di TV pun tidak ada yang rame, akhirnya aku memutuskan untuk belajar saja karena memang hari seninnya akan ada UTS.
Waktu menunjukkan pukul 3 sore dan yang lainnya baru kembali ke hotel sementara aku melanjutkan belajarku. Jam menunjukkan pukul 4 sore dan semuanya akan pergi ke pantai, karena belajarku pun sudah selesai jadi aku ikut ke pantai lagi yeee walaupun kulit semakin tambah hitam saja ya tidak apa-apalah..
Kami menaiki perahu untuk melihat pantai Pangandaran dengan jelas dan tujuan kami sekarang ke pasir putih. Kami pun sampai di pasir putih, pemandangannya indah sekali dan angin bertiup dengan kencangnya. Aku mencoba untuk snorkling dan ternyata pemandangan dibawah laut tidak kalah indah dengan yang di darat, juga dapat aku lihat terumbu karang yang sangat indah di dasar laut.


Setelah bersenang-senang di pasir putih kamipun pergi lagi ke pantai semula menaiki perahu tak terasa waktu menunjukkan pukul 5 lebih, kami bergegas pergi ke hotel. Sesudah sholat maghrib, kami makan malam kali ini menu makanannya udang saus tiram, tumis kangkung, dan yang paling aku suka kepiting asam manis.
Setelah selesai mengisi perut, nah sekarang waktu yang ditunggu-tunggu.. Keluarga besarku ini punya acara yang diadakan setiap tahunnya yaitu “ Tukar Kado” yang menarik dari acara ini yaitu setiap kepala keluarga yang dipanggil namanya harus membuka kado yang sudah diacak nomornya dan membukanya juga tidak gampang karena suka ada yang jail hihi.. semua kadonya dibungkus pakai koran tapi kadang suka ada bungkusannya itu berlapis-lapis yang jelas macem-macem deh sampai harus ada yang membukanya pakai pisau saking susahnya tapi disitulah letak kesenangannya.
Acara tuker kado nya sudah selesai lalu dilanjutkan dengan membeli oleh-oleh, aku membeli baju, oleh-oleh untuk temanku juga tidak lupa, dan yang seru kami menaiki “Mobil Gowes” ternyata tidak gampang menaiki ini perlu tenaga yang ekstra juga.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 10 malam karena terlalu lelah aku langsung kembali ke hotel dan langsung tidur.
Esoknya aku bangun pukul 6 pagi udaranya sangat sejuk dan sinar matahari pun masuk melalui jendela kamarku, setelah selesai sarapan aku berjalan-jalan di sekitar hotel. Dan sampai akhirnya aku diajak oleh ibuku untuk membeli udang dan juga beberapa oleh-oleh untuk saudara yang di rumah, waktu terasa begitu cepat sudah menunjukkan pukul 11 siang kami kembali ke hotel untuk packing. Kami check out jam 12 ingin rasanya main dipantai lagi, tapi waktunya untuk pulang yah semoga saja aku bisa kembali lagi kesana. Belum jauh dari Pangandaran aku tertidur mungkin karena terlalu cape, beberapa jam kemudian aku terbangun dan ternyata perjalanan masih cukup jauh. Perut pun mulai lapar, rombongan keluargaku ini berhenti di sebuah restoran sejenak untuk mengisi perut.
Setelah selesai mengisi perut kami pun berkaraoke di bis, karena keluargaku ini kocak-kocak jadi jalanan yang macet pun tidak terasa. Tepat pukul 7 malam kami sampai di Bandung dengan selamat.


Nama: Fikriyah Rasyifah





 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Segores Luka
Karya: Hanifa Khoirunnisaa Heryanto
Kelas : 9.7
Siang itu adalah siang diakhir pekan bulan Ramadhan. Dimana aku dan keluarga besarku berkumpul di rumah nenek. Aku tidak menjalankan puasa karena masih duduk dibangku TK. Sepupu laki-lakiku bernama Fadel, umurnya sama denganku, mengajak membeli camilan. Dia selalu membelikanku camilan jika mempunyai uang lebih.
          Warung yang menjual camilan itu terletak lumayan jauh dari rumah nenek. Kaki kami terus berjalan memasuki sebuah gang yang cukup dalam. Dan kami pun sampai di warung yang dituju. Fadel membeli camilan yang ia suka, begitu juga aku. Setelah membayar, kami kembali ke rumah nenek.
          Tiba-tiba Fadel mengajakku membeli camilan lagi, karena camilan yang tadi dibeli telah habis dimakan. Ia akan membayar camilannya dan aku hanya nurut saja. Akhirnya kami pergi kembali ke warung tadi. Tapi kali ini aku tidak membeli camilan, melainkan sebuah mainan. Sejauh ini kami baik-baik saja hingga Fadel mengajakku untuk cepat pulang ke rumah nenek. Setengah berlari diriku sampai didepan gang, menunggu Fadel yang masih asyik berjalan sambil makan camilannya.
          “Cepatlah sedikit, Del!” Teriakku kepada Fadel yang segera dibalas dengan anggukan kepalanya, ia segera berlari menghampiriku.
Setelah ia berada disampingku, kulihat kanan dan kiri jalan, karena kami harus menyeberang.
          “Ayo sekarang.” Ajakku. Namun Fadel menggeleng.
          “Masih banyak mobil, Han. Sabarlah sebentar.” Ucapnya sambil terus memakan camilan.
Lama-lama aku mulai bosan, mataku melihat ke arah kanan yang sudah tidak ada kendaraan.
          “Ayo, Del!” Kataku dan langsung berlari menyeberang sambil melihat Fadel dibelakang.
          “Jangan dulu,” Ucapnya. Aku bingung, kenapa ia tidak ikut menyeberang padahal aku sudah memberi tanda padanya. Tiba-tiba ia berteriak padaku, “Awas Han!”
          Bam! Tubuhku menabrak sebuah mobil, kemudian mobil itu berhenti. Aku terjatuh, kurasakan sakit disekitar perut dan tangan. Mainan yang kubeli terlempar jauh. Mataku buram dipenuhi air. Kutahan tangisku agar tidak keluar. Aku masih diam, tidak beranjak dari tempatku terjatuh. Tapi setelah pemilik mobil itu mengangkatku berdiri dan menggendongku, air mata yang semula kutahan dikelopak mataku, kini keluar dengan lancar. Aku tidak dapat melihat dengan jelas karena terhalang air mata. Aku hanya merasakan Fadel yang masih diam ditempatnya ikut digendong oleh bapak pemilik mobil itu. Si bapak bertanya pada Fadel dimana rumah kami, lalu setelah Fadel memberi tahu, kami berdua dibawa ke rumah nenek.
          Sambil menagis aku duduk disalah satu sofa. Bibiku berlari membawa air hangat dan handuk kecil. Ia mengompres bagian daguku yang tergores oleh aspal jalanan. Aku tidak dapat merasakan apa-apa saking kagetnya. Lalu ibuku datang dengan wajah panik. Ia berlari menghampiri dan memelukku.
          “Bawa saja ke klinik kami bu. kalau dokter di sana belum pulang, ia bisa menjahit dagunya yang sobek.” Ucap bapak pemilik mobil.
          Ibuku mengangguk lalu menggendongku masuk ke mobil bapak itu. Aku dan ibuku duduk dijok belakang. Sedangkan bapak itu dan istrinya duduk didepan. Ibuku terus berusaha membuat tangisku berhenti. Sedikit-sedikit aku mulai mengatur nafas untuk menghentikan tangisku. Setelah sampai di klinik, aku digendong masuk. Tapi ternyata dokternya sudah pulang. Ibuku membawaku ke sebuah wastafel, lalu menyambar lenganku untuk dibersihkan. Aku baru sadar, ternyata darah telah mengalir dari daguku hingga lengan. Mataku melotot, tak percaya melihat darah itu dan tiba-tiba aku menangis kembali.
          Akhirnya aku dibawa ke rumah sakit. Tubuhku direbahkan diatas ranjang, lalu suster itu menutup mukaku, hanya bagian luka didagu saja yang terbuka. Dokter mulai menjahit luka didaguku. Aku menggenggam erat sprai ranjang untuk menahan rasa sakit dan berusaha untuk tidak menangis. Rasanya daguku seperti digigit semut. Tidak memerlukan waktu lama untuk menjahit lukaku.
          Ibu membawaku menghampiri si bapak dan istrinya. Ia bertanya biaya jahitan ini, tapi bapak dan istrinya itu tersenyum, berkata kalau biaya itu sudah  mereka lunasi. Betapa leganya perasaan ibu, ia berterima kasih sekaligus meminta maaf atas kekacauan yang aku perbuat. Mereka menjawab dengan ramah, juga meminta maaf atas ketidak sengajaannya menabrakku. Mereka mengantar kami pulang ke rumah nenek, sebelum akhirnya berpisah.
Hingga kini, jahitan itu meninggalkan bekas luka yang tak terlupakan. Luka yang mengajariku untuk lebih berhati-hati saat menyeberang.


 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

“Lomba Arumba”

          Namaku Khoerunnisa,Aku mangikuti ekstrakulikuler Angklung di sekolahku. Eskul itu mendalami alat musik tradisional dari Jawa barat yang terbuat dari bambu yaitu Angklung. Nama ekstrakulikuernya adalah Keluarga Paduan Angklung SMP Negeri 3 Bandung atau sering dibilang KPA3. Walaupun alat musik itu tradisional tapi Angklung bisa memainkan lagu-lagu tradisional dan modern juga.
          Didalam eskul Angklung itu terbentuk sebuah grup yg bernama “Arumba”, Arumba merupakan singkatan dari Alunan rumpun bambu, yaitu kumpulan alat musik yg terbuat dari bambu, seperti 2 buah Gambang melody, sebuah gambang pengiring,1 set Angklung,Hi-hat Cymbal,2 buah conga,1 buah kendang,dan Zimbe. Grup musik ini beranggotakan 7 orang yaitu Angel dan Saifa memainkan Gambang melody,Aku memainkan Gambang Pengiring,Dwi Ayu memainkan Angklung,Agatha memainkan Hi-hat Cymbal,Rayinda memainkan Conga dan kendang, yg terakhir Aenun memainkan Zimbe.
        Inilah Gambang Pengiring (yang besar) & Gambang Melody (yang kecil    Suatu hari ketika kita sedang eskul tiba-tiba Kang Hendra selaku pelatih angklung dan juga arumba, memanggil kita untuk memberi tahukan bahwa tanggal 10 Mei ada lomba Musik kreasi tingkat Jawa barat. Lomba ini diadakan di SMP Negeri 7 Bandung. Ketika itu juga kami grup arumba segera latihan, tapi salah satu syarat lomba itu adalah Peserta yang mengikuti perlombaan harus beranggotakan maksimal 5 orang, jika lebih dari 5 orang maka peserta akan di eliminasi.Di lomba itu kita hanya memakai 5 alat musik yaitu Gambang melody,Gambang pengiring,Angklung,Hi-hat Cymbal dan Conga kedang. Jadi sebelum latihan kita menentukan siapa saja yang harus mengikuti lomba diantara kita bertujuh. Dwi Ayu,Rayinda dan aku pasti ikut lomba itu karena kita adalah pemain tetap alat yang kita mainkan. Sementara yang memainkan gambang melody harus satu orang, antara Angel dan Saifa. Angel berkata bahwa pada tanggal lomba itu dilaksanakan kemungkinan dia mengikuti lomba Pupuh bahasa Sunda. Akhirnya yang memainkan Gambang melody adalah Saifa. Tinggal menentukan siapa yang memainkan Hi-hat Cymbal, antara Agatha dan Aenun. Kang Hendra mengetest mereka memainkan Hi-hat Cymbal. Dan yang terpilih adalah Aenun karena ia lebih mengetahui ketukan.
          Kita memiliki waktu 2 minggu untuk berlatih sebuah lagu yang cocok untuk lomba, tapi kita gak bakal full time 2 minggu karena kita harus fokus belajar dan aktivitas lainnya tidak terlalu fokus ke latihan. Kita memilih lagu “Cublak-Cublak Suweng” yang sudah di aransemen ulang oleh kang Hendra. Selama latihan kita tidak terlalu banyak hambatan, hanya saja teman saya yang satu ini yaitu Saifa rada lambat atau lemot menguasai materi yang diberikan akang. Ya itu hal biasa sih bagi kita soalnya pikiran kita gak selalu tertuju ke materi arumba, kita pasti memikirkan hal lain seperti pelajaran,masalah keluarga,pacar,dan lain-lain.
Hari Sabtu kita latihan disekolah, lagu pun belum tamat dan baru setengahnya yang kita kuasai. Niatnya hari ini mau namatin lagu yang akan dilombakan, dan alhamdulillah lagu ini kita sudah hafal walaupun belum lancar dan masih dibilang kacau. Minggu depan kita harus udah fulltime latihan sampe hari H tiba. Ya walaupun kita harus mengorbankan waktu istirahat,uang dan lain-lain. Hari Minggu kita diberi kesempatan istirahat dari latihan ya karena kita juga harus menjaga kesehatan agar nantinya tidak sakit dan akhirnya tidak bisa mengikuti lomba. Yang menang dilomba itu bisa maju ke tingkat nasional mewakili Jawa Barat dan bisa ke Luar Negeri melestarikan Budaya musik Indonesia.
Hari Senin,Selasa,Rabu kita sudah mulai menguasai materi yang diberikan akang walaupun bisa dibilang kacaw. Hari Kamis kita tidak latihan Arumba tapi kita sempatkan untuk berlatih Angklung dan membantu pelatih mengurus anak-anak. Hari jum’at kita harus latihan untuk memperlancar lagu, tiba-tiba saja ketika kita sedang makan akang menelfon kita untuk memberitahukan bahwa akang tidak bisa melatih hari ini karena ada acara tapi kita masih harus latihan tanpa akang, walaupun begitu akang memberitahukan kepada kita bahwa ada temannya yang akan menggantikannya, yaitu kang Azmi. Mungkin yang lain gak tau siapa dia tapi aku tau siapa kang Azmi, dia adalah salah satu personil dari Nawawi Ansamble IMB 2, dia memainkan Gambang Pengiring seperti aku.
Saifa melihat kedatangan kang Azmi langsung takut, pemikiran Saifa tentang kang Azmi itu galak karena kang Hendra pernah bilang jangan main-main sama kang Azmi. Padahal kang Azmi tuh baik sekali tapi kalo kita latihannya gak bener pasti kena marah. Ketika kita mulai latihan kang Azmi hanya melihat kami berlatih, latihan kita masih kacau. Kang Azmi melihat kita berlatih kurang baik langsung membenarkan dan melatih kita dengan cara yang baik dan juga benar. Teman-teman baru sadar kalau kang Azmi itu sangat ramah, dia yang memberi kita motifasi ketika berlatih dan bercerita-cerita ketika ia ikut IMB 2. Ketegangan diantara kita semua hilang, dan kita mulai berlatih lagi. Peningkatan kita dalam menguasai materi cukup baik, sudah tidak ada keliruan dalam memainkan nada-nadanya, tapi itu masih kurang sempurna untuk mengikuti lomba.
Besoknya kita harus latihan lagi. Tapi ketika kita sedang latiha tiba-tiba saja alumni eskul angklung datang untuk berlatih arumba. Kita kaget karena malu berlatih didepan kakak kelas. Tapi itu merupakan sebuah pelajaran dan tantangan agar tidak grogi didepan penonton. Kita berlatih gantian dengan kakak kelas walaupun hari ini latihan lebih dikuasai kakak kelas tapi kita gak masalah kok lagian kakak kelas hanya sekali-sekali latihan arumba.
Hari Minggu seperti biasa kita libur latihan. Senin sampai Rabu kita berlatih ekspresi muka atau Jimik, Keberanian, Percaya diri dan lain-lain. Yang paling susah itu adalah jimik ketika sedang memainkan alat masing-masing. Hari kamis sekitar jam 5 sore pulang latihan kami pergi ke tempat penyewaan kostum untuk besok lomba. Ketika disana kita sangat bingung mau memilih kostum yang cocok dan akhirnya kita dapat kostum seperti kostum untuk nari yang sebenarnya kurang cocok untuk lomba tapi kostum itu bagus dan indah.
Hari ini tepat tanggal 10 Mei dimana lomba ini akan dilaksanakan. Kita sangat tegang tetapi juga senang, kita memohon kepada tuhan agar diberi kelancaran dan kemenangan. Jam 7 kita berangkat menuju SMP 7, dijalan kita menemukan kendala yaitu tersesat tapi akhirnya juga sampai di tempat tujuan. Ketika sampai disana sudah ada Pak Rully,bu Rita dan pak Totong guru kesenian di sekolah kita. Mereka memberitahu bahwa kami tampil urutan ke 8, disana Angel dan Agatha juga ikut untuk menjadi Official kami. Kami kaget dan down saat mendengar bahwa durasinya minimal 10 menit sementara kita hanya 7 menit, juga ditambah perbedaan penampilan kita dengan peserta yang lainnya. Tapi guru dan pelatih menyemangati kita agar tidak pesimis dan harus selalu optimis.
Berhubung lomba itu diadakan hari Jum’at grup kami tampil sehabis Sholat Jum’at. Jujur saja ketika tampil kita sangat tegang tapi juga senang. Disana kita melihat beberapa peserta yang tampil lebih baik dari kita mereka memainkan lagu khas sunda tapi kita memainkan lagu khas jawa. Ketika pengumuman tiba kita tidak menang tapi kita sangat senang telah mengikuti lomba ini karena kita bisa mendapat banyak pengalaman juga pelajaran dan menghargai kerja keras kita. Sampai sekarang kita masih berlatih arumba di sekolah kita sangat senang bisa melestarikan budaya sunda.

Penulis         : Khoerunnisa Fiqriyah.



 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Untuk Tommy 

Kutatap siluet bangunan megah dengan latar belakang matahari sore. Merah langit yang mencolek terhambat tanganku yang menudungi mata. Kernyitan adalah ekspresi pertama sejak aku tiba di sana, lelah. Kuputar ransel merah berisi Al-Quran dan himpunan Hadist ke depanku kemudian membuka risletingnya, mengambil beberapa permen Blaster. Tepat pada saat aku memasukkan permen pertama ke dalam mulutku, aku menjadi salah seorang peserta asrama Pondok Pesantren di Karawang.
Di kejauhan, kulihat seekor kucing kecil berjinjit menghampiri, seperti menyambut.
“Nas, Bantu Ibu siapkan pakaian dalammu! Kolor masih ada di jemuran, biar Ibu yang urus semua rok dan baju dalam koper. Jangan yang sudah robek! Nah, yang itu masih bagus. Lipat dan atur sendiri. Awas! Hati-hati kalau jalan, Ibu taruh kopi dekat meja setrika,” Ibu mengarahkanku melakukan persiapan untuk tinggal di asrama lusa. Di sana ada kakak perempuanku yang sudah berangkat lebih dulu, dua hari yang lalu. Aku mendongak, turun ke halaman untuk menghindari arahan dari Ibu. Aku baru sembilan tahun, kelas empat sekolah dasar, dan pemalas.
Duduk di bawah pohon mangga dan lengkeng, di atas kuburan kelinciku, lebih baik daripada berdiri di atas tumpukan pakaian dalam. Kupeluk kedua lututku dan meringis, kesal. Bayangkan seorang anak berumur sembilan tahun tinggal di asrama bersama orang lain yang berumur paling kecil tiga belas-empat belas! Secara absolut aku yang paling tolol. Sambil mengumpat, kuusap batu kali yang menandai kuburan kelinciku, sama tololnya denganku, mau saja mati di tengah kelinci-kelinci lain yang lebih besar.

“Nas! Anas!” Uh, aku paling benci dipanggil dua kali.
“Iya, Bu! Ibu!” Aku turun dari kamarku di lantai dua, sambil menenteng sebuah novel yang baru setengah dibaca. Di tikungan tangga, aku berhenti. Melihat koper dan ransel kurang dari satu meter di bawahku, bertumpuk. “Memangnya berangkat hari ini, Bu? Katanya besok,” kututup novelku dan turun tiga-empat anak tangga lagi. Di bawah, di depan Ibu, aku memeluk diriku. Tolong jangan sekarang!

Yah, ternyata hari keberangkatanku dipercepat. Iming-iming kalau di sana ada banyak kucing sedikit meyakinkanku agar segera saja ke pondok, di samping pikiranku akan adaptasi yang lama. Dari dalam mobil, pohon-pohon terlihat sedang berlari. Apa nanti aku bisa lari dari pondok ke rumah, ya? Ke Bale Endah? Kakiku putus.
Aku menunduk, memainkan jemariku, menautkan telunjuk dengan telunjuk, jari manis dengan jari manis, kelingking dengan kelingking. Seperti dua ekor cumi-cumi yang saling berpegangan tangan, setidaknya kalau ada yang memiliki lima tentakel. Sudah begini, aku jadi teringat hewan peliharaan pertamaku, Odie. Odie adalah ikan oscar yang baik, baik, baik. Aku tahu bahwa ikan adalah hewan yang bodoh, tapi kurasa Odie-lah ikan terpintar, tercantik, ter-semuanya. Odie tidak perlu dapat berbicara untuk membuatku tertawa. Cukup pasang raut tolol, kuberi nilai seratus untuk hiburannya.

Oh, rupanya itu Pondok Pesantrennya. Tepat di utara masjid besar, ada asrama putri. Di selatan, ada asrama putra. Kedua asrama itu adalah bangunan memanjang dengan dinding berkeramik. Ukirannya bagus, adalah komentar yang pertama mencuat dari kepalaku ketika melihatnya. Orang tuaku sedang mengurus kepindahanku ke sini, membayar biaya konsumsi, jasa laundry, dan blah blah yang kurang penting bagiku. Di rumah aku bisa menahan lapar sampai dua hari, memakai pakaian yang sama lebih dari satu hari, dan masih hidup. Tapi katanya di rumah aku tidak bisa mengaji.
Aku mengambil beberapa permen dan membuka salah satunya, memasukannya ke mulutku. Sambil duduk di bawah pohon beringin di depan kantor asrama sore itu, aku membaca komik. Pada halaman terakhir, aku sedikit terusik dengan seekor kucing kecil, mengelusku dengan kepalanya, dan menepuk kakiku dengan kaki depannya. Dia mengajakku berkenalan, kurasa. Kututup komikku, melewatkan halaman terakhir.
“Nas! Anas!” Oh—itu Ibu. Anaknya sedang enak begini Ibu memang selalu mengganggu. Aku berdiri dari dudukku dan menepuk pantat.
“Hm?—Iya, iya,” aku menjawab asal-asalan. Kucingnya sudah kutendang, tapi masih menggelendot manja dekat kakiku. Sudah begini aku langsung membantu Ibu membawa koperku ke asrama putri, supaya kucing itu pergi, untuk menyusu mungkin?
Suara gesekan roda koper dengan paving block di lingkungan asrama putri, rasanya musik yang bagus. Druk, druk, druk, brak, brak. “Bu, kamarnya sama Teteh, kan?” nyanyiku di dekat tangga asrama.
“Iya. Angkat kopernya, koper tidak bisa terbang.” Iya, Ibu, aku tahu!

Aku melihat bokong mobil yang perlahan menjauh dari halaman pondok. Inilah waktuku di sini, untuk mengaji dan belajar mandiri. Kutendang kerikil sial dekat kakiku. Pasir yang terbang membuatku kelilipan.
“Ih, gila!” Refleks yang buruk. Tanpa melihat dengan ekor mata pun aku tahu bahwa banyak orang yang sedang memperhatikanku. Aku menunduk, mencari sesuatu yang menyentuh rokku. Oh, itu dia. Si bodoh, kucing kecil bercorak macan kuning kudisan. Mengajakku berteman setelah berkenalan, rupanya.
Aku berjongkok, mengelus kepala si kucing. Lembut, tapi berdebu. Dia mengeong, mungkin minta kugaruk belakang telinganya. “Haha, bodoh kamu. Bau, belum pernah mandi, ya?” Kuselipkan tanganku pada dada dan punggungnya, mengangkat si kucing. Kubawa dia ke asrama.

Asrama sedang sepi, semuanya sholat maghrib dan langsung mengaji. Aku duduk di tangga, bermain bersama si kucing. Oh, kucing kecil itu sudah bernama, Tommy. Kupikir itu adalah standar nama kucing yang bagus, mudah diucapkan. Tommy, Tommy, Tommy.
“Nas! Sudah sholat?” Teteh datang dari gerbang asrama dan langsung menyerbuku. Melihat Tommy, Teteh menebak dengan tepat, “Kucingnya nemu di depan, ya?”
Aku hanya mendongak, lalu kembali tertunduk. Asrama hening.“Ga ngaji, Teh?” pecahku masih menunduk mengelus Tommy. Kurasa aku mendengar Teteh mengangguk.
“Sholat dulu, Nas. Keburu Isa, “ kata Teteh menaiki anak tangga pertama ke kamar asrama.

Hari itu di dapur, aku dan Kak Nana, salah satu teman sekamarku, sedang makan. Terbiasa disuapi, aku hanya menusuk-nusuk ikanku dengan garpu, dan mendorong nasiku ke luar piring. Dalam pelajaran bertata krama, sendok dan garpu seharusnya tidak membentur piring dan menimbulkan musik tak tak. Tapi, ingatlah, pernah kukatakan bahwa sudah tentu akulah yang paling tolol di sini. Masih kucoba untuk menyendok makananku ke dalam mulut, sampai akhirnya ikanku jatuh. Seandainya ikan itu masih hidup, akan kubunuh dia!
Aku turun dari kursiku dan berjongkok untuk mengambil ikan yang jatuh, tentu saja bukan untuk dimakan olehku, tapi Kak Nana menawarkan, “Nas, mau ikan lagi?” Kak Nana baik! Tapi tidak mengerti kalau aku kesusahan memakan ikan. Belum lagi saat kutengok ikan Kak Nana, sudah tiga perempat ludes.
Kujawab, “Ehm... makasih, Kak. Tapi Anas kenyang,” sambil menahan perutku yang keroncongan. Kak Nana kembali menggeluti ikannya, agak ragu-ragu memotong, mungkin heran. Aku baru minum segelas teh hangat, kau harus tahu, dan Kak Nana tahu itu. Aku pun kembali duduk di kursi setelah mengambil ikan yang jatuh, membungkusnya diam-diam di balik kerudungku dengan beberapa lembar tisu. Ikannya kubawa pulang.

“Tommy!” aku berseru berbisik saat Tommy berlari menghampiriku. Aku baru kembali dari sholat dzuhur dan akan bersiap mengaji. Tommy menyundulkan kepalanya, mengelus kakiku. Siapa yang tidak sayang?
Belakangan ini, Tommy selalu datang mengunjungiku setelah kuberikan dia ikan sisa makan siangku. Semakin kenal, aku pun semakin menerima baunya, kotornya. Kutemukan hal-hal tolol dari semua kucing kecil dalam Tommy. Sebagai anak berumur sembilan tahun, hal tolol bukan perkara besar, tetapi kekonyolan. Lihatlah, lihat! Tommy berguling di tanah dan tidak sengaja jatuh ke saluran air! Aku akan memegang perut, tertawa. Tommy itu berbeda. Seperti bundel semua ketololan dan kelucuan, semuanya satu paket dalam Tommy.
Aku menunduk dan menggaruk belakang telinga kucing kecil itu. Tepat saat Tommy mulai mendengkur dan menggeliat, seseorang menepuk bahuku. Aku mendongak, dan, oh—itu Teteh.
“Jangan main kucing terus. Ngaji sana!” Aku tidak suka diperintah!
Kesal, aku mengumpat. Tommy pun pergi.

Berhari-hari, aku mulai terbiasa dengan kegiatanku di pondok. Guru mengajiku, Teh Asri, membolehkanku membawa Tommy ke tempat belajar.
Tommy kotor, bau, jelek. Aku baru tahu bahwa Tommy sendirian. Tidak punya induk lagi. Ibu.
Kalau kembali ke asrama malam-malam, rasanya kasihan pada Tommy. Si Bau itu pasti kedinginan di tong sampah. Si Kotor itu pasti kelaparan. Si Jelek itu pasti ingin menyusu. Jauh dari rumah pun aku masih bisa merasakan kehangatan orang-orang di sekitarku, makan kenyang.
Tommy itu baik, baik, baik, baik seperti Odie. Tidak perlu kucucuk hidungnya pun Tommy pasti menurut. Lebih dari Odie, hanya dengan menunjukkan ekornya Tommy sudah menghiburku. Untuk Tommy, kuberikan seribu poin.

Tidak ada hari di asrama tanpa Tommy tersenyum padaku setiap pagi. Ekor pendeknya terangkat, seperti biasa. Karena waktu itu, kupikir ekor yang jatuh adalah tanda bahwa kucing sedang cemberut. Kak Nana yang sama-sama menyukai kucing denganku, bermain bersama Tommy untuk mengisi waktu senggang. Gigitan dan cakaran Tommy tidak pernah merobek rasa sayang kami. Tidak ada yang kurang di sini.
Sampai hari itu.
Kak Nana dan Teteh datang dari gerbang asrama, menghampiriku. Kak Nana, kulihat matanya berlaut. Hidungnya seperti siap meledak, kembang-kempis. Bibirnya mengatup, menahan entah apa yang akan keluar dari mulutnya. Kukira Kak Nana sedang sakit, menahan isi perutnya menyembur. Tapi aku salah. “Nas, Tommy...” Teteh angkat bicara.
Ada apa?
“Di parit. Tommy... berdarah, parit!”
Bohong! Aku cepat-cepat memakai kerudungku.
Kak Nana berkali-kali mengusap wajahnya. Mata, pipi, hidung. Teteh memimpin rombongan kecil kami ke parit yang dimaksud. Parit manakah? Tolong jangan yang besar!
Tidak ada yang menolongku.

“Tom... Tommy...” Aku bersedekap, menahan cengeng. Tidak bisa.
Tommy itu baik, tapi jahat. Lihatlah, kucing bodoh itu meninggal lebih dulu daripada aku! Pagi hari sebelum suratan itu datang, kulihat Tommy tersenyum, mengangkat ekornya. Tommy memakan sarapanku, sambil menggeram agar ayamnya tidak direbut. Kurasakan rambutnya yang berdebu. Kucium baunya, kudengar meongnya.
Tapi sore itu benar-benar terbalik. Sepertinya aku melihat Tommy cemberut. Tapi wangi. Begitu, ya. Aku suka Tommy cemberut yang wangi, enak dipeluk, tidak memberontak. Dingin tidak apa-apa.
Kalau sudah begini, aku ingin pulang. Cepat melihat Ibu, Bapak.

Malam hari, rasanya gila. Langit tidak selalu mengerti bumi, karena berbeda. Bulan dan dayang-dayangnya menari. Dari bumi aku menonton. Mungkin Tommy kudisan ada di sana, mengangkat ekornya. Mungkin.
Sesudah berwudhu untuk sholat Isa, sepertinya ada orang yang memukulku dari belakang. Sial, siapa? Napasku panas, mataku perih. Kuputuskan untuk sholat di kamar.
Anak tangga berukir floral itu berputar.

“Nas! Bangun!” Itu suara Teteh. Ditamparnya pipiku berkali-kali. Dikiranya aku tidur. Kudengar suara Kak Nana setelah seseorang memegang dahiku. Tangan itu dingin.
“Gila, kompor!” mungkin artinya aku panas.
Kemudian seseorang membopongku ke bawah, ke Unit Kesehatan Asrama Putri. Samar-samar, kulihat bulan. Masih malam. Gila, gila, gila. Kepalaku dipukul berkali-kali. Di Unit Kesehatan Asrama Putri, aku duduk di atas ranjang empuk. Baru kali ini aku kembali merasakan empuk yang seperti ini sejak tinggal di asrama. Enak, ya.
Kuraba belakang kepalaku, apa berdarah? Kuusap-usap sedikit, dan mengangkat tanganku ke depan wajah. Tidak ada setetespun darah. Tapi kepalaku sakit. Aku ingin memeluk Tommy. Atau Ibu?
Aduh, Ibu. Kumarahi terus. Kalau Tommy, pasti akan sangat sayang pada ibunya. Sangat hormat. Sangat cinta. Kubayangkan kelebat wajah Ibu, Bapak, dan adik-adikku yang nakal. Kakak-kakakku yang menyebalkan. Sudah begini, rasanya tidak apa-apa namaku dipanggil dua kali. Tidak apa-apa aku diteriaki agar cepat sholat. Tidak apa-apa kepalaku disentuh tidak sopan. Tidak apa-apa aku disuruh mengambil ini-itu. Terpejam seperti ini rasanya mataku teduh. Tiba-tiba ombak datang. Aku sesenggukan cengeng.

Esoknya, aku dan Teteh pulang. Hanya seminggu aku di sana. Tapi rasanya baru sehari. Tommy yang pertama menyambutku. Kemudian Kak Nana yang bermain bersamaku, bersama Tommy. Masih kuingat jelas gurat sayang Kak Nana pada semua kucing di asrama, pada Tommy. Kemudian masih kurasakan banyak gigitan dan cakaran dari Tommy, penuh sayang. Hari-hariku di asrama diisi oleh Tommy. Kuingat tempat-tempat yang pernah aku dan Tommy datangi.
Asrama putri. Luas. Gerbangnya dihapit oleh tempat berwudhu dan mencuci pakaian. Berjalanlah lurus di antara enam pohon beringin kecil dan kau akan melihat dua tangga yang saling berhadapan, berciuman di lantai dua. Naiklah, akan kau temui pertigaan yang menyambungkan dua tangga pendek,  berundak ke lantai serba guna dan tempat menjemur pakaian. Susuri setiap lorong berdinding baju dan celana, mungkin kau akan melihat aku bersama Tommy bermain di atas tumpukan kain yang jatuh. Jangan marah, salahkan angin.
Masjid. Tiang-tiang besar berbaris menopangnya agar tetap berdiri. Tegak. Cantik. Lantainya putih dan dingin berpola sulur-suluran. Aku duduk pada salah satunya, mendengarkan nasihat dari guruku. Di halaman masjid, Tommy menungguku sambil mencakar sandal-sandal yang bukan milikku. Mungkin milikmu.
Dapur. Setelah sholat dan keluar dari masjid melewati pintu yang menghadap ke asrama putri, cobalah melihat telinga kirimu. Tapi, hei, ada simpang kecil di sana. Untuk ke dapur, ikuti parit besar sebelah sawah. Di tengah perjalanan, tidak perlu terkejut kalau kau melihat aku sedang memberikan jatah makanku kepada Tommy yang lapar. Jangan mengganggu! Dia menggeram.
Koperasi pondok, ruang tamu, warung telepon, tempat-tempat biasa yang pada udaranya terpahat wangiku dan Tommy. Terekam suaranya, napasnya. Tempat-tempat monumental, memiliki rasa tersendiri. Tersendiri, hanya bagiku. Karena Tommy dengan mudahnya meninggal, nyawanya terbang.
Sebelum masuk ke mobil yang tertambat di depan gerbang Pondok Pesantren, aku pergi ke dekat pohon di depan kantor asrama. Tempatku dan Tommy berkenalan. Aku tersenyum, mengelus udara.
“Nas! Anas!” seperti biasa, itu Ibu. Aku tidak marah. Kubiarkan rokku mengembang tertiup angin di tengah lariku. Aku menubruk Ibu dan memeluknya. Mungkin begini, atau bahkan lebih dari inilah rasa rindu Tommy pada yang telah melahirkannya, pernah menyusuinya, pernah menghangatkannya, membiarkan air mata tumpah di bahunya.
Mungkin Ibu heran, melihat anaknya yang paling bandel mendadak begini, “Ada apa, Nas?”
“Ibu, ceritanya panjang.”
Kutatap siluet bangunan megah dengan latar belakang matahari sore. Merah langit yang mencolek terhambat tanganku yang menudungi mata. Kernyitan adalah ekspresi pertama sejak aku tiba di sana, lelah. Kuputar ransel merah berisi Al-Quran dan himpunan Hadist ke depanku kemudian membuka risletingnya, mengambil beberapa permen Blaster. Tepat pada saat aku memasukkan permen pertama ke dalam mulutku, aku menjadi salah seorang peserta asrama Pondok Pesantren di Karawang.
Di kejauhan, kulihat seekor kucing kecil berjinjit menghampiri, seperti menyambut. Aku belum tahu, bahwa suatu hari nanti di asrama, dialah yang akan memberikan pelajaran lebih banyak daripada guru-guru di dunia padaku. Pelajaran tentang mencintai. Kuberi seribu poin—tidak, bukan hanya seribu—seratus ribu poin, untuk Tommy.
———


Nama: Khoirun Nisa


 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Liburanku ke Pangandaran
          Hai… Namaku Moch.Rizky.Hadiansyah umurku 14 tahun dan Hobiku bermain Badminton Aku bersekolah di SMPN 3 Bandung yang bertempat di Jl .Dewi sartika Bandung .Aku akan bercerita tentang liburan ku ke Pangandaran .
          1 Hari sebelum berangkat menuju Pantai Pangandaran Aku dan Orang tua ku sibuk membereskan pakaian untuk persiapan nanti berangkat ke Pangandaran .Pada saat aku membereskan pakaian Aku hanya membawa 5 Buah pakaian .Tidak usah banyak-banyak karena Aku akan berada di sana hanya 1 Hari 2 Malam .Setelah membereskan seluruh pakaian Aku beristirahat karena hari sudah mulai malam saat nya untuk beristirahat agar besok tidak terlalu lelah saat pergi ke Pangandaran .
          Keesokan Harinya Aku dibangunkan pukul 03.00 subuh untuk mandi ,berpakaian ,lalu sarapan Pagi sesudah sarapan Pagi Aku pun sholat berjama’ah .Pada saat pukul 04.30 Pagi keluargaku sudah siap ,kebetulan Bus rombongan pun sudah siap untuk di naiki keluargaku pun masuk ke dalam Bus tersebut untuk mencari tempat duduk .
          Sesudah 15 menit menunggu akhirnya Bus siap untuk berangkat Bus yang kami naiki cukup bagus karena Bus yang kami naiki dari group pahala kencana dan cipaganti dengan fasilitas WiFi dan Air suspension.

          Tidak terlalu lama setelah kami semua berangkat ,Bus kami pun masuk Gerbang Tol Pasteur kami semua menikmati perjalanan dari pergi hingga sampai di tempat tujuan Pantai Pangandaran dan kami menuju Hotel Laut Biru ,perjalanan kami dari bandung sampai Pantai Pangandaran hanya memakan waktu 5 jam .Kami sampai di tempat tujuan Pukul 11.30 siang .Setelah sampai Hotel kami pun membereskan semua barang bawaan kami .

          Lalu kami semua makan siang di Hotel tersebut setelah pukul 13.00 kami semua bermain di pantai selama 4 jam setelah pukul 17.00 kami semua kembali ke Hotel untuk membersihkan badan .Pada pukul 18.00 kami semua melihat matahari terbenam sungguh pemandangan yang sangat indah pada saat waktu menuju malam kami semua bermain ke luar dari Hotel ,Sungguh tak terasa waktu disana sudah menunjukan pukul 20.00 kami semua kembali ke Hotel untuk makan malam ,waktu sudah menunjukan pukul 20.30 setelah semua nya beres Aku pun berganti pakaian  memakai pakaian tidur .

          Pada saat keesokan Harinya Aku di bangunkan pukul 04.15 untuk melaksanakan sholat subuh lalu Aku mandi ,waktu menunjukan pukul 05.00 keluargaku menyempatkan untuk lari Pagi sambil melihat matahari terbit ,sesudah berolah raga kami sekeluarga kembali ke Hotel untuk sarapan .Sesudah sarapan Aku dan temanku bermaksud untuk menyewa sepeda untuk berkeliling .Setelah pukul 10.00 kami kembali ke Hotel untuk beristirahat sebentar ,lalu temanku datang kekamarku mengajakku bermain di Pantai Aku pun setuju dengan ajakannya itu setelah itu Hari mulai sore dan Aku kembali ke Hotel untuk mandi dan membereskan pakaian karena pada pukul 21.00 kami semua harus kembali pulang ke Bandung .



 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Tahun Baru Di Villa Angker
                                                                  By : Melanica Nanda

 

    Hai namaku Melanica. Aku akan menceritakan sedikit pengalamanku. Awal pergantian tahun 2012 aku dan semua teman pengajianku termasuk sahabat-sahabatku (indri,uci,iis,nidya,dan irma) memutuskan untuk tahun baruan di villa Mang Toha tepatnya di Cipageran/Cimahi.
      Sebelum pergi kesana seperti biasa pasti aku di bekali ini lah, itu lah oleh ibuku yang terlalu berlebihan. Mmmb,,,wajar kali yah seorang ibu kan tidak mau anaknya sakit ataupun kenapa-kenapa. Akhirnya kamipun menuju ke villa tersebut.Sesampainya disana pukul 7 pagi,kami semua secara bersamaan mengatakan “WAWWW !!! keren banget villa ini’’ kami semua sangat kagum oleh bangunannya bisa di bilang sih bangunan tersebut sangat unik,penuh dengan ukiran,taman yang luas,di kelilingi ladang dan sawah para petani,tetapi sedikit kuno. Pada saat aku melangkahkan kaki untuk ke dalam villa itu ,aku sempat bertemu dengan seorang petani yang memikul padi sedang melewati villa ini,dia mengatakan padaku “Neng,hati-hati yah vila ini angker’’ (sambil berbisik kepadaku) aku tidak mengerti apa yang dimaksud oleh petani itu. Pada saat aku melangkahkan kaki ke dalam bangunan itu…”Srrreeettt……” bulu kudukku langsung berdiri dan hawanya pun berbeda dari biasanya. Disebelahku ada sahabat-sahabatku, yang berada didekatku hanyalah indri,akupun langsung berbisik kepadanya “Ndri,,ada yang aneh gak sih?” “aneh gimana mel? Itu perasaanmu saja mungkin” “iya sih mungkin ini perasaanku saja (dalam hati akupun bicara)” dan aku teringat apa yang dikatakan petani tadi padaku. Apa jangan-jangan…. “heyy,,jangan melamun!” indri membuyarkan pikiranku,ayo kita ke lantai atas untuk menaruh barang-barang kita di kamar, di atas kami melihat banyak ukiran,lukisan,dan juga sebuah patung berbentuk kuda.Kamipun masuk ke dalam kamar,terlihat di depan kamar ada kamar mandi dan ada kamar yang ditutup dengan jendela yang penuh dengan debu,sepertinya itu gudang.Saat aku melihat kamar mandi aku rasa aku ingin buang air kecil yang sudah kutahan dari tadi perjalanan ‘’cuuurrr….” Hmm lega,,ko agak remang yah? waktu aku melihat ke atas memang lampunya berwarna kuning,hmm pantas saja dan terhentak akupun merasa merinding lagi,segeralah aku cepat-cepat keluar dan masuk lagi ke kamar,terlihat sahabat-sahabatku sedang asyiknya bernyanyi dan bergembira bersama di alunkan dengan sebuah gitar. Panitia pun menghampiri kita “Ssssuuttt jangan berisik dan jangan terlalu centil nanti pemiliknya marah” iis dengan polosnya mengatakan “pemilik apa? masa pemiliknya marah sih? Kan kita udah sewa tempat ini, ya terserah dong mau di apain juga” “Huussh jangan ngomong gitu” sahut nidya “mendingan kalian semua banyak-banyak membaca do’a dan al-qur’an.  Aku mengerti apa yang dikatakan panitia tadi,yah berarti benar vila ini memang ada penunggunya,aku semakin merinding dan takut sempat terlintas di pikiranku untuk pulang tetapi,malam puncaknya juga belum sampai masa harus pulang? keinginanku akhirnya kutunda. Acara yang ditunggu-tunggu dan malam pergantian tahun akan segera berlangsung di taman belakang villa ,ada yang bakar-bakar jagung,baso, dan juga ada yang mempersiapkan petasan,akhirnya malam puncak pun datang dalam hitungan detik,kami semua bersorak-sorai senang, terlintas di penglihatanku sepertinya ada nenek-nenek yang melihat kami di balik pohon *dalam hati akupun bicara ,ahhh apa aku salah liat? rasa penasaranku muncul tiba-tiba akupun mendekati pohon itu dan ternyata…tidak ada siapa-siapa, hmm mungkin aku terlalu berimaginasi saja. Acara demi acara telah usai kami semua kembali ke halaman depan,aku dan sahabat-sahabatku berjalan bersama-sama,salah satu dari kami yaitu Irma terlihat sangat shok berat dan berkata gugup ‘’ituu,,ituu,,itu apa yang di atas genteng?” “emangnya ada apa ir? gak ada apa-apa ko disana’’sahut uci “ada ci ,ada” “ada apa?’’ “nenek-nenek berbaju putih sedang mengelilingi atap villa itu dengan tertawa puas” kami semua sangat ketakutan. Memang salah satu dari kami ada yang bisa melihat makhluk halus. Aku rasa apa yang dikatakan petani itu memang benar villa ini benar-benar angker. Keesokan harinya kami semua bergegas pulang meninggalkan villa itu.

~TAMAT~
       


 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

                                                                 Liburan ke Bali
                                                 Karya  :  Mirsalya Diana
                                                            Kelas IX-7

            Setelah melewati Ulangan Kenaikan Kelas tahun lalu, liburan panjang pun tiba. Saudaraku mengajakku dan keluargaku untuk berlibur ke Bali. Horeeee…. Aku sangat senang. Kami menyewa bis untuk berangkat ke Bali. Perjalanan kesana, kami lalui selama satu hari satu malam..
            Saat sudah sampai, kami sangat lelah dan langsung istirahat di hotel. Salah satu sepupuku bicara, “Aku takut banget sama sesajen di Bali,kayak dukun aja ya..hahahaha”,cetus kak Azrin.
“Heh, jangan ngomong sembarangan zrin. Nanti mimpi yang aneh-aneh loh.hihihih”,kata kak Rinda.
“Kira-kira mimpi apa yaaaa,pocong kali ya”,celetukku.
“Husshh, kalian sembarangan banget sih. Udah mendingan sekarang kita mandi aja ya trus bobo dehh”,kata Kak Rinda.
“Iya, tapi mandinya gantian ya. Aku dulu ahhhh,yang paling kecil tuh duluan.”,kataku.
“Ga bisa!!! Harus suit dulu ayo!”,kata Kak Azrin.
“Huhh dasarrr,baiklah.” ,kataku dan Kak Rinda
 Kami menginap di hotel Diana. Panasnya di Bali seperti membakar diriku. Malam pun tetap saja udara terasa panas. Untung saja di kamar hotel ada AC. Aku sekamar dengan 2 sepupuku yang bernama Azrin dan Rinda. Umur kami hanya beda sedikit, Aku yg 14 tahun,Azrin 15tahun, dan Rinda 19tahun. Kami pun tidur sangat nyenyak.
            Di Bali terdapat banyak sekali sesajen yang ditaruh di setiap pintu rumah. Bahkan, di sudut tangga pun ada. Itu karena masyarakat Bali masih banyak sekali yang menganut agama Hindu.
Papah bicara pada kami, “Awas, lihat ke bawah kalau berjalan, soalnya banyak sesajen. Jangan sampe keinjak ya!”
 Memang sudah tradisi Bali kalau kita sebagai pengunjung di Bali, tidak boleh menginjak sesajen, dan juga tidak boleh bertindak sembarangan serta harus menjaga setiap perkataan. Jika kita mengganggu sesajen itu, kita akan diganggu juga oleh roh tersebut.. Uwwww…..serem ya! I was very scared!
Keesokan harinya, kami sudah bangun pagi-pagi buta. Kami pun bergantian untuk mandi.
Tiba-tiba ada suara. Tok….tok….tok…, ”Hey anak-anak cepat mandi lalu kita sarapan. Ingat ya jam 8 kita sudah harus pergi!”,seru Mamah.
“Iya, mah”,sautku.

Setelah sarapan, kami pun pergi ke suatu tempat. Disana ada pertunjukkan drama dan tarian dari Bali, yaitu drama Barong dan tarian kecak.


                               
                Penari dari tarian kecak itu laki-laki semua dan berjumlah 50 orang. Tari Kecak merupakan upacara pemujaan kepada dewa-dewa. Karena masyarakat di Bali masih banyak yang menganut agama Hindu.
Setelah menyaksikan pertunjukkan tari kecak, dilanjutkan dengan pertunjukkan drama yang mengisahkan tentang perjuangan Barong yang melawan Rangda beserta pasukan Leaknya. Rangda adalah roh jahat yang mengganggu ketentraman masyrakat Bali. Rangda merupakan ratu dari pasukan Leak. Barong pun berusaha melindungi masyarakat Bali dan berjuang melawan Rangda beserta pasukannya. Akhirnya, Barong berhasil mengalahkan Rangda beserta pasukannya. Kisah itu adalah kepercayaan masyarakat Bali pada zaman dahulu. Aku senang sekali bisa melihat kesenian tradisional khas Bali. That was good traditional culture from Bali. It was amazing!
            Setelah menonton kesenian tradisional Bali, kami pergi makan siang. Lalu, kami berkunjung ke Pantai Sanur. Pemandangan di Pantai Sanur sangat indah sekali. Disana kami bermain pasir dan berfoto-foto. Aku juga bertemu degan banyak turis asing. Mereka sangat ramah sekali, seperti peribahasa “ada gula,ada semut”, dimana ada kesenangan, disitu banyak orang berkumpul. Kami pun kembali ke hotel.

                       
            Pada hari kedua di Bali, kami pergi ke Tanjung Benua. Disana kami berenang , dan bermain banyak permainan, antara lain banana boat, speed boat, dan perahu bebek. Banana boat dan speed boat membuatku tegang sekali. Aku dan keempat sepupuku naik banana boat dan juga dua orang pengawas banana boat, banana boat itu perahu tapi berbentuk pisang. Kami mengelilingi pantai Tanjung Benua,banana boat itu dikendarai dengan sangat cepat sampai kami hampir jatuh, dan saat di tengah, kami dijatuhkan ke laut oleh pengawas banana boat itu. Lalu, dinaikkan lagi ke perahu. Itu sangat menegangkan.  Lalu, kami naik speed boat,yaitu perahu biasa tetapi dengan kecepatan yang tinggi. Itu seram sekali, perahunya sampai miring-miring dan sperti ingin jatuh. Itu memang disengaja, tetapi tetap saja seraaammmm……
Dan kamipun naik perahu bebek. Perahu bebek dikendarai kita sendiri. Aku hanya bermain berdua dengan sepupuku,Azrin. Keluargaku yang lainnya naik perahu bebek yang lainnya. Karena perahu bebek hanya bisa untuk dua atau tiga orang. Itu sangat seru sekali. Kami pun berfoto-foto.

                       
Setelah bermain, kami pergi ke Pulau Penyu menggunakan perahu. Banyak sekali penyu disana. Penyunya indah sekali. Tetapi, disana aroma penyunya sangat tidak mengenakkan. Kami pun kembali lagi ke Tanjung Benua, kami bersiap-siap pergi ke Pantai Kuta.
Di Pantai Kuta, kami pun berenang lagi dan bermain pasir. Keindahan Pantai Kuta sangat indah, seperti terdengar suara nyanyian ombak laut di pantai. Kami pun kembali ke hotel dan beristirahat untuk keesokan harinya.

                                                Pada hari ketiga di Bali, kami mengunjungi GWK. Tapi, selama perjalanan menuju kesana, aku malah ketiduran di bis.
Saat sampai GWK, Azrin membanguniku, “Hoiii,bangun mirsaaa..!! Udah sampe nih..”
Walaupun sedikit mengantuk, aku pun hendak turun dari bis. Tiba-tiba aku terjatuh dari bis dan masuk ke selokan yang sangat kotor,bau,dan dalam. Itu sangat menjijikkan. Tanganku sampai berdarah, untung aku tidak menangis.
Mamah pun berkata “Aduh, kok bisa jatuh sih,yaudah cepet ayo ganti baju terus baru kita masuk ke GWK.”
Aku hanya mengangguk dan mengikuti mamah menuju kamar mandi untuk mengganti pakaianku yang sangat bau dan kotor.
Di GWK ada dua patung raksasa, yaitu seorang dewa beserta burung rajawali kepunyaannya dahulu. Aku lupa berapa ketinggian patung itu. Tapi itu sangat besar sekali. Kami berfoto-foto dengan patung-patung di Bali. Lalu, kami mengunjungi Tanah Lot. Itu adalah sebuah laut yang sangat dalam. Tanah Lot indah sekali. Disana ombaknya besar sekali seolah-olah ingin menerkam. Air lautnya juga masih sangat jernih. We saw very beautiful view in the evening over there! It’s amazing, I love it. I will never forget this. Disana kami tidak boleh berenang karena kedalaman dan ombak lautnya yang sangat berbahaya. Kami pulang kembali ke hotel.

Pada hari keempat, adalah hari terakhir kami berlibur di Bali. Kami mengunjungi suatu tempat yang menjual berbagai perak yang bagus-bagus. Kami hanya melihat saja, tetapi hanya mamahku saja yang membeli. Kami mengunjungi sebuah supermarket besar dan pasar Sukawati untuk membeli buah tangan. Pasar Sukawati adalah pasar yang terkenal di Bali. Disana menjual berbagai macam kerajinan,pakaian,dan makanan khas Bali. Aku membeli banyak baju,celana,dompet,sandal,tas dan lukisan dari Bali. Kami pun pergi ke supermarket besar. Kami membeli makanan-makanan khas Bali. Ada kacang asin khas Bali,dan lain-lainnya.
Akhirnya, kami pun pulang ke Bandung. Kami melewati Yogyakarta. Awalnya sih ada rencana untuk mengunjungi candi Borobudur, candi Prambanan dan malamnya ke Malioboro. Tetapi keluargaku mengatakan “Sudahlah, langsung pulang saja ,kami sudah capai”. Itu yang mereka katakan. Uhh, aku sangat kesal. Jadinya saat melewati Yogyakarta, kami hanya membeli bakpia,wingko,dan berbagai makanan lainnya saja.
Kami pun sampai di Bandung, kami lelah tetapi sangat bahagia dapat berlibur ke Bali. Aku tidak akan pernah melupakan kenangan di Bali. That was happy experience for us. I wish next time, I could visit Bali anymore. I love you,Bali….!!!!



 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Pergi ke Yogyakarta



Teman-teman bersorak gembira karena besok akan pergi ke Yogyakarta. Inilah saat yang kutunggu-tunggu. Sepertinya ramai, seru dan dapat menambah pengalaman pergi bersama teman-teman, pikirku. ”Nadya kamu sekamar sama siapa? Sama kita aja yuk!”, Aenun,Yustika, Mayang sahabatku berkata kepadaku. “Hmmm,oke deh aku sekamar sama kalian”, jawabku. Semua sibuk mencari teman sekamarnya. Pulang sekolah, kami berkumpul di GOR untuk diberi penjelasan tentang apa yang harus dibawa besok.
“Cape juga Nad, membawa tas sebanyak ini”, keluh Aenun. “Iyalah Nun, kita kan mau pergi ke Yogyakarta bukan ke Cibaduyut”, jawabku. Aenun pun tertawa. Di Tegalega, kami menunggu bis yang akan membawa kami ke Yogyakarta. Akhirnya bis itu pun tiba. Ketika aku memasuki bis itu, ternyata sangat nyaman, udaranya dingin tidak seperti udara di luar yang sangat panas.
Di perjalanan, kami bersenang-senang. Ada yang menonton film, ada yang bermain kartu, ada yang bernyanyi, ada juga yang bermain teka-teki. Perjalanan menuju Yogyakarta ditempuh selama kurang lebih 10 jam.
Tak terasa sudah jam 4 subuh. Kami berhenti sejenak di tempat peristirahatan untuk mandi, sarapan dan sholat subuh. “Semua siswa SMPN 3 kembali menuju bis, karena kita akan melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur!”, suara pemandu mengagetkanku.
Sesampai di Candi Borobudur, kami dibagi tiket masuk. Perjalanan dari pintu masuk ke Candi Borobudur sangat jauh dan udaranya sangat panas. Tapi itu semua tak terasa begitu melihat Candi Borobudur yang sangat indah. Dilihat dari kejauhan, Candi Borobudur begitu megah. Candinya sangat besar dan luas. Patung-patung dan relief yang ada di candi sangat banyak. Karena itulah Candi Borobudur menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Perjalanan dilanjutkan menuju Candi Prambanan. Candi Prambanan, bangunannya lebih tinggi daripada Candi Borobudur. Relief dan patung-patungnya juga sangat indah,  menceritakan kisah Ramayana. Inilah yang membuat banyak turis datang ke sini.
“Akhirnya bisa melihat kasur kembali!”, seru Yustika sambil mengunci pintu kamar hotel. “Kita istirahat dulu sebentar, setelah itu kita mandi karena kita akan berjalan-jalan ke Malioboro”,kataku. Semuanya bersorak gembira. Suasana jadi seru ketika teman-temanku saling berebut bantal.
Malioboro tak seperti yang kubayangkan. Di sana ramai sekali. Banyak pedagang kakilima yang berjualan.
Barang-barang khas Yokyakarta ada disana. Aku pun tertarik untuk membelinya, sebagai oleh-oleh untuk keluargaku di rumah.
Hari ini adalah hari terakhir aku bersama teman-temanku berada di Yogyakarta. Matahari sudah terbit, saatnya kami bangun dan mandi di pagi yang cerah ini. Kami saling berebut untuk mandi, membuat suasana pagi menjadi ramai. “Aaaaaaaaaaaa”, Aenun berteriak. “Ada apa nun?”, Mayang bertanya dengan wajah yang panik. “Ko airnya yang keluar hanya air panas, sedangkan air dingin tidak keluar”, jawab Aenun. Ketika Aenun keluar dari kamar mandi, asap yang ada di kamar mandi pun ikut keluar, dan kami semua tertawa karena melihat Aenun dengan wajah yang polos.
Tepat jam 8, kami meninggalkan hotel dan melanjutkan perjalanan ke Keraton Yogyakarta dan Bakpia Djava. Tak terasa, tiba saatnya untuk pulang kembali ke Bandung. Ini adalah pengalaman yang tak terlupakan.  Semoga suatu saat nanti, kita bisa pergi bersama-sama lagi.
 




      Oleh : NADYA SYIFA ARISANTI IX-7


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



                        Kejuaraan Karate Pertamaku                

           Namaku Roby Jaelani atau panggil saja aku oby, Tahun 2008 ketika umurku 9 tahun tepatnya aku masih kelas tiga SD. Saat itu, Aku memiliki banyak teman, Diantara mereka ada salah satu temanku yang sudah aku anggap lebih dari teman atau bisa disebut sahabat. Sebut saja dia Dit, Walaupun nama aslinya Aditya, Aku dan Dit sangat dekat sekali, Mungkin karena kami duduk di meja yang sama, Jadi terasa selalu dekat. Ditahun ini kami berdua berniat untuk masuk kedalam ekskul olahraga. Saat itu kami berdua bingung akan masuk ekskul apa?,karena banyak sekali pilihannya. Lalu temanku Rifqi menawarkan kepada kami untuk masuk ekskul volly, karena team volly putra kekurangan pemain. “eh rob gimana kalo kamu dan temanmu adit masuk ekskul volly?” katanya.  “Maaf Setelahku pikir-pikir aku kurang berminat untuk masuk ekskul itu” Kataku. Lalu Rifqi menjawab “Mengapa rob?”  Mungkin aku merasa kurang tinggi, Dan juga aku lebih tertarik dengan ekskul karate, Karena memang itu keinginanku sewaktu kecil. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk masuk ekskul karate. Sepulang sekolah, Aku langsung pulang dan meminta izin kepada orangtuaku, dan ternyata mereka sangat mendukung untuk masuk kedalam ekstra kulikuler ini dan segera mendaftarkanku.  

           Dihari latihan pertamaku , jujur aku merasa sangat tegang. Wajar saja karena ini adalah hari pertamaku latihan, dan mungkin ada faktor lain yang menyebabkanku tegang, yaitu wajah pelatih yang seram dan postur tubuh yang besar yang dapat menyebabkan murid menjadi down. Tetapi hal itu tidak membuat kami untuk undur diri atau menyerah. Dihari itu kami semua berlatih besik dasar terlebih dahulu, seperti kuda-kuda, cara memukul yang baik, dan cara bertahan yang benar, latihan itu kami lakukan setiap pertemuan selama 2 minggu. Beberapa bulan kemudian kami dianjurkan untuk membeli beberapa peralatan untuk bertanding seperti hand protect, dan gum shield (pelindung gigi). ­­­­­­­­­­­­­­­­ Karena kami di persiapkan untuk bertanding di kejuaraan unpas cup ke 4 yang di selenggarakan di universitas pasundan. kejuaraan ini diselenggarakan tanggal 10 juli 2008 secara terbuka yang diikuti oleh pelajar se-Kota bandung . kami sangat bersemangat untuk mengikuti kejurda itu, dan kami semakin giat berlatih, Kami berlatih menggunakan peralatan yang tadi agar terbiasa pada saat nanti bertanding.

           Pertandingan tinggal 2 minggu lagi dari hari itu. Tapi kami siap untuk bertanding, aku segera mengabarkan informasi itu kepada ayahku ,dan meminta persetujuan untuk mengikuti pertandingan itu. Ayahku sangat setuju dan segera mendaftarkanku untuk mengikutinya. Menjelang pertandingan kami disiapkan dengan porsi latihan yang lebih keras dari sebelumnya. Kami berlatih fisik, dan berlatih uji coba dengan teman-teman. Di H-2 aku mempersiapkan segalanya di hari itu , seperti kelengkapan sabuk, pelindung tangan dan pelindung gigi. tidak terasa hari itupun tiba, hari pertandinganku.
           Dihari itu aku bangun pagi dan tidak lupa beribadah solat subuh. Dan tidak lupa untuk serapan pagi, karena itu sangat penting untuk tubuh kita. Setelah semua selesai aku pergi menuju sekolah , karena di sana kami akan pergi bersama – sama .              aku pergi ke lokasi pertandingan bersama ayah dan rombongan tentunya. Diperjalanan aku merasa sangat tegang, aku tidak tahu kenapa, mungkin karena ini pertandingan pertamaku. Setiba disana ternyata benar ada banyak peserta yang mengikuti kejuaraan ini, mentalku langsung down sampai-sampai aku tidak mau makan. lalu kami masuk gor untuk mengikuti upacara pembukaan terlebihdahulu. Dipembukaan ini ada sedikit perfom dari kaka-kaka panitia. Sesudah pembukaan kami dihimbau agar segera menyiapkan diri untuk segera bertanding. Tapi sebelum bertanding kami segera didaftarkan ke panitia untuk menentukan masuk kelas dan kategori apa. Setelah melakukan pendaftaran ternyata aku masuk kedalam kategori komite usia dini berat 25 kg . dan aku segera pemanasan karena aku bertanding ke tiga dari group 1. Diperkirakan oleh official, aku bermain pukul 10:00 .

               Hatiku semakin tak tenang, karena sebentar lagi aku akan bertanding. Dan saatnya telah tiba, aku bertanding. Awalnya memang merasa kaku dan takut untuk bertanding, karena lawanku lebih besar dari diriku. Tetapi jelang waktu 1 menit aku mulai terbiasa dengan suasana pertandingan dan aku mulai bisa untuk merebut poin dari lawanku melalui pukulan kanan. 1-0 aku memimpin, banyak orang yang mendukung sehingga aku semakin bersemangat, tapi lawanku tidak diam saja, dia melakukan serangan-serangan menggunakan kaki, mungkin karena menurut dia aku lebih kecil, sehingga mudah di jangkau, dan ternyata benar aku terkena   tendangannya, skorku menjadi 1-2 karena tendangan itu memiliki 2 point, tetapi aku tidak patah semangat dan mencoba menyerang dengan tendangan juga, sudah berulang kali aku mencoba tetapi tidak pernah berhasil tapi aku terus mencoba, dan... yes masuk. Pointku menjadi 3-2 waktu tinggal 1 menit lagi, tetapi sayang, di waktu 15 detik menuju bendera di angkat aku ditendang dengan kakinya dan mengenai rusukku dan aku terjatuh, waktupun selesai, aku kalah dengan sekor 3-4. disaat itu aku berfikir, semua yangku lakukan saat berlatih sudah kulakukan pada saat itu, tetapi aku tidak bisa menang dan kurasa semua itu sia-sia. Lalu ayahku menghampiriku dan berkata “tidak apa-apa, jangan patah semangat, dan teruslah berlatih kalau kamu ingin juara”.
Dari kata-kata itu , aku menurutinya aku terus berlatih, ternyata semua itu benar, aku menjuarai unpas cup ke-5 bulan desember tahun 2008. Dan itu adalah piala pertamaku diajang kejuaraan karate.



            

                                                                                                            Oleh : Roby Jaelani
                                                                                                               Kelas : ix-7 (9.7)

          
 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Oleh : SeniErliani
Perpisahan Kelas 8-1


    23  Juni sesudah pembagian rapot kenaikan kelas walikelas 81 Ibu Sri Handayana dan komite 81 Ibu Suzy mengadakan acara perpisahan kelas. Aku dan teman-teman yang lainnya sepakat memilih ke Villa Boscha Pangalengan , akhirnya walikelas, komite, dan orang tua menyetujui dan mengijinkan berkarya wisata ke Pagalengan.
Lalu aku bersiap-siap meyiapkan peralatan yang harus aku bawa untuk besok.
“Huu akhirnya selesai juga.”kataku kecapean memebereskan peralatan yang harus aku bawa.
Senin pagi aku bangun lebih awal pukul 04.00 pagi aku langsung membereskan tempat tidurdan setelah itu aku mandi .Pada pukul 05.30 pagi aku langsung pergi ke tempat berkumpulnya semua teman-teman 81 yaitu di lapangan Lanud Sulaiman. Sesudah sampai ternyata kepagian.
“uhhh kepagian.”keluhku.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya temanku yang bernama Wigianty datang, semua teman pun sudah berkumpul ayahku berpesan.
“Jaga kesehatan dan disana jangan nakal.” kata ayahku.
iya pasti yah.” kataku.
Sesudah itu pun aku dan yang lainnya dibagi bus yang akan kita tumpangi,tetapi merasa aneh danterasa ada yang lupa, ternyata sahabatku Sahira belum datang.”Pantesan dari tadi nggak kelihatan.” kataku.
Setelah beberapa lama akhirnya Sahira pun datang.
Aku langsung menarik tanggannya.”Ayo sini duduk sama aku aja ya, maukan?” kataku.
“Ya ayo aku mau.”kata Sahira.
Lalu kami duduk ditempat yang disediakan,setelah pukul 07.00 pagi kami pun berangkat ketempat yang akan kita tuju yaitu ke Pangalengan. Dalam perjalanan Aku dan teman yang lainnya mengisi waktu didalam bus dengan bernyanyi, bercanda, dan mengemil. Saat ingin membagi makanan tiba-tiba Sahira mengambilnya.
“Yeee coklat, aku suka makasih ya kamu baik deh.”kata Sahira.
“Yee enak aja, gak semuanya ih bagi-bagi, emang baik kan aku.“ kata aku sambil tersenyum.
“Huu senyum-senyum.”kata Sahira sambil menyubit.
“Aw sakit emang bener kan aku baik huu.”kata aku sambil menyubit balik.
“Aw iya-iyadeh kamu baik.”kataSahira yang kesakitan dicubit sama Aku.
Setelah sampai di Pangalengan semua siswa pun bersorak gembira.
“Yeee akhirnya sampe juga.”kataku .
Aku dan teman-temanku langsung beristirahat.Setelah beristirahat walikelas dan orang tua mengadakan lomba yaitu, futsal, bola air ,dan yang lainnya. Waktu giliran futsal cewek kelompok aku kalah.
“Enggak kenapa-kenapa ya kalah juga yang penting ramekan?”kataku
“Iyalah enggak kenapa-kenapa kan cuman permainan.”kata temanku.
Setelah permainan selesai dan sesudah makan Aku dan yang lainnya berlanjut ke tujuan ke 2 yaitu Villa Boscha Pangalengan.Akhirnya pun sampai di Villa disana suasananya bagus walaupun sore hari suasananya dingin seperti pagi hari .
“Huuu akhirnyaa sampe juga, dingin banget.”kataku kedinginan.
Aku pun masuk saat masuk semua pun berebutan kamar. Sesudah pembagian kamar, Aku langsung makan dan mandi. Setelah itu kami pun disuruh keluar karena ada perloban lain. Perlombaan pun selesai, kelompok Aku menang dan bersorak-sorak.
“lalayeyelalayeye.”bersorak-sorak.
Pada malam hari Aku dan teman yang lainnya membakar sosis bakar , sambil menunggu sosis bakar matang . Aku dan Sahira melihat pemandangan malam hari ternyata melihat kesekeliling gelap tidak ada cahaya sedikit pun kecuali Villa yang Aku tempati. Saat melihat ke langit banyak bintang-bintang dan bulan menyinari bumi.
“bagus banget yaa langitnya jarang-jarangloh diBandung liat yang kayak gini ya kan?” tanyaku
“Iya bener bagus banget Aku suka.”kata Sahira.
Setelah melihat-lihat ternyata sosis bakarku yang sudah ditunggu-tunggu sudah matang.
Setelah sosis bakar kami pun harus segera masuk Villa karena diluar udaranya semakin dingin. Didalam acara semakin rame semua temanku bergabung diruang tengah. Saat pementasan drama yang dilakukan oleh temanku M.Ilham yang akrab disapa sogir, Raju, dan yang lainnya, saat mereka berperan semua penonton termasuk aku tertawa saat mereka berperan sebagai guru yang pernah mengajar dikelas 81. Setelah itu ada acara pembagian hadiah, hadiahnya bermacam-macam dan menarik. Acara pun akhirnya selesai semua siswapun harus segara tidur karena besok pagi akan melanjutkan perjalanan.
Pagi hari pukul 05.00 pagi Aku langsung membersihkan badan setelah itu shalat shubuh berjamaah,dan sarapan pagi. Semua murid harus segera kehalaman depan karena akan ada senam pagi .
“Uhuuu dingin banget enggak kuat.”sahutku kedinginan
“Ya ampun dingin ginilah .”sahut temanku.
Acara pun dimulai Aku dan yang lainnya mengikuti senam pagi yang dipimpin oleh orang tua Aditya. Setelah beberapa menit senam pun selesai dan kami pun berkunjung ke Rumah Hitam. Dan setelah ke Rumah Hitam kami Hiking ke Gunung Nini yang jaraknya kurang lebih 3km.Dalam perjalanan ke Gunung Nini aku dan temanku semangat dan harus sampai ke tower yang ada diatas gunung .
Akhirnya kami sampai didepan tower semua pun kecapean dan langsung beristirahat sambil melihat pemandangan yang bagus. Aku dan yang lainnya setelah beristirahat melanjutkan perjalanan ke Makam Bapak Boscha dalam perjalanan ke makam Bapak Boscha meliat banyak perkebunan teh yang luas dan subur. Akhirnya kami sampai dimakam Bapak Boscha dan setalah bertanya-tanya Aku dan yang lainnya kembali ke Villa,dan setelah sampai diVilla aku langsung makan siang dan membersihkan badan karena akan kembali ke Bandung.
“Yee pulang.”kataku karena aku kangen kepada orang tuaku.
Setelah bersiap-siap aku pun langsung meninggalkan Pangalengan dan melanjutkan perjalanan menuju Bandung.Akirnya aku sampai di Bandung dengan selamat dan liburanpun berakhir dengan menyenangkan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Pulang Sekolah
Karya : Shala sabila M.S (9.7)

            Waktu itu adalah hari Rabu. Pada hari itu badanku agak sedikit kurang baik. Namun, pelajaran demi pelajaran dapat kulalui seperti belajar pada saat biasa. Bahkan saking fokusnya, pikiranku hanya tertuju pada pelajaran, rasa sakit di badanku sampai tidak terasa.
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Keinginan untuk langsung pulang ke rumah tidak terlaksana, dikarenakan aku harus mengerjakan tugas kelompok dulu di rumah temanku. Dengan cepat aku langsung memanggil sahabatku Hanifa untuk mengajaknya mengerjakan tugas kelompok itu yang dilengkapi dengan isyarat tanganku.
Tapi, yang anehnya tanganku tidak mengarah ke Hanifa melainkan ke arah sebaliknya, mungkin itu dikarenakan keadaan fisikku yang kurang baik. Pada keadaan itu kami berdua pun tertawa kecil.
Saat anggota kelompokku sudah berkumpul, aku langsung menanyakan satu persatu temanku. Tapi, karena banyak anggota lainnya yang tidak bisa ikut kami memutuskan untuk membatalkannya.
Setelah itu aku lupa dengan keadaan tubuhku dan keinginanku untuk langsung pulang. Aku malahan mengobrol sejenak dengan Hanifa, saat kami sedang asyik mengobrol, teman Hanifa dari arah lantai satu memanggilnya untuk meminta tolong melihatkan temannya yang kebetulan sekelas dengan kami. Setelah Hanifa mengecek temannya, ia langsung kembali ke sampingku dan berteriak lagi ke teman yang meminta tolong padanya.
Setelah itu kami melanjutkan pembicaraan. Entah mengapa mulutku tiba – tiba berkata “Itu ke kelas lagi.” yang sebenarnya kalimat itu tidak nyambung dengan topik pembicaraan kami. Di situ kami terdiam sejenak. Lalu Hanifa mengajakku ke kelas dengan diliputi rasa bingung dalam benaknya.
“Ini Shal, ini kelas kita, kenapa dengan kelas kita?” ucapnya yang disusul dengan jawabanku “hehehe, iya Han. Sudah ah. Ayo kita pulang saja!
Keluar dari gerbang sekolah aku merasa haus, aku pun langsung membeli satu jus strawberry.
Setelah itu seperti biasa, aku pulang naik bis damri dan turun di Cicadas rumah bibiku. Biasanya aku pulang ditemani temanku dan adik kelas juga. Tapi sepertinya temanku sudah pulang lebih dulu dan adik kelas sedang ekskul wajib yaitu pramuka.
Saat sampai di halte, aku harus menunggu dulu beberapa menit karena bis yang kunaiki belum datang.
Bis yang kutunggu pun datang. Karena, aku turun di Cicadas aku bisa naik bis jurusan manapun. Baik jurusan Kebon kalapa – Cibiru maupun Leuwipanjang – Cicaheum. Saat sudah di dalam bis, rasa sakit di badanku terasa kembali bahkan, kali ini aku sangat pusing. Aku mencoba mengistirahatkan mataku sebentar supaya mudah – mudahan saat aku bangun rasa sakit di badanku ini hilang.
Saat aku bangun dari tidurku aku langsung melihat jalan. Aku tidak mengenal jalan yang bis ini lewati dan aku berpikir mungkin karena aku baru bangun jadi aku masih belum ingat. Tapi, saat beberapa menit kemudian aku sudah pasti dengan pikiranku ini. Aku benar – benar tidak mengenali jalan ini, dan akhirnya aku tau posisiku di mana dengan melihat papan supermarket yang di bagian bawahnya tertulis “Jl. Ahmad Yani no 1052” .
Deg! Perasaan kaget datang saat aku beres membaca alamat itu. Mengetahui hal itu, aku langsung turun dari bis dan berusaha tidak terlihat panik. Tetap saja, walaupun aku berusaha untuk tidak panik perasaan dalam hatiku berkecamuk.
Aku turun tepat di depan rumah sakit Hermina.Terpaksa aku tidak naik angkot yang sebenarnya aku tahu bahwa angkot itu melewati daerah Cicadas nantinya. Karena, aku tidak mengenal jelas jalur yang akan dilewati angkot tersebut.
Aku berjalan, berjalan dan terus berjalan. Hingga akhirnya aku sampai di terminal Cicaheum. Sudah sampai situ, baru aku naik angkot. Karena aku sudah mengenal pasti jalur yang dilewati angkot yang aku naiki.
Akhirnya aku sampai di rumah dengan selamat. Sesampainya di rumah... brug! aku menjatuhkan badanku di tempat tidurku saking lelahnya berjalan. Kejadian ini sangat membuatku takut untuk tidur di bis dalam keadaan apa pun. Karena, aku tidak mau hal ini terulang kembali.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



Awal Terbentuknya Band “Versa”
     Dulu saat saya pertamakali masuk ke kelas 81, saya merasa tidak nyaman. Karena saya pikir teman-temannya menyebalkan. Tetapi setelah beberapa lama di kelas 81 ini, pikiran saya tentang teman-teman yang “menyebalkan” itu mulai hilang karena ternyata mereka sangat baik dan menyenangkan. Kebetulan beberapa teman saya mempunyai hobi yang sama yaitu bermain musik . Saya dan Yoga cukup mahir bermain gitar, Adit sedang belajar bermain drum, sedangkan Viali belajar bermain bass. Dan tentu saja Raju yang mempunyai suara emas . Mereka semua adalah sahabat saya ,ditambah Arief yang selalu menceriakan suasana.
     Lalu sejak saat itu kami memutuskan untuk membangun sebuah band ,lalu kami memikirkan nama untuk band kami ini. Setelah lama berpikir, kami memutuskan menamai band kami “Versa” yang artinya Berkebalikan gak tau lupa lagi Versa itu bahasa negara mana. Pertama kali kami latihan yaitu di studio Manson, saat itu kami masih belum tahu bagaimana cara memadukan semua alat musik ini. Jadi saat itu kami ditertawakan oleh operator studio. Itu adalah pengalaman yang sangat memalukan ,karena kami tampak bodoh dihadapan operator studio itu.
     Nah saat itu kami berpikir untuk latihan di kelas dahulu sebelum ke studio, jadi di studio kami tinggal mencoba dengan alat musik elektrik tidak usah kembali mengulik lagu yang kami pilih. Lagu yang pertamakali bisa saya bawakan ialah lagu “So far Away” dari Band Avenged Sevenvold.
     Setelah beberapa kali latihan di studio Xiphos, kami tampil saat Pensi sekolah dan membawakan lagu “Welcome to My Life” dan “What I’ve done”. Saat itu Yoga tidak ikut tampil karena ia sakit. Jadi kami hanya tampil berempat. Kami tampil cukup baik saat itu, “Urang deg degan gir” kata Viali dengan bahasa Sundanya “Iya sama” jawab saya. “ah sudahlah kita semua berhasil” kata Adit sambil menepuk-nepukan tanngannya.  Saat itu kami mulai mencari event-event untuk kami memperlihatkan bakat kami dalam bidang musik. Tetapi sampai saat ini kami belum menemukannya. Sepertinya kami membutuhkan manager, sampai-sampai kami mempromosikan di jejaring sosial “Twitter”. Tetapi tetap saja tidak ada yang menjawab .
     Sekarang kami telah beranjak ke kelas 9. Kami semua terpisah, hanya Yoga,Adit dan Arief yang tetap satu kelas. Saya sangat ingin masuk ke kelas mereka, tetapi apa boleh buat, keputusan guru tidak dapat lagi diganggu-gugat. Saat ini semua terasa berbeda karena tidak ada lagi “Banyolan” Arief, “Ocehan” Raju, semuanya terasa berbeda sekarang. Teman kelas sekarang juga menyenangkan, tetapi akan lebih menyenangkan bila ada mereka yang selalu menghibur dalam situasi apapun. Tetapi walaupun kami telah berpisah, kami masih selalu berkumpul saat istirahat dan saat pulang sekolah. Dan kami juga masih sering latihan bareng di studio langganan kami sekarang yaitu Xiphos.
     Sekarang tidak ada sms ataupun mention “Gir besok PR apa aja?” dari mereka, sekarang mereka sudah sibuk dengan kelas baru mereka. Tetapi jika kami bertemu atau berkumpul kami tidak pernah bertengkar karena masalah apapun. Semua masalah kami selesaikan dengan tertawa sampai berguling-guling .....
     Pokoknya kalian sahabat terbaik yang saya Punya.

Oleh:    M.Ilham Yusripar







Tidak ada komentar:

Posting Komentar