Berkeliling di Hari Raya
Karya: M. Rizki Putra M.
Kelas: IX-7
Pada
libur lebaran tahun 2011, aku dan keluargaku ingin mencoba perjalanan baru. Pejalanan
yang belum pernah kami lakukan sebelumnya yaitu perjalanan backpacking ditambah dengan mengisi libur lebaran di jalanan.
Perjalananku
dimulai pada hari ‘H’ lebaran, seperti biasa kami sekeluarga bangun pagi-pagi
supaya tidak terlambat untuk melaksanakan shola ied di halaman masjid dekat
rumah. Setelah mandi dan menunaikan sholat subuh, aku bersama ayahku pergi
duluan ke masjid dan disusul oleh ibu dan kakak-kakakku. Setelah selesai sholat
kami pergi ke rumah tetangga untuk saling meminta maaf karena hari ini adalah
hari yang suci. Setelah itu karena kami sudah lapar, kami langsung menyantap
ketupat, opor ayam, sambal goreng kentang, dan rendang yang sudah menanti dari
tadi. Setelah makan kami langsung bersiap-siap pergi ke Bekasi untuk menemui
saudara disana. Kami pergi pagi-pagi untuk menghindari kemacetan, tapi tidak
seperti yang kami harapkan ternyata kami terjebak macet setelah keluar gerbang
tol Cikarang Utama, perjalanan yang seharusnya dua jam, saat itu kami lalui
dengan tiga jam lebih. Panasnya bekasi langsung menyambut kedatangan mobil kami
saat keluar tol Bekasi Barat dan akhirnya kami sampai di rumah salah satu
saudara kandung dari ibuku. Disana sangat ramai karena hampir semua saudara
kandung dari ibuku berkumpul di rumah tersebut. Disana kami saling meminta
maaf, membicarakan banyak hal, makan siang, dan yang paling aku tunggu-tunggu
adalah pembagian THR (tunjangan hari raya), karena hampir semua saudara yang
sudah bekerja membagikan uang THR ke anak-anak. Kami menginap satu malam disana,
mungkin karena belum terbiasa saya merasa kepanasan sampai keringat ditubuh
saya keluar sangat banyak. Keesokan harinya, kami berpamitan dengan orang rumah
. kami pergi pagi-pagi sekali agar terhindar dari kemacetan.
Perjalanan
dilanjutkan dengan pergi menuju Jatibarang, rumah kakak dari ayahku. Untuk
mencapai kesana dari Bekasi, kami harus melalui jalur Pantura (Pantai Utara),
jalan yang baru pertama kali aku lewati. Karena ayahku sudah lama tidak
melewati jalan tersebut, kami sempat tersesat sampai tiga kali! Tapi karena
kami menggunakan aplikasi Google Maps kami
bisa kembali ke jalan yang benar. Setelah enam jam perjalanan yang cukup
melelahkan akhirnya kami tiba di rumah yang tidak terlalu besar tapi luas
halamannya. Saya senang bertemu saudara dari ayahku, karena aku sudah lama
tidak bertemu mereka. Saat turun dari mobil saya langsung disambut oleh Adi.
Dia beda satu tahun dariku tapi dia memanggilku om, kenapa? yaaa…eumm… sulit
untuk dijelaskan. Saat disana aku bersama saudara yang lainnya berkunjung ke
stasiun kereta api. Karena jaraknya tidak terlalu jauh, ksmi berjalan kaki
untuk menuju kesana, ya hitung-hitung sekalian olahraga. Disana kami melihat layar yang sangat besa,
layar itu menunjukan kereta/kargo yang akan menuju ke Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Selain itu kami juga melihat kereta yang mondar-mandir kesana-kemari.
Tapi sayang sekali waktu kami hanya sebentar, sebab aku sekeluarga harus
melanjutkan perjalanan ke Ciamis, kami tidak mau terlalu malam saat sampai
disana. Kami melanjutkan perjalanan ke Ciamis, perjalanan yang sangat jauh dan
cukup melelahkan kea arah selatan. Perjalanan yang melewati jalan to, menembus
gunung, dan melewati pedesaan di malam hari. Untuk mengurangi rasa lelah kami
bermain tebak-tebakan, bercerita hantu tapi lucu, dan pada akhirnya semua yang
ada tertidur pulas di mobil kecuali aku dan ayah, sampai-sampai ibuku
mendengkur saat tidur. Aku tidak tidur karena diberi tugas oleh ayah untuk
menjadi navigator, tapi saking
mengantuknya aku, akhirnya aku tertidur juga. Sesampainya disana, aku
dibangunkan oleh ibuku, aku masih sangat mengantuk dan aku hanya salam ke
beberpa orang saja. Aku langsung menuju kamar yang ditentukan oleh tanteku
umtuk melanjutkan tidurku. Keseokan harinya, setelah mandi dan sarapan, aku
diajak oleh saudaraku pergi ke gunung untuk melihat perkebunan yang katanya
milik ayahku. Aku menyetujuinya, lalu aku, ayahku, kedua kakakku, Sisi
saudaraku, dan Mas Ginanjar saudaraku yang lain, langsung pergi kesana.
Perjalanannya tidak terlalu jauh, hanya dua puluh menit dari rumah bibiku.
Ditengah perjalanan aku berkata pada ayahku, “yah bukain aja ya jendelanya, kan udaranya seger.’’ ayahku menjawab “iya sok
aja.” Saat kubuka jendelanya udara dingin gunung di pagi hari menghembus
pelan dari kaca mobil yang tebuka. Saat tiba disana aku diberi tahu oleh ayah
bahwa ia memiliki setengah hektar kebun jati, setengah hektar kebun aren, dan
satu hektar kebun umbi0ubmbian, jadi totalnya ayahku memiliki dua hektar kebun.
Disana pemandangannya sangat indah, aku tak henti-hentinya melihat alam
sekitar. Tapi sayang, waktu kami hanya sebentar karena ibuku dan saudara yang
lain sudah menunggu di makam kakek dan nenekku. Sebelum kami menyusul ibuku dan
yang lain, kami mengalami kejadian yang mendebarkan, mencemaskan, sekaligus
lucu. Saat itu ayahku memutar balikan arah mobil, saat disuruh mundur, mobilnya
hampir terperosok ke jurang, untung saja
ayahku dengan sigap menginjak rem, lalu saudaraku menyimpan batu yang tidak
terlalu besar di belakang ban mobil, lalu menyuruh ayahku untuk maju, tapi saat
ayahku menekan gas, mobil itu malah mundur!
Kami semua panik, untung saja tidak masuk ke dalam jurang. Setelah itu ayahku
mencobanya sekali lagi tapi saat digas mobil itu tetap mundur. Kami berfikir
keras saat itu, lalu tiba-tiba ayahku tertawa terbahak-bahak, kami heran ada
apa dengan dia? Lalu dia memanggilku dan menunjukan sesuatu padaku, ternyata
dia menunjukan perseneling yang berada di ‘R’ (mundur) dan seharusnya berada di
‘D’ (maju) “HAHAHAHAHAHA” suara tawaku yang sangat keras, lalu ayahku berkata
“ya iyalah, bagaimana bisa maju kalau persenelingnya di ‘R’?”. Setelah itu kami
langsung menyusul ibuku ke makam kakek dan nenekku, disana kami hanya sebentar,
cuman mendoakan mereka saja dan
berfoto bersama. Setelah itu kami pulang ke rumah tanteku untuk makan siang.
Karena perutku sudah berteriak minta diisi, aku langsung menyerbu ikan goreng,
sambal goreng kentang dan lotek. Balakangan ini ,saat makan ake merasa ada yang
beda, aku seperti sangat menikmati makananku, apa mungkin karena saudaraku?
Atau ada hal lain? Entahlah aku tidak terlalu memikirkan hal itu, yang penting
aku sangat senang menjalani liburan kali ini.
Lalu kami istirahat sejenak
sebelum melanjutkan perjalanan kami. Setelah istirahat kami berpamitan dengan
orang rumah, rasanya sedih harus meninggalkan mereka, ya tapi show must go on, perjalanan harus tetap
dilanjutkan. Di perjalanan pulang kami mendapat berita bahwa di daerah Gentong
terjadi kemacetan panjang, jadi kami putuskan untuk berbelok kearah Garut
sambil mampir di pantai Santolo. Disana kami melihat hamparan batu karang yang
sangat indah ditambah lautnya yang berwarna biru seakan menambah keasrian
pantai tersebut. Sayang, kami tidak
bisa lama-lama disana, karena takut terlalu malam. Karena seluruh keluargaku
belum ada yang pernah melewati jalan ini, akhirnya ibuku bertanya kepada
seorang pemuda debgan memakai bahasa sunda “kang
punten bade naros, upami bade ka Bandung liwat mananya?” lalu ia menjawab “oh, di parapatan payun belok ka kanan, teras
pengkolan ka hiji belok ka kiri, teras lempeng we bu nuturkeun jalan.” “hatur nuhun nya kang” kata ibuku “sami-sami” jawabnya. Lalu kami pergi
sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh pemuda tersebut, di perempatan belok
kanan, belokan pertama belok kiri. Lalu ayahku kaget ternyata kami memasuki
daerah pegunungan dengan jalan kecil berbatu. Malam pun datang ditambah hujan yang
semakin deras, jalanan saat itu sangat gelap dan semakin lama jalanannya
semakin sempit. Kami beusaha bermain tebak-tebakan untuk mengusir rasa bosan.
Sedang asyik-asyiknya bermain,
tiba-tiba mobil kami terperosok ke lubang di jalan yang becek, untung saja hanya ban belakang sebelah kanan yang masuk ke
lubang tersebut. Ayahku berusaha keras untuk mengeluarkan ban tersebut tetapi
usahanya sia-sia. Akhirnya ada beberapa pengguna jalan yang membantu kami, dua
puluh menit sudah kami berjibaku untuk mengeluarkan ban tersebut dari sana dan
akhirnya usaha kami membuahkan hasil, mobil kami berhasil keluar dari lubang
tersebut. Ayahku berterima kasih kepada para pengguna jalan yang membantu kami
dan kami melanjutkan perjalanan. Satu jam lebih kami kami melaju tapi belum ada
tanda-tanda yang menunjukan bahwa kami sudah dekat menuju Bandung. Lalu
tiba-tiba kabut pun turun dari gunung yang membuat jarak pandang hanya berkisar
lima meter. Kami terus melaju dengan hati-hati, perlahan tapi pasti dan
akhirnya ayahku mengagetkanku “lihat dik! Itu kebun teh pangalengan, berarti
kita sudah dekat nih!” lalu aku
berkata “wah? Mana-mana? Oh iya, Alhamdulillah deh kalau sudah dekat mah”
Mobil kami terus melaju… melaju… melaju sampai akhirnya ada gapura yang
bertuliskan “Selamat datang di Soreang” itu artinya kami sudah sampai di
Bandung. Saat sampai di rumah, kami menurunkan barang-barang yang ringan dan
mudah dibawa dan sisanya akan diturunkan besok. Aku terduduk lemas kelelahan,
aku melihat jam sekarang pukul satu malam, lalu aku pindah ke kamarku dan tidur
dengan pulas. Itu adalah salah satu the best vacation of my
life.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
SSB SAINT PRIMA
Namaku Adam umurku 13, di saat ulang tahunku
yang ke-14 aku ingin menunjukan bakatku dalam bidang olahraga, yaitu sepak bola.
Jadi, aku meminta pada ayahku untuk memasukanku kedalam sekolah Sepak Bola SAINT PRIMA setelah merunding dengan
ibu selama beberapa hari akhirnya ayahku menyetujui untuk memasukanku kedalam
SSB Saint Prima.
Di Saint Prima saya latihan 3 kali seminggu, yaitu pada hari rabu, jum’at dan minggu kalau hari rabu dan jum’at saya latihan jam 2 siang sedangkan hari minggu jam 7 pagi. Di SMPN 3 Bandung ada juga yang SSB di saint prima yaitu Cartarava dan Gilang Nata Alam.
Di saat latihan pertama saya pergi bersama Cartarava menggunakan sepeda motor. Saat itu hujan deras mengguyur lapangan jadi kita simpan tas di dekat toko karena kita bermain di lapangan kedua yang lumayan jauh dari akademi, saya merasa gugup dan malu karena belum kenal satu sama lain, saya hanya kenal rava saja.
saya dilatih oleh pak Kamal dia pelatih yang baik, tidak suka marah. di latihan pertama kita bermain games 9 vs 9 di lapangan kecil walaupun
hujan deras, saya bermain sebagai di wing bek ternyata cape ya….. saya sangat senang kita bisa saling berkenalan di sana.
setelah 2-3 bulan latihan rava dan gilang tidak lagi latihan entah keluar atau malas, tapi saya masih punya temen baik bernama akbar di lahir tahun 99 tapi masih kelas 8, jadi yang lain nanti ada Pemantapan tapi dia gak L enak sekali yaa.. :P.
setelah latihan selama 4-5 bulan akhirnya tiba bulan penuh berkah yaitu bulan ramadhan, jadi kami latihan hanya hari rabu dan jumat saja pada jam 4 sore, jadi pas pulang ke rumah langsung buka :D saat latihan dibulan ramadhan ini saya sering mengalimi kram perut,,jadi saat bulan ramadhan saya hanya latihan sebentar saja.
setelah selesai bulan ramadhan saya kembali latihan, walaupun sempat mogok latihan beberapa kali, akhirnya ada pertandingan uji coba uji coba, uji coba pertama melawan rick sayati walaupun lapangan nya sama kaya saint prima tidak rata, tim saint prima membawa 3 tim,saya berada di tim 3 karena saya masuk di kategori baru.
di tim saint prima 1 melawan tim rick 1 kami berhasil mengalahkannya dengan skor 1-0, di tim 2 kami kembali menang dengan skor 3-2, akhirnya tim saya main ini laga debut saya di saint prima pertandingan pun berjalan dengan waktu 30 menit 2 babak, pritttt…peluit panjang di bunyikan, kick off babak ke pertama, saya bermain di posisi bek kanan, ternyata bermain bola 11 vs 11 dilapangan gede itu sangat cape tidak seperti di PS yang tidak cape cape :D (hahaha), saya sudah tidak kuat untuk melanjutkan pertandingan, untung saja wasit meniup peluit panjang berakhirnya babak pertama. Di babak kedua kita tertinggal 2-0 untung goal Ilham dan Asep dapat menyamakan kedudukan sebelum peluit panjang berkahir di babak kedua, akhirnya laga debut saya berakhir dengan skor 2 vs 2.
setelah imbang melawan rick sayati , minggu depan kami ke cimahi untuk bertamu ke Panama FC, lapangan nya bagus, rata tapi sayangnya kebul, kami kembali membawa 3 tim, kali ini saya bermain duluan, saya berposisi di bek kanan, di gelandang bertahan ada CSku yaitu akbar, setelah bermain 30menit 2x babak tim saya kembali draw dengan skor 1-1, teman saya Akbar bisa mencetak gol penyelamat, padahal kita bisa menang besar tapi gara-gara ada keinginan menceteak goal jadi pada mararuk kabeh, di tim 2 dan 3 saint prima bisa menang dengan skor 3-0 dan 1-0.
setelah ke Cimahi, kami kembali latihan biasa belum ada rencana uji coba,akhirnya pada minggu kemarin ada uji coba di padalarang melawan giling wesi dan tim A-Hornas 1999 dan A-hornas 1998
dan lagi lagi kami membawa 3 tim, tim saya melawan giling wesi dan tim yang lain melawan A-hornas 99 dan 98,
di Padalarang lapangan nya sangat rata, hawanya juga sejuk, lapangannya bersih kaya di luar negeri
kami bermain 30menit 2x babak seperti biasa, di babak kedua teman dekat saya akbar harus diganti karena gak kuat mau BAB jadi permainan kurang sempurna,dan lagi lagi tim kami DRAW dengan skor 3-3 oh, KECEWA…sedangkan tim saint prima yang melawan A-hornas 99 kalah dengan skor 4-1,,dan yang melawan a-hornas 98 kalah telak dengan skor 7-0.tapi kami bisa mendapat kan poto tim seperti di bawah ini
stelah uji coba kepadalarang, rencananya kita akan melawan saint prima angkatan 2000 pada hari minggu besok, kita harus menang masa kalah sama yang angkatannya di bawah kita ngeraukeun…
Di Saint Prima saya latihan 3 kali seminggu, yaitu pada hari rabu, jum’at dan minggu kalau hari rabu dan jum’at saya latihan jam 2 siang sedangkan hari minggu jam 7 pagi. Di SMPN 3 Bandung ada juga yang SSB di saint prima yaitu Cartarava dan Gilang Nata Alam.
Di saat latihan pertama saya pergi bersama Cartarava menggunakan sepeda motor. Saat itu hujan deras mengguyur lapangan jadi kita simpan tas di dekat toko karena kita bermain di lapangan kedua yang lumayan jauh dari akademi, saya merasa gugup dan malu karena belum kenal satu sama lain, saya hanya kenal rava saja.
saya dilatih oleh pak Kamal dia pelatih yang baik, tidak suka marah. di latihan pertama kita bermain games 9 vs 9 di lapangan kecil walaupun
hujan deras, saya bermain sebagai di wing bek ternyata cape ya….. saya sangat senang kita bisa saling berkenalan di sana.
setelah 2-3 bulan latihan rava dan gilang tidak lagi latihan entah keluar atau malas, tapi saya masih punya temen baik bernama akbar di lahir tahun 99 tapi masih kelas 8, jadi yang lain nanti ada Pemantapan tapi dia gak L enak sekali yaa.. :P.
setelah latihan selama 4-5 bulan akhirnya tiba bulan penuh berkah yaitu bulan ramadhan, jadi kami latihan hanya hari rabu dan jumat saja pada jam 4 sore, jadi pas pulang ke rumah langsung buka :D saat latihan dibulan ramadhan ini saya sering mengalimi kram perut,,jadi saat bulan ramadhan saya hanya latihan sebentar saja.
setelah selesai bulan ramadhan saya kembali latihan, walaupun sempat mogok latihan beberapa kali, akhirnya ada pertandingan uji coba uji coba, uji coba pertama melawan rick sayati walaupun lapangan nya sama kaya saint prima tidak rata, tim saint prima membawa 3 tim,saya berada di tim 3 karena saya masuk di kategori baru.
di tim saint prima 1 melawan tim rick 1 kami berhasil mengalahkannya dengan skor 1-0, di tim 2 kami kembali menang dengan skor 3-2, akhirnya tim saya main ini laga debut saya di saint prima pertandingan pun berjalan dengan waktu 30 menit 2 babak, pritttt…peluit panjang di bunyikan, kick off babak ke pertama, saya bermain di posisi bek kanan, ternyata bermain bola 11 vs 11 dilapangan gede itu sangat cape tidak seperti di PS yang tidak cape cape :D (hahaha), saya sudah tidak kuat untuk melanjutkan pertandingan, untung saja wasit meniup peluit panjang berakhirnya babak pertama. Di babak kedua kita tertinggal 2-0 untung goal Ilham dan Asep dapat menyamakan kedudukan sebelum peluit panjang berkahir di babak kedua, akhirnya laga debut saya berakhir dengan skor 2 vs 2.
setelah imbang melawan rick sayati , minggu depan kami ke cimahi untuk bertamu ke Panama FC, lapangan nya bagus, rata tapi sayangnya kebul, kami kembali membawa 3 tim, kali ini saya bermain duluan, saya berposisi di bek kanan, di gelandang bertahan ada CSku yaitu akbar, setelah bermain 30menit 2x babak tim saya kembali draw dengan skor 1-1, teman saya Akbar bisa mencetak gol penyelamat, padahal kita bisa menang besar tapi gara-gara ada keinginan menceteak goal jadi pada mararuk kabeh, di tim 2 dan 3 saint prima bisa menang dengan skor 3-0 dan 1-0.
setelah ke Cimahi, kami kembali latihan biasa belum ada rencana uji coba,akhirnya pada minggu kemarin ada uji coba di padalarang melawan giling wesi dan tim A-Hornas 1999 dan A-hornas 1998
dan lagi lagi kami membawa 3 tim, tim saya melawan giling wesi dan tim yang lain melawan A-hornas 99 dan 98,
di Padalarang lapangan nya sangat rata, hawanya juga sejuk, lapangannya bersih kaya di luar negeri
kami bermain 30menit 2x babak seperti biasa, di babak kedua teman dekat saya akbar harus diganti karena gak kuat mau BAB jadi permainan kurang sempurna,dan lagi lagi tim kami DRAW dengan skor 3-3 oh, KECEWA…sedangkan tim saint prima yang melawan A-hornas 99 kalah dengan skor 4-1,,dan yang melawan a-hornas 98 kalah telak dengan skor 7-0.tapi kami bisa mendapat kan poto tim seperti di bawah ini
stelah uji coba kepadalarang, rencananya kita akan melawan saint prima angkatan 2000 pada hari minggu besok, kita harus menang masa kalah sama yang angkatannya di bawah kita ngeraukeun…
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
TERJATUH
DARI SEPEDA MOTOR
Tahun lalu aku
bersama ketiga sahabatku yaitu Asri, Bisyarah, dan Karina bermain ke rumah ku, disana
kami bermain dan belajar bersama. Kami bersenang-senang saat itu dan kebetulan
Asri, Bisyarah, dan Karina adalah satu kelompok drama yang berbeda denganku. Lalu
mereka memutuskan untuk latihan bersama di rumahku dan akhirnya mereka berlatih
bersama di rumahku. Sebab aku bukan anggota kelompok mereka, aku hanya melihat
mereka saja.
Setelah menurut
mereka latihan selesai anggota kelompok sahabatku memutuskan untuk
beristirahat. Waktu istirahat itu mereka pergunakan untuk menghafalkan dialog
drama tersebut. Namun sepertinya mereka kelaparan karna raut wajahnya yang
sangat lelah dan akhirnya aku, Asri, Bisyarah, dan Karina pergi untuk membeli
makanan.
Kami pergi dengan
menggunakan motor dan sisanya naik sepeda. Aku, Asri, dan Bisyarah menggunakan
motor dan Karina menggunakan sepeda. Kami pergi ketempat biasa aku nongkrong
bersama teman rumah ku. Dan kami pun sampai ke tempat tersebut, lalu Karina dan
Bisyarah memesan makanan. Sedangkan aku dan Asri malah pergi berkeliling
sembari menunggu makanan matang.
Setelah kami
berdua puas berkeliling kami kembali pada Karina dan Bisyarah. Sebelum aku dan
Asri sampai ke tempat itu Asri mengajakku untuk mengajarkan dia mengemudikan
motor. Sebenarnya aku tak mau karna badanku yang belum kuat menahan beban Asri
dan motor jika harus mengajarkan, namun Asri terus memohon aku untuk
mengajarkannya. Karna aku kasian pada Asri aku memutuskan untuk mengarkannya
dengan wajahku yang sangat tegang dan pucat.
Setelah itu Asri
mengemudikan motor dengan senang hati dan dia membawa motor dengan agak kencang
lalu aku mulai khawatir dan aku terus menawarinya untuk aku saja yang
mengemudikannya.Setelah beberapa putaran motor masih stabil namun saat Asri
ingin memutar balikan motor tiba-tiba motor agak oleng dan celakanya dia terus
menancap gas saat motor di belokan.
Dan brugg motor
terjatuh. Kakiku tepat di bawah knalpot motor yang sangat panas. Mulanya aku
belum merasakan panas dan aku belum bangun dari motor itu. Dan setelah ada yang
menolongku memberdirikan motor aku mulai merasakan perih di kaki kananku.Lalu
ku liat dan aku kaget karna melupasnya kulit kaki aku dan sialnya itu bukan
hanya mengelupas karna lapisan daging kaki aku ikut matang terbakar knalpot
motor tersebut.
Lalu aku menelpon
Karina dan Bisyarah untuk datang ketempat kejadian dan membawa motor pulang. Tapi
sebelum itu karna aku takut di marahi ibuku yang sangat menentang aku
mengendarai motor memutuskan untuk diam di tempat penjual makanan yang masih
memasak makanan yang aku pesan. Untungnya di depan rumah makan itu ada apotik
dan Asri membelikanku betadin,mereka menumpahkan betadin itu langsung di
kakiku.Dan itu rasanya sangat perih dan secara tidak sengaja aku menjerit
kencang dengan mengeluarkan air mata.
Dan akhirnya
makanan matang semua. Lalu kami pulang dan aku bingung aku tak mau jalan tetapi
akupun tak mau menaiki motor karna aku takut kaki ku tergores lagi.Dengan rasa
perih aku memutuskan untuk berjalan dengan pelan.
Setelah sampai
dirumah aku tak berani bilang pada orang tua aku dan aku hanya pada bilang pada
teman aku. Parahnya teman aku bukannya khawatir tetapi mereka malah
menertawakan aku karna ekspresi muka aku yang sangat merah sebab menahan sakit.
Dan aku mulai kesal pada Asri karna mungkin dia sangat bersalah pada aku dan
dia terus saja meminta maaf pada ku. Namun karna dia adalah sahabat aku jadi aku
tidak berani marah padanya. Lalu aku haya bias tersenyum sebari menahan
sakitnya kaki ku yang terus mengeluarkan air dari dalam daging kaki ku yang
sangat merah kematangan.
SELESAI
Oleh : Ajeng Tanjiah
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Nama : Alief Purwa A.
Tragedi 17 Agustus
Pagi hari di tanggal 17 Agustus tahun 2008, saat
menginjak awal kelas 3 SD aku bangun di pagi hari yang cerah itu. Aku berjalan
ke kamar mandi untuk membersihkan muka, menggosok gigi dan berwudhu. Aku masih
bisa shalat karena itu masih pukul 05.30 pagi. Setelah selesai shalat aku
menonton tv, menonton beberapa kartun
pagi yang menurutku menarik. Tak lama kemudian Ibuku menyuruhku sarapan, Dia
menyiapkan nasi goreng kesukaanku yang biasa dia masak di hari libur. Lalu dia
menyuruhku mandi dan bersiap-siap untuk mengkuti beberapa lomba yang digelar
para pemuda di RT tempat ku tinggal. Lomba pertama adalah lomba balap karung. Lomba ini dibagi menjadi
tiga kategori usia, pertama TK – kelas 2 SD, lalu kelas 3-6 SD, dan kategori
SMP. Aku mengikuti kategori sesuai umurku pada saat itu. Aku tidak mendapat juara,
karena aku memang tidak pandai untuk mengikuti lomba balap karung itu. Setelah itu Ada lomba balap kelereng untuk usia TK-2 SD. Lalu, ada lomba balap makan kerupuk. Lomba tersebut di
bagi menjadi 3 kategori usia seperti lomba balap
karung. Aku memenang lomba tersebut. Lomba ke 4 adalah lomba memasukan paku
ke botol untuk usia TK-2 SD. Setelah itu perlombaan diistirahatkan sampai pukul
03.30 sore karena sudah pukul 12.00.
Aku memanfaatkan waktu tersebut untuk shalat
dzuhur, makan siang dan bermain playstation
yang di berikan bapakku sebagai hadiah ulang tahun. Aku bermain game sepak
bola berjudul ”wininning eleven”. Aku
bermain sampai pukul 02.00, lalu aku tidur siang untuk mengistirahatkan tubuhku
yang kelelahan. Aku bangun sekitar pukul 03.00 dan melanjutkan untuk bermain
sepedah sejanak, sampai adzan ashar aku berhenti dan melaksanakan shalat ashar.
Lomba dilanjutkan dengan acara futsal
bapak bapak. Bapakku tidak ikut, karena sedang kurang sehat. Pertandingan
berlangsung selama 2x25 menit. Pertandingan tersebut berlangsung sangat seru.
Kedua tim terlihat saling jual beli serangan. Pertandingan di menangkan oleh
tim A dengan skor 13-10. Lomba selanjutnya adalah lomba galah asin untuk usia 3 SD- 2 SMP. Aku tergabung di tim C.
perlombaan itu sendiri diikuti kurang lebih 4 Tim. Setiap tim terdiri dari 5
orang anak. Di babak pertama timku menang 3-1 atas tim A, di final timku
melawan tim B. Timku Kalah, tapi kami masih bangga karena berhasil masuk babak
final. Perlombaan ditutup dengan paway sepeda. Aku mengikuti paway ini. Jalur
yang ditempuh adalah jalur utama perumahan dan jalur luar perumahan. Di awal
awal kegiatan masih terkendal. Kami semua dengan riang menyusuri jalan jalan di
perumahan dan di pandu oleh panitia. Tak berapa lama jalur utama perumahan
berakhir dan masuk jalur luar perumahan menuju komplek TKI. Di perjalanan kami
sempat beberapa kali berhenti karena kelelahan. Panitia memutuskan untuk
kembali ke perumahan ketika kami berhenti untuk ke 5kalinya. Kami sampai di
perumahan kembali pada pukul 05.45 sore. Pada saat itu anak anak masih beramian
sepedah. Namun naas sepeda yang aku tumpang melindas batu yang cukup besar dan
aku terjatuh cukup keras kedalam selokan yang sedang kering. Aku tidak sadarkan diri sesaat dan saat sadar aku sudah melihat
pergelangan tanganku patah membentuk huruf “S”. aku langsung dibawa ke ahli
tulang langganan keluarga yang biasa di pakai oleh keluarga bila ada anggota
keluarga yang keseleo. Saat diobati aku menangis kesakitan sangat keras di
tempat tersebut. Sesampainya di rumah aku memilih masuk kamar dan langsung
tidur untuk melupakan rasa sakit tersebut. Begitulah cerita 17 Agustusku yang
menyenangkan sekaligus menyakitkan.
TAMAT
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Liburan Bersama Ayah
Hari libur sudah dekat semua
orang bersemangat menyambutnya. Hari dimana aktifitas yang kita lakukan di
tunda sejenak untuk meluangkan waktu dengan kerabat dan keluarga. Rasanya itu
adalah hari yang paling menyenangkan bagiku ,kali ini hari libur bertepatan
dengan hari raya Idul Fitri. Sehingga aku pun berencana berlibur mengunjungi
kakek dan nenek di Dago.
Hari itu ayah dan
aku pun pergi untuk mengunjungi kakek dan nenek, sayangnya ibu tidak ikut serta
karna ibu lebih memilih berkumpul dengan kerabat di rumah. “Ya tak apa, lagi
pula kami takan lama mengunjungi kakek”. Beberapa jam setelah menempuh
perjalanan akhirnya aku dan ayah sampai di rumah kakek. Kami bersilaturahmi dan
bercakap-cakap dengan kakek dan nenek, sudah lama sekali aku tidak mengunjungi
kakek, aku senang sekali karna pada kali ini aku bisa bertemu dengan kakek dan
bisa meihat-lihat lingkungan sekitar dago lagi. Tak lama setelah aku berjalan
melihat-lihat lingkungan sekitar, ayah mengajakku untuk pulang ,padahal aku
masih ingin disini . Kami pun pamit dan bergegas pulang .
Saat perjalanan
pulang ayah berkata padaku “bagaimana jika sekarang kita pergi ke lembang ?”.
aku pun sontak berkata “ya,ya aku mau
“.akhirnya aku dan ayah memutuskan untuk pergi ke lembang . namun aku tak tau
ayah akan membawaku ke tempat apa , aku berfikir mungkin saja ayah akan
membawaku ke gunung sangkuriang ,karna gunung itu merupakan gunung yang
terkenal di jawa barat dan menjadi tempat wisata yang banyak di kunjungi orang
luar ,semoga saja ayah membawaku ke sana. Aku dan ayah sudah menempuh
perjalanan cukup lama rasanya ingin sekali cepat-cepat sampai ke tempat yang
akan ayah tunjukkan kepadaku. Beberapa jam kemudian kami sampai aku sangat
senang karna tempat yang kami tuju adalah gunung sangkuriang . Kami pun
bergegas menuju kawah gunung itu .
Kami pun berfoto untuk di jadikan kenang-kenangan . Tak lupa
kami pun melihat kios-kios yang ada di sana dan membeli cenderamata untuk
oleh-oleh.setelah itu kami diam sejenak untuk beristirahat dan membeli makanan
ringan untuk mengganjal perut . Sudah sekitar tiga jam kami melihat-lihat
keindahan gunung ini akhirnya kami pun bergegas pulang karna hari sudah sore, mungkin
ibu sudah menunggu di rumah karena kami lama mengunjungi kakek dan tidak
memberitahu ibu bahwa kami pergi bermain ke lembang. Aku takkan pernah lupa
dengan pengalamanku bermain dengan ayah ini, karena ini pengalaman yang sangat
berkesan bagiku .
Karya
:Anisa Alfi F IX-7
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Pergi
ke Yogyakarta
Seorang gadis, masih
terlelap dengan selimut yang menutupi ujung kaki hingga kepalanya. Alarm berbunyi
terus-menerus, tapi Ia tak bangun juga. Perkenalkan, namaku Anna Yuliani.
Seorang pelajar dari SMPN 3 Bandung. Ada beberapa pendapat tentang sifatku. Well, aku hargai pendapat mereka.
Memang, setiap manusia itu diberikan kekurangan dan kelebihan. Aku mempunyai sahabat
yang bernama Niken, Angel dan Winsa.Hanya Winsa yang berbeda kelas denganku.
Walau selalu ada masalah, kami tetap kompak.
Matahari
terbit, menerobos masuk melewati celah-celah jendela lalu membangunkan setiap
jiwa. Menghirup udara sejuk dipagi hari dan mengawali setiap aktivitas. Cahaya
yang menyilaukan itu membangunkanku. Mau tak mau, aku pun bangun dan mematikan
alarm. Ya, ini akibat bergadang. Akhirnya aku bersiap-siap untuk pergi.
Sesampainya di sekolah, teman-temanku ribut tentang hari esok. Karena, murid
kelas delapan akan pergi ke Yogyakarta. Sepertinya, mereka sangat menanti hari
itu. Dengan adanya pembicaraan love in
Yogyakarta? Oh, aku tidak suka ini, tapi kalau yang lain, it’s ok. Hari itupun datang, menyiapkan
segala keperluan. Aku pergi ke Tegalega diantar oleh Ibu untuk berkumpul dengan
teman-teman disana sambil menunggu bis.
Saat
bis itu datang, kami bersorak gembira. Aku pamit pada Ibu karena sebentar lagi
akan berangkat. Saat di dalam bis, aku duduk bersama Niken. Tiba-tiba Citra datang.
“Hei, ini makanan
buat kalian.” kata Citra sambil menyodorkan makanan yang berisi pisang goreng.
“Oh, terimakasih Cit.” ucapku.
Di perjalanan, ada
yang memberi usul “Kalian mau nonton film horror enggak? Aku bawa nih.” ucap
salah satu teman. Kami semua setuju. Dua jam berlalu, film yang kami tonton
berakhir. Hari sudah larut, kami tertidur karena kelelahan. Saat bangun, aku
melihat tempat peristirahatan. Akhirnya, kami beristirahat di sana lalu
melanjutkan perjalanan.Tak terasa waktu terus berjalan. Aku terbangun dan melihat
jam menunjukkan pukul dua.
“Niken bangun. Kita
disuruh ke bawah untuk mandi dan sarapan. Ayo, nanti penuh.” ucapku. Setelah
selesai, lalu kami berbincang sejenak.
“Kita ke sana, yuk!
Sepertinya, makanannya sudah siap.” Kata Angel. Sesudah itu, kami melanjutkan
perjalanan menuju Candi Borobudur.
“Bosen nih, nyalain
musiknya biar enggak bosen!” ucap Yustika. Lantunan nada, canda dan tawa
membuat aku merasa senang untuk mengabadikan momen ini dalam memoriku.
Sesampainya di candi,
aku pun mengikuti teman-teman sampai ke candi paling atas. Di sana, terlihat
pemandangan yang indah, udara yang sejuk dan ditemani dengan relief-relief pada
dinding candi.
“Eh, foto bareng yuk!
Nanti yang ngefotonya gantian.” kata Citra dengan semangat. Kami pun berfoto-foto
di candi dan museumnya. Ada juga yang membeli oleh-oleh ala Candi Borobudur. Setelah
itu, kami beristirahat. Dilanjutkan dengan perjalanan ke Candi Prambanan.
Sesampainya di Candi
Prambanan,banyak sekali yang mengeluh “Panas banget, bisa-bisa kulit aku tambah hitam.” kata Ulya. Memang ini
sudah menunjukkan tengah hari. Di sana, banyak sekali yang menyewa payung.
Termasuk aku dan teman-teman.
“Kita sewa payung
yuk! Dua saja cukup kok.” ucap Citra.
Sebelum ke candinya, kami dipakaikan sarung karena ada peraturannya. Saat
masuk, kami langsung melihat-lihat candi yang begitu banyak.
“Kalian mau naik ke
candinya? Tapi, harus antri dan pakai helm.” kata Niken. “Hmm, lebih baik candi
yang biasa saja sambil foto-foto.” kata Angel. Setelah selesai melihat-lihat,
kami pun kembali menuju bis untuk ke hotel. Saat pulang, sempat aku, Niken, Angel
dan Ulya hampir tertinggal oleh bis. Karena, agak sedikit pusing dengan
jalannya. Karena kami memilih jalan yang berbeda dari yang lain. Untungnya, ada
Gerda dan Windi yang tahu arahnya. Jadi, kami mengikuti mereka.
“Ini banyak yang sms.
Katanya pada ada di mana? Bisnya mau pergi.” kata Angel. Seketika itu, kami
langsung panik lalu berjalan dengan cepat. Entah apa yang terjadi, jika kami
tertinggal. Saat di parkiran, kami menaiki bis dengan muka yang terlihat lelah. Teman-teman, banyak yang
menanyakan keadaan kami. Setelah diabsen, ternyata masih ada yang belum hadir.
“Oii, siapa yang punya nomernya, tolong telepon!” Yustika
berteriak. Ternyata Nani punya dan segera meneleponnya. Beberapa lama kemudian,
mereka datang. Perjalanan pun kembali dilanjutkan.
Setelah sampai di
hotel, aku merebahkan diri diikuti yang lain. Beristirahat sebentar, lalu mandi
dan makan. Karena, sebentar lagi akan pergi ke Malioboro. Saat yang dinanti
itupun tiba. Kami pun berangkat ke sana setelah maghrib. Sesampainya, ada yang berbelanja,
foto-foto dan lain-lain. Uniknya, karena malam itu adalah malam minggu. Ada
teman yang membeli bunga, karena akan menembak seseorang. So sweet sih tapi membuat tertawa. Karena, yang akan ditembaknya
itu malah kabur.
“Na, ayo kita ke bis,
malas disini. Enggak mau ditembak.” kata Angel dan Ulya.
“Capek, dari tadi
muter-muter cari barang tapi cuma ketemu ini.” ucapku dengan kesal.
“Na, mengertikan keadaannya
sekarang bagaimana? Ayo!” kata Ulya sambil berjalan meninggalkanku.
Akhirnya, aku pun mengikuti
mereka. Setelah semua selesai, kami pun ke hotel lagi untuk istirahat. Di
hotel, banyak sekali yang jahil. Ada yang menelepon terus-terusan, mengetuk
pintu dan mengganggu kamar lain dengan teriakan.
“Berisik! Mau tidur
ihh, capek.” Karena lelah sekaligus kesal, aku pun tidur paling pertama.
Keesokan harinya, aku terbangun. Terlihat jam menujukkan pukul lima. Aku pun
membangunkan Angel lalu mandi dan shalat. Merekapun bangun untuk bersiap. Kami pun
mengambil sarapan. Setelah selesai dan mau membuka pintu, ternyata susah
dibuka.
“Atulah, ini enggak
bisa dibuka. Ke Nani saja yuk!” ajak Niken. Lalu kami pun menumpang di kamar
lain. Lalu kami bergantian mencoba membuka pintu dan akhirnya terbuka.
Saat keluar dari
hotel, ku hirup udara pagi. Mengumpulkan kenangan dalam kota ini. Membuat
suasana hati menjadi tenang. Ya, hari ini adalah hari terakhirku bersama mereka
di Yogyakarta. Sebelum pulang, kami
pergi dahulu ke Keraton Yogyakarta. Dalam perjalanan ke keraton, kami sempat
tersesat.
“Ini dimana?” ucap
salah satu teman kebingungan. Saat melihat rombongan lain, ternyata jalan kami
salah. Akhirnya, kami pun mengikuti mereka. Saat memasuki daerah luar keraton,
kami disambut dengan dua pohon yang terkenal mistis. Kemudian, saat masuk ke
dalamnya, kami dikumpulkan dan diberi pengarahan. Sesudah itu, kami
melihat-melihat yang ada di keraton. Lalu, dilanjutkan ke Benteng Van Der Burg.
Di sana, kami melihat-lihat sejarah tentang Kota Yogyakarta.
“Bosen gini. Lebih
baik tadi di bis saja.” kata Ulya dengan wajah lesu. Lalu, kami pun menuju bis lagi
untuk makan siang. Setelah itu, kami pergi ke tempat bakpia djava. Di sana,
kami membeli buah tangan khas Yogyakarta
lalu pulang dengan kenangan yang tak akan terlupakan.
Oleh: Anna
Yuliani Pratiwi
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Berlibur ke rumah Nenek di
Pangandaran”
Hari ini aku dan keluargaku akan berlibur ke
rumah nenekku yang berada di Pangandaran, yaitu di Ciamis Jawa Barat. Kami
sekeluarga ingin bertemu dengan nenek, karena sudah lama tidak bertemu jadi
kami merasa kangen dan ingin bertemu. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.15 pagi , aku pun segera memasukkan barang bawaanku kedalam
bagasi mobil dan aku tidak lupa membawa hewan peliharaanku Bintang kucingku.
Kami pun semua sudah memastikan bahwa tidak ada brang bawaan kami yang
tertinggal. Karena sudah tidak sabar ingin cepat – cepat sampai ke rumah nenek
, aku dan keluarga segera berangkat dan tidak lupa untuk berdoa dulu supaya
selamat sampai tujuan.
Jarak yang akan kita tempuh kurang lebih 6 – 7
jam kalau itu pun tidak macet ... tapi kalau saja terjadi macet mungkin bisa
sampai belasan jam. Setelah baru seperempat perjalanan kami semua sudah melihat
bahwa di sepanjang jalan ini sangat macett tottal sekali ... “aduhhh kok bisa
macet total seperti ini yah” ujarku dalam hati. Jalan pun tambah lama tambah
padat kendaraan saja “bagaimana ini bisa – bisa kita akan sampai malam
perjalannya” tapi aku didalam hati selalu berdoa supaya cepat sampai di rumah
nenek dan selamat di perjalanan “Amieenn ucapku dalam hati”
Hari sudah semakin sore saja padahal perjalanan kami belum setengahnya
, tapi kami mencoba untuk sabar karena jalannya tambah macet saja ya mau tidak
mau kami harus lewati. Waktu sudah menunjukkan pukul.16.00 sedangkan
perjalanannya asih panjang sekali ... yaa karena macet itu mungkin kita akan
sampai pukul larut malam, mungkin nenek disana sudah khawatir tentang kita
sekeluarga karena belum sampai juga. Tapi tadi mamahku sudah memberi kabar
kepada nenek bahwa kita semua terjebak oleh macett yang parah sekali, dan kata
nenek pun hati – hati yah sudah tenang saja jangan buru – buru, nenek pasti
menunggu kalian kok ... “jawab nenek”. Bintang pun hewan peliharaanku sudah
meong meong karena ia kelaparan ,, tentu saja mau tidak lapar bagaimana orang
kita semua juga belum istirahat untuk makan dulu, ya sudahlah aku pun memberi makan bintang dulu
sedangkan aku makan makanan ringan dulu saja. Sudah beberapa kali nenek
menanyakan kabar kami sudah sampai mana perjalannya .. tapi yang jelas sihh
perjalannya masih panjang dan kami akan menghabiskan waktu cukup lama sekali
untuk sampai dan bertemu dengan nenek. Tapi entah bagaimana firasatku merasa
tidak enak di sepanjang perjalan ini “husss tidak boleh berpikir seperti itu”
hatiku merasa deg degan seperti ada sesuatu apa – apa tapi aku tidak boleh
berpikir negatif dulu yang penting kita sampai ke rumah nenek dan selamat itu
tujuanku dan keluarga. Meskipun sudah agak larut malam perjalanan kami sudah
tidak terasa .. akhirnya sudah tidak lama lagi kami akan sampai di rumah nenek,
karena nenek sudah tidak menghubungkan/menanyakan kabar kami mungkin nenek
sudah lelah menunggu kami datang, ya sudahlaah mungkin nenek sudah tidur “ujarku” tepat pukul tengah malam
kami pun akhirnya sampai juga di rumah nenek dan kami merasa sangat kelelahan
karena perjalanan ini, aku ingin sekali cepat cepat tidur dan beristirahat di
kamarku, karena tidak tega untuk membangunkan nenek yang sudah lelah menunggu
kami pun semua untuk beristirahat dulu dan esok pagi akan bersalaman dengan
neneknya.
Keesokan harinya aku dan keluarga bersalaman
dengan nenek dan nenek pun menanyakan kapan kami sampai di rumah nenek? Tepat
pukul tengah malam nekk .. “ujarku” oohh ya sudahlah kalian semua sekarang bersihkan diri
dulu baru kita sarapan dan akan jalan jalan ... wahhh asyiik sekali tuh nek
kayaknya “ujarku dengan senang hati” sesudah beres mandi dan sarapaan kita pun
segera berangkat ke pantai Pangandaran karena sudah lama tidak mampir mampir ke
pantai yang indah ini, kami berangkat bersama nenek , keluarga dan saudaraku
yang tinggal bersama nenek. Setelah sampai di pantai Pangandaran aku sudah
tidak sabar untuk segera berenang di pantai yang indah ini , tentu saja siapa
yang tidak mau berenang di pantai yang seindah ini ...
Aku dan saudaraku saja yang berenang sedangkan
nenek dan keluargaku hanya melihat dari pinggir saja, karena tidak bisa
berenang hehe ,,, suasana di pantai Pangandaran pun sangat bagus sekali degan
angin sepoi sepoi menambah suasana
sejuk di pantai ini. Setelah berlama lama berenang di pantai bersama saudaraku
aku pun segera mandi dan membersihkan diri dari pasir pasir yang menempel di
tubuhku, nenek pun mengantarkanku ke kamar mandi yang agak lumayan jauh sih ,,
tapi nenek begitu perhatian denganku karena mungkin sudah lama tida bertemu
jadi nenek kangen kepadaku begitu pun aku yang kangen sama nenek.
Selesai mandi mamah dan papah mengajak untuk
makan siang dulu yang jaraknya tidak jauh berdekatan dengan pantai Pangandaran,
disini menu makanannya pasti tidak jauh dengan “Seafood” karena kawasan di
daerah pantai. Seafood itu memang makanan kesukaan aku juga sih ... tapi aku
lebih suka kepitingnya yang rasanya enak dan banyak gizinya, sedangkan nenek
yang tinggal di Pangandaran sebaliknya denganku yaitu tidak suka “Seafood” yahh
nenekk kok tidak suka seafood sihh?? Padahalkan enak terus banyak gizinya
“ujarku dengan nada becanda”.
Kami pun sudah merasa kenyang walaupun nenek
cuman makan ayam goreng sih .. tapi kami semua merasa puas dan rasa kangen
dengan Seafood pun sudah terobati, hari ini jalan jalannya mungkin sudah cukup
dan merasa puas. Sesampainya di rumah nenek kami semua cerita cerita tentang
nenek ngapain saja di rumah dan bekerja apa saja. Karena kami tidak bisa
berlama lama bertemu dengan nenek dan kami juga harus kembali ke Bandung untuk
kembali sekolah,, “maaf yah
nekk bukannya kami tidak mau berlama lama disini tapi kami juga tidak punya
banyak waktu untuk bertemu dengan nenek cukup segini pun bertemu dengan nenek
dan berjalan jalan ke pantai bersama nenek pun aku sudah merasa puas nekk ,,
dan hanya sekedar menghilangkan rasa kangenku kepada nenek ... mungkin lain
kali aku akan main dan bertemu dengan nenek lagi yah neekk “ ujarku dengan sedih ”yahh ... cuuu nenek mengerti kan cucu nenek
harus sekolah seperti biasa dan tidak bisa berlama lama disini sama nenek “ jawab nenek
Aku dan keluargaku pun segera berpamitan sama
nenek untuk segera pulang ke Bandung ,,, meskipun berat sekali meninggalkan
nenek dengan saudaraku hanya berdua di rumah tapi aku tidak boleh meninggalkan
kesedihanku terhadap nenek, nanti malah nenek yang sedih dan kepikiran terus
... ya mau bagaimana kalau aku tidak sekolah nanti bisa bisa aku dimarahin sama
ibu guru/bapak guru kalau aku bolos sekolah ,, yaa nanti
kalau ada waktu pasti aku akan berlibr ke rumah nenek lagi dan bertemu dengan
nenek.
Kita semua memulai perjalanan pulang ke Bandung
setelah berpamitan tadi dengan nenek dan nenek menitip pesan “hati hati di
jalan yahh ,, jangan ngebut ngebut pelan pelan aja ... ya nekk “ujarku” kami
berangkat pulang pukul.18.10 setelah adzan Maghrib dan kita tidak lupa untuk
menunaikan ibadah sholat maghrib dan berdoa supaya kita selamat sampai tujuan
untuk pulang ke Bandung amiieenn.
Perjalanan pun di mulai dan kita kira kira akan sampai ke rumah pukul
tengah malam karena di perjalanan sudah tidak macet lagi seperti waktu itu ,,,
mungkin sekarang kita akan sampai lebih cepat karena tidak akan ada hambatan
apapun oleh sebab itu kita terus berdoa di sepanjang perjalanan dan memohon
kepada Allah supaya kita selamat pada tujuan kita amiieenn...
Oleh : Bella
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Oleh :Nur’Allya Citra N
KenanganTerindah
Hari-hari indah kulalui bersamanya. Saat senang maupun duka, ia selalu ada disampingku menghiburku. Tak terasa waktu cepat sekali berlalu, selalu kubingkai kenangan manis yang tak terlupakan. Kau memang teman terbaik yang pernah ku miliki sahabatku.
Persahabatan bukan hanya sekedar kata, yang ditulis pada sehelai kertas yang tak bermakna, tapi persahabatan merupakan sebuah ikatan persaudaraan
yang di toreh diatas hati seseorang, ditulis dengan tinta kasih saying dan suatu saat di hapus dengan
air mata.
Kini ,aku duduk di bangku kelas tiga sekolah menengah pertama, dengan seragam berwarna putih-biru. Kuisi setiap waktu di sekolah bersama tiga sahabat terbaikku, aku memanggilnya Fira, Tara, Fikriyah, dan aku sendiri Citra. Kami
bermain dan belajar bersama.Setiap ujian sekolah dating, kami selalu membahas pelajaran-pelajaran yang telah diberikan oleh guru kami. Bagi kami guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa melainkan orang tua
kami di sekolah. Debu kapur dan tinta hitam menghiasi papan tulis setiap harinya.
Sebagai seorang pelajar di bangku kelas tiga,
yang berarti waktunya kami harus belajar dengan giat untuk menghadapi ujian nasional nanti. Agar dapat memasuki sekolah menengah atas yang di cita-citakan, sekolah favorit
menjadi motivasi
kami.Dengan doa dan giat belajar setiap hari kami yakin dapat tercapai.
Pengalaman menarik yang tak pernah terlupakan adalah saat aku duduk di bangku kelas dua.
Saat itu ketika kami berlibur ke vila salah seorang temanku bernama Anisa Nur. Di sana kami menghabiskan waktu bersama ,bersenang-senang, di hari pertama aku datang temanku bernama Ridwan mengajak kami pergi memancing untuk menambah lauk pauk untuk makan malam kami nanti. Di saat memancing, salah satu satu teman kami yang bernama Rizqy “cikcok” jatuh kedalam kolam karena dikejar entog, kami di buatnya tertawa tebahak-bahak.
Tak terasa sang fajar telah tenggelam.
Kami bersiap-siap untuk sholat magrib berjamaah bersama ,dengan di imami oleh Deska. Sholat pun terasa begitu hikmat.Dengan keahlian Ridwan yang pandai memancing tadi sore kami mendapatkan cukup banyak ikan,sungguh senang rasanya Kami pun para wanita menyiapkan bumbu masak untuk segera membakarikan. Alunan gitar dari teman-teman yang lain pun menambah kemeriahan saat itu, membuat suasana menjadi semakin erat dan hangat. Tapi,
karena diantara kami tidak ada yang pandai memasak alhasil lauk pun tidak matang sempurna,
walaupun begitu karena kami merasa lapar kita semua tetap melahapnya.
Tak terasa waktu pun sudah menunjukkan pukul 23.00 sudah saatnya kami tidur. Namun kami memutuskan tidur di ruang tengah bersama teman-teman yang lain sambil bercerita hantu di ruang tengah, suasana begitu menegangkan malam itu, ditambah dengan suasa
yang gelap dengan mata yang terkantuk-kantuk kami
akhirnya memutuskan untuk tidur saja karena ada beberapa teman kami yang ketakutan.
Terbitnya fajar dan berkokoknya suara ayam membuat pagi hari begitu indah membangunkan kami dari lelapnya tidur. Sebelum melakukan aktivitas hari itu kami bergegas membersihkan diri agar dapat bermain kembali. Hari itu kami berencana pergi jalan-jalan ke sawah.
.
Dengan cuaca yang cerah membuat semangat
kami menjadi bertambah. Sahutan angin yang sejuk membuat padi seakan menari-nari di
sentuhnya. Siput dan serangga pun seakan menyambut kedatangan kami disana. Ada kejadian
yang menarik tanpa di sengaja
kami semua terjatuh kedalam selokan aliran sawah,
karena tanahnya yang licin dan berbatu .Kami pun, serentak tertawa terbahak-bahak. Dengan baju yang kotor kami pun bergegas pulang. Namun aku dan temanku Fira sempat terpisah dari teman-teman yang lain, pada saat mencari jalan pulang Fira kembali terjatuh untuk yang kedua kalinya,
dengan sigap aku langsung menolongnya. Tak berapa lama akhirnya kami menemukan jalan menuju vila. Sungguh kejadian
yang sangat menyenangkan dapat bermain bersama.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tidak Disangka Semuanya
Akan Terjadi
Saat aku duduk di sekolah dasar, aku
memiliki 3 sahabat perempuan yang sangat baik dan tentunya cantik,mereka
bertiga bernama Anisa, Imel, dan Vena
kita selalu bersama-sama kita bertiga memiliki hobi yang sama yaitu
bersepedah.
3 hari
yang lalu kita berempat bermain sepedah di lapangan tempat biasanya kita
bermain, kita mengelilingi lapangan dan tiba-tiba aku terjatuh dari sepedahku, Anisa
dan Imel langsung membantuku tetapi aku heran Vena tidak memambantuku dia hanya terdiam, aku berfikir mungkin dia
tidak melihatku terjatuh ya sudahlah lupakan. Aku merasa heran akhir-akhir ini
Vena mulai sedikit berubah dia seperti tidak suka denganku.
Tidak terasa hari pun sudah menjelang sore
kita berempat pun pulang ke rumah
masing-masing. Sesampainya di rumah aku bergegas mandi setelah selesai mandi aku tiba-tiba teringat Vena aku
berfikir mengapa sifat dia tiba-tiba berubah
atau mungkin dia sedang ada masalah tapi biasanya setiap ada maslah kita
berempat selalu terbuka dan saling menceritakan masalahnya,mungkin dia sedang
bosan saja fikirku begitu.
Aku mengambil ponselku dan
segera mencari nomor handphone Vena, Aku berniat menanyakan hal yang membuat
dia tiba-tiba berubah tetapi dia tidak mengangkat teleponku aku berfikir
mungkin dia sedang sibuk atau sudah tertidur ya sudahlah aku tanyakan saja besok
di sekolah.
*Ke
esokan harinya saat di sekolah
Saat di sekolah Aku menghapiri Vena yang sedang duduk manis di kursinya
sambil membaca novel yang dipegangnya.
Aku
bertanya “Ven kamu kenapa? Kelihatannya
seperti kesal denganku, oh iya tadi malem aku menelponmu tapi tidak
diangkat”
“Aku
tidak apa-apa ,oh iya maaf semalam aku sudah tidur jadi tidak sempat mengangkat
telepon kamu” jawab Vena “oh ya tidak apa-apa,bener nih kamu gak
apa-apa kamu gak lagi ada masalah kan cerita dong,hehehe” jawab Aku
“Ya beneran,udah kamu kelas aja
bentar lagi bel masuk bunyi tuh” jawab Vena
“ok siap, Ven aku ke kelas dulu ya bye
sampai ketemu nanti saat istirahat” jawabku sambil berjalan menuju kelas dan tiba-tiba bel
masuk pun berbunyi aku bergegas menuju kelas.
Saat bel istirahat berbunyi
Aku seperti biasa mencari mereka bertiga ke kelasnya tetapi aku sudah mencarinya
ternyata tidak ada, Aku coba mencari mereka ke kantin tidak ada juga terpaksa
aku kembali ke kelas sambil membawa novel yang akan ku baca.
Istirahat
pun sudah selesai dan bel masuk pun berbunyi kami semua kembali belajar.
Saat pelajaran sudah selesai bel pulang pun
berbunyi kami semua keluar kelas sambil menggendong tas, Aku berjalan menuju taman
tempat biasa kami berkumpu. Sudah hamper 15 menit aku menunggu mereka di taman
tapi tidak ada juga,aku mencarinya kemana-mana tetapi tetap tidak ada. Mungkin
mereka sudah pulang duluan fikirku begitu disitu aku mulai agak kesal terhadap
mereka kenapa sifatnya jadi berubah begini biasanya kita saling menunggu ketika
mau pulang, Aku pun segera pulang dan berjalan sendiri.
Sudah 2 hari berlalu dan suasana itu pun
masih ku alami, aku berharap disaat hari ulang tahunku nanti suasana ini tidak
terjadi. Satu per satu temanku mulai menjauh dariku dan mereka pun mulai dekat
dengan Wanda mungkin peran Wanda menggantikan aku.
Saat keesokan harinya aku bosan dan ingin
bermain tanpa berfikir panjang aku langsung mengeluarkan sepedah dari garasi
rumahku. Aku berniat mengajak bermain
sepedah dengan teman-temanku tetapi mereka tidak ada di rumah mungkin mereka
sedang sibuk. Disaat itu aku mulai kesal kenapa mereka menjadi seperti ini
terhadapku. Aku pun terpaksa bermain sepedah sendirian dan selalu memikirkan
mereka yang sudah berbeda terhadapku, ini yang namanya teman mana kita yang
dulu selalu terbuka dan bersama-sama setiap senang mau pun sedih, mungkin
mereka cuman ada butuhnya entah mengapa akhir-akhir ini aku selalu negative thinking.
2 hari lagi ulang tahunku dan sepertinya aku tidak senang karena aku
kehilangan sahabat-sahabatku.
Sehari sebelum hari ulang
tahunku, Aku melihat sahabat-sahabatku sedang duduk di kantin bersama Wanda
kelihatannya mereka sedang asik bercanda sampai tertawa terbahak-bahak. Aku
ingin suatu saat nanti kita berempat bisa seperti itu lagi. Mungkin posisiku
sudah digantikan oleh Wanda, Aku langsung berjalan menuju kelas karena bel
masuk sudah berbunyi.
Didalam kelas aku selalu kepikiran apakah
mereka ingat besok adalah hari ulang tahunku mungkin mereka sudah tidak
mengingatnya lagi.
Saat bel pelajaran pun selesai aku bergegas
menemui mereka dan berniat ingin menanyakan apakah mereka ingat bahwa besok
adalah hari ulang tahunku. Aku mencari mereka kemana-mana ternyata tidak ada,
ya sudahlah mungkin mereka memang tidak mengingatnya.
*Saat hari ulang tahun
Pagi ini aku belum mendapatkan ucapan selamat
ulang tahun dan aku berharap orang yang pertama kali mengucapkannya adalah
orang tuaku dan sahabat-sahabatku. Saat
sampai di sekolah ternyata sikap sahabat-sahabatku masih sama seperti biasanya
mereka betul-betul tidak mengingatnya bahwa hari ini ulang tahunku. Aku merasa
sedih karena mereka seperti itu terhadapku, banyak orang yang mengucapkan
selamat ulang tahun kepadaku tapi orang yang selama ini aku tunggu-tunggu tidak
mengucapkannya.
Setelah jam pelajaran selesai Aku pulang
sendiri sambil mengayuh sepedahku, tidak disangka setelah aku sampai didepan
rumah teman-teman sekelas dan sahabat-sahabatku membuat kejutan kepadaku aku
sangat terharu ternyata mereka benar-benar tidak melupakannya ini adalah hari ulang
tahun yang sangat aneh karena perasaanku saat itu kesal,sedih,senang pokonya
tidak karuan. Mereka membawa sebuah kue
ulang tahun yang ukurannya lumayan besar sambil menjinjing kado untukku dan
Wanda membawa boneka yang ukurannya besar dan kemudian diberikan kepadaku. Tapi
aku masih berfikir kenapa sifat sahabat-sahabatku saat itu berubah dan aku
mulai menayakan hal itu terhadap mereka.
“Nisa,Imel,Venna
aku mau nanya kenapa kalian beberapa hari yang lalu sifat kalian menjadi
berubah” tanyaku.
“oh iya maaf
kita hampir lupa,sebenarnya kita tidak berubah aku,imel,dan nisa menjauh dari
kamu supaya tidak ketahuan bahwa kita membuat kejutan seperti ini” jawab Venna
“iya maaf
kita menjadi seperti ini kepadamu,kita dekat dengan Wanda hanya ingin meminta
saran dan bantuan untuk semua ini” jawab Nisa
“Kamu tidak
marahkan kepada kita?” Jawab imel
“Tentu saja
tidak aku sangat senang kalian memberikan semua ini kepadaku dan aku sangat
berterima kasih kepada kalian semua yang sudah memberikan kejutan ini
kepadaku,maaf juga ya aku telah berprasangka buruk kepada kalian semua,aku
benar-benar minta maaf kalian ternyata sahabatku yang sangat mengerti aku dan
aku senang memiliki sahabat seperti kalian semua” jawabku
Setelah bercakap-cakap tiba-tiba Wanda
melemparkan tepung dan air kepadaku semuanya pun mengikutinya tubuhku penuh
dengan tepung mereka menjailiku ternyata hal ini bisa mengubah susana menjadi
sangat ceria dan lebih tenang dari sebelumnya.
Oleh : Dheaz Fanny N
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
ARTI “SAHABAT” SEBENARNYA
Sahabat, yap kata yang sudah tidak
asing lagi ditelinga kita. Seseorang yang mampu berada disamping kita disaat
senang maupun sedih, yang menghapus air mata kita disaat menangis dan yang
memberi motivasi disaat kita terpuruk.
Ya, begitu pula aku, aku mempunyai
tiga orang sahabat, sahabat yang benar-benar ‘sahabat’. Mengapa aku berkata
seperti itu? Karena aku pernah mempunyai seorang teman yang sudah aku anggap
sebagai sahabat tapi ternyata ia hanya memanfaatkanku saja.
Kembali lagi ke-tiga sahabatku ini,
yang pertama bernama TRIA PUTRI HANDAYANI, biasa kupanggil “Putri”. Aku
sebenarnya kenal dia saatku duduk dibangku sekolah dasar tetapi saat kelas 2 SD
aku pindah sekolah dan otomatis aku berpisah dengan Putri. Aku bertemu Putri
kembali saat kita memasuki SMP yang sama. Putri adalah sosok yang cukup tegar bagiku, sifatnya
yang dewasa sering kali memberiku motivasi saatku sedang terpuruk.
Kedua bernama TESSYA TRI VANANDA,
biasa kupanggil “Tessya” aku mengenalnya saatku duduk dibangku kelas 7 SMP.
Tessya itu orang yang paling dekat rumahnya denganku, tak jarang aku
mengunjungi rumahnya, dia orang yang asyik untuk diajak curhat, mampu menghapus air mataku, orang yang ceria
dan bisa mengerti aku.
Ketiga
bernama FASHARANI FAHMI FAUZIAN, biasa kupanggil “Fasha” aku mengenalnya saatku
satu kelas dengannya dikelas 8 SMP. Sifatnya sedikit manja tidak jarang ia
bermanja padaku, ia pun sering memberiku semangat dan ia cukup mengerti aku.
Sudah banyak hal yang kita lewati
bersama, dari hal termanis sampai hal terpahit. Kita bagaikan saudara satu sama
lain. Jika salah satu dari kami sedang mengalami kesusahan atau kesedihan yang
lainnya akan membantu sebisa mungkin dan berusaha menghapus air matanya.
Saat ini kami sudah menginjak kelas 9
SMP dan semua orangpun tahu sebentar lagi kita akan memasuki sekolah baru yaitu
SMA, jujur aku takut berpisah dengan mereka, aku takut tidak menemukan
orang-orang seperti mereka di SMA nanti.
Kita akan jarang berkumpul seperti ini
lagi. Mereka pasti mengenal teman baru dan mungkin mulai melupakan satu sama
lain, itulah yang aku takutkan. Tapi aku percaya pada mereka, kita akan
mempertahankan persahabatan ini apapun yang terjadi dan aku percaya kalianlah
sahabat terbaikku.
‘Biarkan
saja kekasihmu pergi
Teruskan
saja mimpi yang kau tunda
Kita
temukan tempat yang layak
Sahabatku....
Ku
percayakan langkah bersamamu
Takku
ragukan berbagi denganmu
Kita
temukan tempat yang layak
Sahabatku...
Kita
bernyanyi untuk sahabat
Kita
berbagi untuk sahabat
Kita
bisa jika bersama...’
(song by: Andien “SAHABAT”)
Karya:DHENALIA NUR SALSABILA
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Oleh : Dhifan Diandra H.
Lomba PMR Pertamaku
Minggu
esok adalah hari yang spesial. Karena aku, Radevyan, dan Shihab mempunyai satu event yang
dapat dikatakan penting. Karena, kami mengikuti lomba PMR di SMK BIM (Bina Insan Mulia).
Sebelum hari Minggu tiba, kami bertiga menghafalkan materi-materi yang telah dipelajari dan diberikan kepada
kami. Kami menghafalkan materi, karena kami mengikuti lomba “Cerdas Cermat”.
Hari Minggu
pun tiba. Kami berkumpul di sekolah terlebih dahulu dan akan pergi ke tempat
perlombaan secara bersama-sama. Aku pun sampai di sekolah, disini sepi dan tidak ada satu pun kawan lombaku yang ada disini. Aku pun mengirim pesan pada Radevyan dan Shihab agar mereka segera
berangkat dari rumahnya.
Beberapa
menit kemudian, Radevyan pun datang dengan
wajah semangat dan cerianya tapi dengan
terheran-heran. Ia berkata “Mana si Shihab ?”, “Ga tau, belum dateng. Dari tadi juga aku sendiri disini.” Jawabku.
Waktu telah menunjukan angka 06:40 Shihab pun belum datang. Dan Radevyan berkata “Fan, si Shihab mana ? Udah jam
segini nih. Masa mau dateng kesana pas lombanya udah mulai. Batalin aja yu
ah.”, lalu aku menjawab “Jangan atuh Dev, lebar. Kapan lagi coba kita kaya gini ? Apalagi semuanya udah disiapin dari awal. Tunggu aja lah bentar lagi, lagian lombanya juga
mulai jam 08:00 kan.”, “Heeh lah asal minimal juara tiga
weh.” jawab Radevyan.
Kami pun
menunggu dan terus menunggu sampai akhirnya Shihab datang. Dan akhirnya Shihab pun datang,
kami langsung bergegas pergi ke tempat
perlombaan.
Kami telah sampai di SMK BIM. Dan kami pun mengambil selembaran kertas untuk menandakan bahwa kami peserta lomba Cerdas Cermat dari SMPN 3 Bandung. Setelah mengambil kertas tersebut, kami ditempatkan di ruang karantina
untuk menunggu giliran lomba Cerdas Cermat.
Saat
menunggu giliran lomba, kami malah mengobrol dan bernyanyi-nyanyi, padahal yang
lain sedang menghafal kembali materi-materinya. Saat tim kami dipanggil kamu
masuk ke tempat lomba itu diselenggarakan. Disana kami merasa senang, tetapi
ada rasa gugup dan tegang juga. Tapi semua itu telah dibereskan karena tim kami
telah masuk babak final dengan skor tertinggi di babak penyelisihan. Kami pun
merasa bahagia karena ini baru pertama kalinya kami memenangkan babak
penyelisihan dengan skor tertinggi, hingga kami dapat masuk babak final.
Kami pun kembali ke ruang karantina untuk menunggu tim-tim yang lain yang
akan menuju babak final. Kami mengisi waktu luang itu untuk berjalan-jalan
mengelilingi SMK BIM dan makan, karena saat itu pun juga adalah waktu istirahat.
Setelah
istirahat, tim kami dipanggil kembali untuk menjalani babak final bersama SMPN
20, SMPN 34, dan SMPN 40. Saat itu adalah saat-saat yang menegangkan karena
skor berubah-ubah yang asalnya terakhir dapat menjadi pertama dan sebaliknya
pun dapat terjadi.
Saat
babak final selesai, terlihat papan skor di papan tulis menunjukan bahwa tim
kami juara dua. Tapi, saat skor diumumkan oleh panitia, skor kami menurun
sehingga menyebabkan tim kami juara tiga seimbang dengan tim sebelah. Radevyan
pun protes, karena skor yang tertera di papan skor berbeda dengan apa yang
diucapkan oleh panitia. Dan panitia pun menjelaskan bahwa “Skor yang ditulis di
papan skor dengan yang ditulis oleh panitia berbeda karena bisa saja ada
kesalahan penulisan skor oleh penulis skor di papan skor dan yang disahkan
adalah skor yang ditulis oleh panitia.” Saat itu tim kami yang mulanya bahagia karena mendapat peringkat dua, dan sekarang
menurunlah mental kami. Karena kami akan memperebutkan peringkat tiga dan
harapan satu. Karena skor tim kami seimbang dengan tim sebelah, maka ada satu
pertanyaan lagi yang akan diperebutkan oleh tim yang mempunyai skor yang sama.
Pertanyaannya tidak disebutkan terlebih dahulu, tapi panitia berkata “Siapa
yang mengambil pertanyaan ini dan menjawabnya dengan benar, maka tim tersebut
mendapat tambahan skor hingga menjadi juara tiga. Tapi jika sebaliknya, maka
tim tersebut dikurangi skornya dan menjadi juara harapan satu.” Tim kami
terdiam sejenak, dan saat Kang Agus berkata “kalo mau ambil, ambil aja jangan
takut kalah.” Lalu kami setuju bahwa kami akan mengambil pertanyaan itu dan
siap menerima resikonya. Dan saat pertanyaan itu dibacakan, ternyata soal itu
sangat mudah dan kami leluasa menjawabnya dengan tenang.
Dan akhirnya kami juara
tiga lomba Cerdas Cermat se-Jawa Barat.
Kami senang sekali walaupun kami masih sedih
karena tentang perbedaan skor tadi. Dan target kami pun akhirnya tercapai. Kami
menunggu sampai penyerahan piala, sertifikat, dan medali. Tapi, kata Kang Agus
pembagian piala dilaksanakan pada pukul 18:00 sedangkan langit telah gelap seperti
ingin hujan. Dan kami pun pulang ke rumah masing-masing.
TAMAT
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Persahabatan Sejati
Seiring
berjalannya waktu, kami memutuskan unuk menjalin hubungan persahabatan. Memang
selama bersahabat, tidaklah mudah karena ada saja teman-teman yang menginginkan
kami tidak bersahabat. Ketika aku memasuki kelas 5 SD, kita banyak diberikan
tugas yang berhubungan dengan internet. Pada saat itu komputer saja aku belum
tahu apalagi internet. Namun sahabatku memberi tahuku apa itu komputer dan
internet. Aku sungguh berterima kasih kepadanya karena tanpa dia, mungkin aku
tidak bisa mengerjakan semua tugas-tugas yang di berikan oleh guru. Dia juga memberi tahuku tentang adanya media
sosial yang memungkinkan kami untuk berkomunikasi yang bernama Facebook.
“Hei,
sudah tau facebook belum?”
“Facebook?
Apa itu?”
“Aduh, masa udah tahu
internet tapi belum tahu facebook, sih? Hahaha. Facebook itu media sosial yang
bisa buat kita berkomunikasi.
Prinsipnya seperti SMS tapi
di facebook ada aplikasi permainannya, juga kita bisa melihat foto teman-teman
kita.”
“Bagaimana cara
membuatnya? Aku Penasaran”
“Bagaimana kalau aku
buatkan?”
“Boleh, tapi kasih tahu
aku cara menggunakannya, ya!”
“Ya.”
Keesokannya dia
membuatkan dan memberitahu aku cara menggunakan facebook. Aku sungguh senang
karena aku baru tahu apa itu permainan online dan yang paling senangnya lagi,
aku bisa melihat foto teman dan dan bisa berkenalan dengan orang lain.
Setelah memasuki kelas
6 SD, aku mulai merasa suka kepada seseorang temanku. Aku bercerita kepada Eko
dan menanyakan bagaimana sebenarnya kebiasaan dia, kesukaan dia, dan kemauannya
dia. Aku bertanya kepada Eko karena aku tahu bahwa Ekolah orang yang dekat
dengan orang yang aku suka. Aku pun memberi perlakuan khusus kepada dia.
Sebenarnya aku merasa sedih karena sebentar lagi aku akan berpisah karena
setelah SD aku tidak akan melanjutkan ke SMPK Rehoboth, tetapi aku akan
melanjutkan sekolah ke SMPN 3 Bandung. Hari demi hari aku lewati hanya untuk
membicarakan dia., sampai suatu hari Eko memperingatkanku bahwa aku jangan
terfokus pada hal seperti itu namun aku harus fokus kepada UN dan ujian akhir
sekolah. Dan akhirnya aku sadar, bahwa belakangan ini aku terfokus pada sesuatu
hal yang tidak penting.
Aku pun berterimakasih
kembali kepada Eko karena dia sudah memperingatkanku untuk fokus saja kepada UN
dan ujian akhir sekolah. Dan alhasil, aku mendapatkan nilai Ujian Nasional
dengan jumlah yang memuaskan yaitu 27,30. Sebenarnya, selama ujian nasional
berlangsung, keaadaanku sedang sakit karena aku terlalu capek bermain. Orang
tuaku panik karena mereka takut kondisiku semakin memburuk sehingga menganggu
konsentrasiku untuk mengerjakan soal UN.
Namun karena berkat pertolongnan Tuhan, aku bisa mengerjakannya
dengan baik. Dalam ujian akhir sekolah pun aku mendapatkan nilai yang bagus.
Setelah UN selesai dan
telah diberitahu nilai kelulusan, maka diadakanlah acara perpisahan sekaligus
pengumuman juara. Orang tua muridpun diundang untuk hadir dalam acara tersebut.
Dalam sesi perpisahan, kami semua berfoto, makan bersama, dan mengobrol
bersama. Tak lupa juga aku berfoto bersama sahabatku Eko yang selama ini telah
menjadi sahabatku yang sangat baik. Dan disaat tiba sesi pengumuman juara,
alangkah terkejutnya aku karena aku menjadi juara umum dan juara keduanya
adalah orang yang aku suka. Kami dipanggil ke depan mimbar bersama juara-juara
lainnya. Sungguh alangkah indahnya hari itu dan takkan aku lupakan. Setelah
berakhirnya acara perpisahan dan pengumuman juara, semua mengucapkan selamat
kepadaku. Aku juga mengucapkan selamat kepada Eko yang berhasil menjadi 10
besar, kepada orang yang aku suka dan ke semua teman-temanku yang menjadi 10
besar.
“Idih, selamat ya. Ahirnya jadi juara 1 juga!” Kata Eko.
“Ah, terima kasih, kamu
juga hebat, kamu bisa 10 besar.”
“Eh, udah ini kamu
bakalan ke SMP 3, ya?”
“Ya.”
“Mudah-mudahan kamu bisa keterima disana, ya.”
“Amin. Terima kasih. Eh
Minta nomor HP mu.”
“Em 087823682878.”
“Terima kasih. Selamat
tinggal.”
“Selamat tinggal.”
Setelah SMP, aku masih
berhubungan dengan Eko melalui SMS, namun karena HP ku hilang maka aku sudah
tidak pernah lagi berhubungan dengan Eko. Aku sunggu sedih karena itu semua
karena kecerobohanku sehungga aku kehilangan HP dan nomor HPnya. Aku sempat berharap aku bisa berkomunikasi
dengan Eko di Facebook. Tapi dia tidak pernah melihat pesan ku.
Mungkin dia jarang
menggunakan facebook lagi. Aku sedih karena hampir 2 tahun aku tidak ada
komunikasi. Aku berdoa supaya aku bisa dipertemukan kembali dengan Eko. Dan
sampai suatu hari ketika aku sedang mau pulang ke rumah, aku bertemu dengannya
di angkot. Betapa senangnya aku karena setelah sekian lama akhirnya aku
dipertemukan kembali dengannya. Kami turun dari angkot hanya untuk mengobrol selama
1 jam. Tak lupa juga aku menanyakan nomor HPnya. Pada malam harinya, aku
mengirim dia SMS yang berisikan tentang betapa baiknya Tuhan karena akhirnya
kita dipertemukan kembali dan aku mengajak dia bertemu di suatu tempat.
Keesokannya aku
menanyakan kabar teman-teman disana dan bagaimana pelajaran disana. Dan
alangkah terkejutnya aku karena dia menjadi juara 1 dikelasnya. Dia juga
memberitahuku kalau dia sering bermain di warnet dekat ITC. Sehingga kalau mau
bertemu, aku tinggal pegi ke warnet itu saja. Sampai sekarang, kami masih
bersahabat bahkan kami berjanji untuk belajar lebih giat agar masuk SMA ke SMAN
8 Bandung. Tamat.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Liburan ke Pangandaran
2 minggu yang lalu aku dan keluarga besarku pergi liburan ke Pangandaran, disana kami berlibur selama 3 hari.
Aku mempersiapkan barang yang akan aku bawa jauh-jauh hari untuk memastikan semua barang yang aku perlukan terbawa semua.
Kami pergi pada hari jumat
pukul 12 malam menggunakan bis yang sengaja kami sewa, pada saat waktu menunjukkan pukul 12 malam saatnya kami untuk pergi.. yeeee senang rasanya untuk pergi liburan melepas penat dari pelajaran yang akhir-akhir ini bisa dibilang banyak sekali ya maklum lah kelas 9 memang banyak tugas..
Tepat tengah malam kami pun pergi, aku memutuskan
untuk tidur karena memang sudah larut malam dan badanku terasa cape. Beberapa jam kemudian aku
terbangun kulihat waktu menunjukkan pukul 3 pagi, kami beristirahat sejenak di rest area, 15 menit kemudian kamipun
melanjutkan perjalanan lagi.
Adzan subuh telah berseru waktunya sholat subuh, kami
berhenti sejenak untuk sholat subuh dan kami pun melanjutkan kembali
perjalanannya, alhamdulilah sebentar lagi nyampe Pangandaran yeeee..
Akhirnya kamipun tiba di tempat tujuan dengan selamat,
kami tiba lebih kurang pukul 7 pagi. Kami langsung memasuki hotel dan check in terlebih dahulu, kami menyewa
seluruh kamar hotel agar lebih nyaman katanya, Memang bukan hotel yang besar
tapi bagiku tetap nyaman.
Waktu menunjukkan pukul 8 pagi, aku dan adikku langsung
menuju pantai dan kebetulan jaraknya tidak jauh dari hotel. Pagi yang indah di
Pantai Pangandaran kami bermain pasir, berenang, dan lain lain, sangat
menyenangkan sekali dan banyak orang di pantai ada juga nelayan yang pergi
melaut. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 10 dan kami bergegas pergi ke hotel
untuk mandi.
Setelah selesai mandi kami pun
makan siang bersama di hotel, enak sekali makanannya.. Banyak lauk-pauk yang
tersedia, saking bingungnya aku ambil aja semuanya mungkin saking laparnya aku
yang pertama duluan habis. Tak lama kemudian aku mulai mengantuk, dan aku
terbangun jam 1 siang. Keadaan di hotel sangat sepi hanya ada aku saja yang di
hotel karena yang lainnya pergi membeli oleh-oleh, karena bosan aku menyalakan
TV dan ternyata acara di TV pun tidak ada yang rame, akhirnya aku memutuskan
untuk belajar saja karena memang hari seninnya akan ada UTS.
Waktu menunjukkan pukul 3 sore dan yang lainnya baru
kembali ke hotel sementara aku melanjutkan belajarku. Jam menunjukkan pukul 4
sore dan semuanya akan pergi ke pantai, karena belajarku pun sudah selesai jadi
aku ikut ke pantai lagi yeee walaupun kulit semakin tambah hitam saja ya tidak
apa-apalah..
Kami menaiki perahu untuk melihat pantai Pangandaran
dengan jelas dan tujuan kami sekarang ke pasir putih. Kami pun sampai di pasir
putih, pemandangannya indah sekali dan angin bertiup dengan kencangnya. Aku
mencoba untuk snorkling dan ternyata
pemandangan dibawah laut tidak kalah indah dengan yang di darat, juga dapat aku
lihat terumbu karang yang sangat indah di dasar laut.
Setelah bersenang-senang di pasir putih kamipun pergi
lagi ke pantai semula menaiki perahu tak terasa waktu menunjukkan pukul 5
lebih, kami bergegas pergi ke hotel. Sesudah sholat maghrib, kami makan malam
kali ini menu makanannya udang saus tiram, tumis kangkung, dan yang paling aku
suka kepiting asam manis.
Setelah selesai mengisi perut, nah sekarang waktu yang
ditunggu-tunggu.. Keluarga besarku ini punya acara yang diadakan setiap
tahunnya yaitu “ Tukar Kado” yang menarik dari
acara ini yaitu setiap kepala keluarga yang dipanggil namanya harus membuka
kado yang sudah diacak nomornya dan membukanya juga tidak gampang karena suka
ada yang jail hihi.. semua kadonya dibungkus pakai koran tapi kadang suka ada
bungkusannya itu berlapis-lapis yang jelas macem-macem deh sampai harus ada yang membukanya pakai pisau saking susahnya
tapi disitulah letak kesenangannya.
Acara tuker kado nya sudah selesai lalu dilanjutkan
dengan membeli oleh-oleh, aku membeli baju, oleh-oleh untuk temanku juga tidak
lupa, dan yang seru kami menaiki “Mobil Gowes” ternyata tidak gampang menaiki
ini perlu tenaga yang ekstra juga.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul 10 malam karena
terlalu lelah aku langsung kembali ke hotel dan langsung tidur.
Esoknya aku bangun pukul 6 pagi udaranya sangat sejuk dan
sinar matahari pun masuk melalui jendela kamarku, setelah selesai sarapan aku
berjalan-jalan di sekitar hotel. Dan sampai akhirnya aku diajak oleh ibuku
untuk membeli udang dan juga beberapa oleh-oleh untuk saudara yang di rumah,
waktu terasa begitu cepat sudah menunjukkan pukul 11 siang kami kembali ke
hotel untuk packing. Kami check out jam 12 ingin rasanya main
dipantai lagi, tapi waktunya untuk pulang yah semoga saja aku bisa kembali lagi
kesana. Belum jauh dari Pangandaran aku tertidur mungkin karena terlalu cape,
beberapa jam kemudian aku terbangun dan ternyata perjalanan masih cukup jauh.
Perut pun mulai lapar, rombongan keluargaku ini berhenti di sebuah restoran
sejenak untuk mengisi perut.
Setelah selesai mengisi perut kami pun berkaraoke di bis,
karena keluargaku ini kocak-kocak jadi jalanan yang macet pun tidak terasa.
Tepat pukul 7 malam kami sampai di Bandung dengan selamat.
Nama: Fikriyah Rasyifah
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Segores Luka
Karya: Hanifa Khoirunnisaa Heryanto
Kelas : 9.7
Siang itu adalah siang
diakhir pekan bulan Ramadhan. Dimana aku dan keluarga besarku berkumpul di rumah
nenek. Aku tidak menjalankan puasa karena masih duduk dibangku TK. Sepupu
laki-lakiku bernama Fadel, umurnya sama denganku, mengajak membeli camilan. Dia
selalu membelikanku camilan jika mempunyai uang lebih.
Warung
yang menjual camilan itu terletak lumayan jauh dari rumah nenek. Kaki kami
terus berjalan memasuki sebuah gang yang cukup dalam. Dan kami pun sampai di
warung yang dituju. Fadel membeli camilan yang ia suka, begitu juga aku.
Setelah membayar, kami kembali ke rumah nenek.
Tiba-tiba Fadel mengajakku membeli
camilan lagi, karena camilan yang tadi dibeli telah habis dimakan. Ia akan
membayar camilannya dan aku hanya nurut saja. Akhirnya kami pergi kembali ke
warung tadi. Tapi kali ini aku tidak membeli camilan, melainkan sebuah mainan.
Sejauh ini kami baik-baik saja hingga Fadel mengajakku untuk cepat pulang ke
rumah nenek. Setengah berlari diriku sampai didepan gang, menunggu Fadel yang
masih asyik berjalan sambil makan camilannya.
“Cepatlah sedikit, Del!” Teriakku
kepada Fadel yang segera dibalas dengan anggukan kepalanya, ia segera berlari
menghampiriku.
Setelah ia berada disampingku, kulihat kanan dan kiri jalan,
karena kami harus menyeberang.
“Ayo sekarang.” Ajakku. Namun Fadel
menggeleng.
“Masih banyak mobil, Han. Sabarlah
sebentar.” Ucapnya sambil terus memakan camilan.
Lama-lama aku mulai bosan, mataku melihat ke arah kanan yang sudah
tidak ada kendaraan.
“Ayo, Del!” Kataku dan langsung berlari
menyeberang sambil melihat Fadel dibelakang.
“Jangan dulu,” Ucapnya. Aku bingung,
kenapa ia tidak ikut menyeberang padahal aku sudah memberi tanda padanya. Tiba-tiba
ia berteriak padaku, “Awas Han!”
Bam! Tubuhku menabrak sebuah mobil, kemudian
mobil itu berhenti. Aku terjatuh, kurasakan sakit disekitar perut dan tangan.
Mainan yang kubeli terlempar jauh. Mataku buram dipenuhi air. Kutahan tangisku
agar tidak keluar. Aku masih diam, tidak beranjak dari tempatku terjatuh. Tapi
setelah pemilik mobil itu mengangkatku berdiri dan menggendongku, air mata yang
semula kutahan dikelopak mataku, kini keluar dengan lancar. Aku tidak dapat
melihat dengan jelas karena terhalang air mata. Aku hanya merasakan Fadel yang
masih diam ditempatnya ikut digendong oleh bapak pemilik mobil itu. Si bapak
bertanya pada Fadel dimana rumah kami, lalu setelah Fadel memberi tahu, kami
berdua dibawa ke rumah nenek.
Sambil menagis aku duduk disalah satu
sofa. Bibiku berlari membawa air hangat dan handuk kecil. Ia mengompres bagian
daguku yang tergores oleh aspal jalanan. Aku tidak dapat merasakan apa-apa
saking kagetnya. Lalu ibuku datang dengan wajah panik. Ia berlari menghampiri
dan memelukku.
“Bawa saja ke klinik kami bu. kalau
dokter di sana belum pulang, ia bisa menjahit dagunya yang sobek.” Ucap bapak
pemilik mobil.
Ibuku mengangguk lalu menggendongku masuk
ke mobil bapak itu. Aku dan ibuku duduk dijok belakang. Sedangkan bapak itu dan
istrinya duduk didepan. Ibuku terus berusaha membuat tangisku berhenti.
Sedikit-sedikit aku mulai mengatur nafas untuk menghentikan tangisku. Setelah
sampai di klinik, aku digendong masuk. Tapi ternyata dokternya sudah pulang.
Ibuku membawaku ke sebuah wastafel, lalu menyambar lenganku untuk dibersihkan.
Aku baru sadar, ternyata darah telah mengalir dari daguku hingga lengan. Mataku
melotot, tak percaya melihat darah itu dan tiba-tiba aku menangis kembali.
Akhirnya aku dibawa ke rumah sakit.
Tubuhku direbahkan diatas ranjang, lalu suster itu menutup mukaku, hanya bagian
luka didagu saja yang terbuka. Dokter mulai menjahit luka didaguku. Aku menggenggam
erat sprai ranjang untuk menahan rasa sakit dan berusaha untuk tidak menangis. Rasanya daguku
seperti digigit semut. Tidak memerlukan waktu lama untuk menjahit lukaku.
Ibu membawaku menghampiri si bapak dan
istrinya. Ia bertanya biaya jahitan ini, tapi bapak dan istrinya itu tersenyum,
berkata kalau biaya itu sudah mereka
lunasi. Betapa leganya perasaan ibu, ia berterima kasih sekaligus meminta maaf
atas kekacauan yang aku perbuat. Mereka menjawab dengan ramah, juga meminta
maaf atas ketidak sengajaannya menabrakku. Mereka mengantar kami pulang ke
rumah nenek, sebelum akhirnya berpisah.
Hingga kini, jahitan itu meninggalkan bekas luka yang tak
terlupakan. Luka yang mengajariku untuk lebih berhati-hati saat menyeberang.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
“Lomba
Arumba”
Namaku
Khoerunnisa,Aku mangikuti ekstrakulikuler Angklung di sekolahku. Eskul itu
mendalami alat musik tradisional dari Jawa barat yang terbuat dari bambu yaitu
Angklung. Nama ekstrakulikuernya adalah Keluarga Paduan Angklung SMP Negeri 3
Bandung atau sering dibilang KPA3. Walaupun alat musik itu tradisional tapi
Angklung bisa memainkan lagu-lagu tradisional dan modern juga.
Didalam
eskul Angklung itu terbentuk sebuah grup yg bernama “Arumba”, Arumba merupakan
singkatan dari Alunan rumpun bambu, yaitu kumpulan alat musik yg terbuat dari
bambu, seperti 2 buah Gambang melody, sebuah gambang pengiring,1 set Angklung,Hi-hat
Cymbal,2 buah conga,1 buah kendang,dan Zimbe. Grup musik ini beranggotakan 7
orang yaitu Angel dan Saifa memainkan Gambang melody,Aku memainkan Gambang
Pengiring,Dwi Ayu memainkan Angklung,Agatha memainkan Hi-hat Cymbal,Rayinda
memainkan Conga dan kendang, yg terakhir Aenun memainkan Zimbe.
Inilah
Gambang Pengiring (yang besar) & Gambang Melody (yang kecil Suatu hari ketika kita sedang eskul
tiba-tiba Kang Hendra selaku pelatih angklung dan juga arumba, memanggil kita
untuk memberi tahukan bahwa tanggal 10 Mei ada lomba Musik kreasi tingkat Jawa
barat. Lomba ini diadakan di SMP Negeri 7 Bandung. Ketika itu juga kami grup
arumba segera latihan, tapi salah satu syarat lomba itu adalah Peserta yang
mengikuti perlombaan harus beranggotakan maksimal 5 orang, jika lebih dari 5
orang maka peserta akan di eliminasi.Di lomba itu kita hanya memakai 5 alat
musik yaitu Gambang melody,Gambang pengiring,Angklung,Hi-hat Cymbal dan Conga
kedang. Jadi sebelum latihan kita menentukan siapa saja yang harus mengikuti
lomba diantara kita bertujuh. Dwi Ayu,Rayinda dan aku pasti ikut lomba itu
karena kita adalah pemain tetap alat yang kita mainkan. Sementara yang
memainkan gambang melody harus satu orang, antara Angel dan Saifa. Angel
berkata bahwa pada tanggal lomba itu dilaksanakan kemungkinan dia mengikuti
lomba Pupuh bahasa Sunda. Akhirnya yang memainkan Gambang melody adalah Saifa.
Tinggal menentukan siapa yang memainkan Hi-hat Cymbal, antara Agatha dan Aenun.
Kang Hendra mengetest mereka memainkan Hi-hat Cymbal. Dan yang terpilih adalah
Aenun karena ia lebih mengetahui ketukan.
Kita
memiliki waktu 2 minggu untuk berlatih sebuah lagu yang cocok untuk lomba, tapi
kita gak bakal full time 2 minggu karena kita harus fokus belajar dan aktivitas
lainnya tidak terlalu fokus ke latihan. Kita memilih lagu “Cublak-Cublak Suweng”
yang sudah di aransemen ulang oleh kang Hendra. Selama latihan kita tidak
terlalu banyak hambatan, hanya saja teman saya yang satu ini yaitu Saifa rada
lambat atau lemot menguasai materi
yang diberikan akang. Ya itu hal biasa sih bagi kita soalnya pikiran kita gak
selalu tertuju ke materi arumba, kita pasti memikirkan hal lain seperti
pelajaran,masalah keluarga,pacar,dan lain-lain.
Hari Sabtu kita latihan
disekolah, lagu pun belum tamat dan baru setengahnya yang kita kuasai. Niatnya
hari ini mau namatin lagu yang akan dilombakan, dan alhamdulillah lagu ini kita
sudah hafal walaupun belum lancar dan masih dibilang kacau. Minggu depan kita
harus udah fulltime latihan sampe hari H tiba. Ya walaupun kita harus
mengorbankan waktu istirahat,uang dan lain-lain. Hari Minggu kita diberi
kesempatan istirahat dari latihan ya karena kita juga harus menjaga kesehatan
agar nantinya tidak sakit dan akhirnya tidak bisa mengikuti lomba. Yang menang
dilomba itu bisa maju ke tingkat nasional mewakili Jawa Barat dan bisa ke Luar
Negeri melestarikan Budaya musik Indonesia.
Hari Senin,Selasa,Rabu
kita sudah mulai menguasai materi yang diberikan akang walaupun bisa dibilang
kacaw. Hari Kamis kita tidak latihan Arumba tapi kita sempatkan untuk berlatih
Angklung dan membantu pelatih mengurus anak-anak. Hari jum’at kita harus
latihan untuk memperlancar lagu, tiba-tiba saja ketika kita sedang makan akang
menelfon kita untuk memberitahukan bahwa akang tidak bisa melatih hari ini
karena ada acara tapi kita masih harus latihan tanpa akang, walaupun begitu
akang memberitahukan kepada kita bahwa ada temannya yang akan menggantikannya,
yaitu kang Azmi. Mungkin yang lain gak tau siapa dia tapi aku tau siapa kang
Azmi, dia adalah salah satu personil dari Nawawi Ansamble IMB 2, dia memainkan
Gambang Pengiring seperti aku.
Saifa melihat kedatangan
kang Azmi langsung takut, pemikiran Saifa tentang kang Azmi itu galak karena
kang Hendra pernah bilang jangan main-main sama kang Azmi. Padahal kang Azmi
tuh baik sekali tapi kalo kita latihannya gak bener pasti kena marah. Ketika
kita mulai latihan kang Azmi hanya melihat kami berlatih, latihan kita masih
kacau. Kang Azmi melihat kita berlatih kurang baik langsung membenarkan dan
melatih kita dengan cara yang baik dan juga benar. Teman-teman baru sadar kalau
kang Azmi itu sangat ramah, dia yang memberi kita motifasi ketika berlatih dan
bercerita-cerita ketika ia ikut IMB 2. Ketegangan diantara kita semua hilang,
dan kita mulai berlatih lagi. Peningkatan kita dalam menguasai materi cukup
baik, sudah tidak ada keliruan dalam memainkan nada-nadanya, tapi itu masih
kurang sempurna untuk mengikuti lomba.
Besoknya kita harus
latihan lagi. Tapi ketika kita sedang latiha tiba-tiba saja alumni eskul
angklung datang untuk berlatih arumba. Kita kaget karena malu berlatih didepan
kakak kelas. Tapi itu merupakan sebuah pelajaran dan tantangan agar tidak grogi
didepan penonton. Kita berlatih gantian dengan kakak kelas walaupun hari ini
latihan lebih dikuasai kakak kelas tapi kita gak masalah kok lagian kakak kelas
hanya sekali-sekali latihan arumba.
Hari Minggu seperti biasa
kita libur latihan. Senin sampai Rabu kita berlatih ekspresi muka atau Jimik,
Keberanian, Percaya diri dan lain-lain. Yang paling susah itu adalah jimik
ketika sedang memainkan alat masing-masing. Hari kamis sekitar jam 5 sore
pulang latihan kami pergi ke tempat penyewaan kostum untuk besok lomba. Ketika
disana kita sangat bingung mau memilih kostum yang cocok dan akhirnya kita
dapat kostum seperti kostum untuk nari yang sebenarnya kurang cocok untuk lomba
tapi kostum itu bagus dan indah.
Hari ini tepat tanggal 10
Mei dimana lomba ini akan dilaksanakan. Kita sangat tegang tetapi juga senang,
kita memohon kepada tuhan agar diberi kelancaran dan kemenangan. Jam 7 kita
berangkat menuju SMP 7, dijalan kita menemukan kendala yaitu tersesat tapi
akhirnya juga sampai di tempat tujuan. Ketika sampai disana sudah ada Pak
Rully,bu Rita dan pak Totong guru kesenian di sekolah kita. Mereka memberitahu
bahwa kami tampil urutan ke 8, disana Angel dan Agatha juga ikut untuk menjadi
Official kami. Kami kaget dan down saat mendengar bahwa durasinya minimal 10
menit sementara kita hanya 7 menit, juga ditambah perbedaan penampilan kita
dengan peserta yang lainnya. Tapi guru dan pelatih menyemangati kita agar tidak
pesimis dan harus selalu optimis.
Berhubung lomba itu
diadakan hari Jum’at grup kami tampil sehabis Sholat Jum’at. Jujur saja ketika
tampil kita sangat tegang tapi juga senang. Disana kita melihat beberapa
peserta yang tampil lebih baik dari kita mereka memainkan lagu khas sunda tapi
kita memainkan lagu khas jawa. Ketika pengumuman tiba kita tidak menang tapi
kita sangat senang telah mengikuti lomba ini karena kita bisa mendapat banyak
pengalaman juga pelajaran dan menghargai kerja keras kita. Sampai sekarang kita
masih berlatih arumba di sekolah kita sangat senang bisa melestarikan budaya
sunda.
Penulis :
Khoerunnisa Fiqriyah.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Untuk Tommy
Kutatap siluet bangunan megah dengan latar
belakang matahari sore. Merah langit yang mencolek terhambat tanganku yang
menudungi mata. Kernyitan adalah ekspresi pertama sejak aku tiba di sana,
lelah. Kuputar ransel merah berisi Al-Quran dan himpunan Hadist ke depanku
kemudian membuka risletingnya, mengambil beberapa permen Blaster. Tepat pada
saat aku memasukkan permen pertama ke dalam mulutku, aku menjadi salah seorang
peserta asrama Pondok Pesantren di Karawang.
Di kejauhan, kulihat seekor kucing kecil
berjinjit menghampiri, seperti menyambut.
—
“Nas, Bantu Ibu siapkan pakaian dalammu! Kolor
masih ada di jemuran, biar Ibu yang urus semua rok dan baju dalam koper. Jangan
yang sudah robek! Nah, yang itu masih bagus. Lipat dan atur sendiri. Awas!
Hati-hati kalau jalan, Ibu taruh kopi dekat meja setrika,” Ibu mengarahkanku
melakukan persiapan untuk tinggal di asrama lusa. Di sana ada kakak perempuanku
yang sudah berangkat lebih dulu, dua hari yang lalu. Aku mendongak, turun ke
halaman untuk menghindari arahan dari Ibu. Aku baru sembilan tahun, kelas empat
sekolah dasar, dan pemalas.
Duduk di bawah pohon mangga dan lengkeng, di
atas kuburan kelinciku, lebih baik daripada berdiri di atas tumpukan pakaian
dalam. Kupeluk kedua lututku dan meringis, kesal. Bayangkan seorang anak
berumur sembilan tahun tinggal di asrama bersama orang lain yang berumur paling
kecil tiga belas-empat belas! Secara absolut aku yang paling tolol. Sambil
mengumpat, kuusap batu kali yang menandai kuburan kelinciku, sama tololnya
denganku, mau saja mati di tengah kelinci-kelinci lain yang lebih besar.
“Nas! Anas!” Uh, aku paling benci dipanggil
dua kali.
“Iya, Bu! Ibu!” Aku turun dari kamarku di
lantai dua, sambil menenteng sebuah novel yang baru setengah dibaca. Di
tikungan tangga, aku berhenti. Melihat koper dan ransel kurang dari satu meter
di bawahku, bertumpuk. “Memangnya berangkat hari ini, Bu? Katanya besok,”
kututup novelku dan turun tiga-empat anak tangga lagi. Di bawah, di depan Ibu,
aku memeluk diriku. Tolong jangan sekarang!
Yah, ternyata hari keberangkatanku dipercepat.
Iming-iming kalau di sana ada banyak kucing sedikit meyakinkanku agar segera
saja ke pondok, di samping pikiranku akan adaptasi yang lama. Dari dalam mobil,
pohon-pohon terlihat sedang berlari. Apa nanti aku bisa lari dari pondok ke
rumah, ya? Ke Bale Endah? Kakiku putus.
Aku menunduk, memainkan jemariku, menautkan
telunjuk dengan telunjuk, jari manis dengan jari manis, kelingking dengan
kelingking. Seperti dua ekor cumi-cumi yang saling berpegangan tangan,
setidaknya kalau ada yang memiliki lima tentakel. Sudah begini, aku jadi
teringat hewan peliharaan pertamaku, Odie. Odie adalah ikan oscar yang baik, baik, baik. Aku tahu
bahwa ikan adalah hewan yang bodoh, tapi kurasa Odie-lah ikan terpintar,
tercantik, ter-semuanya. Odie tidak perlu dapat berbicara untuk membuatku
tertawa. Cukup pasang raut tolol, kuberi nilai seratus untuk hiburannya.
Oh, rupanya itu Pondok Pesantrennya. Tepat di
utara masjid besar, ada asrama putri. Di selatan, ada asrama putra. Kedua
asrama itu adalah bangunan memanjang dengan dinding berkeramik. Ukirannya
bagus, adalah komentar yang pertama mencuat dari kepalaku ketika melihatnya.
Orang tuaku sedang mengurus kepindahanku ke sini, membayar biaya konsumsi, jasa
laundry, dan blah blah yang kurang penting bagiku. Di rumah aku bisa menahan
lapar sampai dua hari, memakai pakaian yang sama lebih dari satu hari, dan
masih hidup. Tapi katanya di rumah aku tidak bisa mengaji.
Aku mengambil beberapa permen dan membuka
salah satunya, memasukannya ke mulutku. Sambil duduk di bawah pohon beringin di
depan kantor asrama sore itu, aku membaca komik. Pada halaman terakhir, aku
sedikit terusik dengan seekor kucing kecil, mengelusku dengan kepalanya, dan
menepuk kakiku dengan kaki depannya. Dia mengajakku berkenalan, kurasa. Kututup
komikku, melewatkan halaman terakhir.
“Nas! Anas!” Oh—itu Ibu. Anaknya sedang enak
begini Ibu memang selalu mengganggu. Aku berdiri dari dudukku dan menepuk
pantat.
“Hm?—Iya, iya,” aku menjawab asal-asalan.
Kucingnya sudah kutendang, tapi masih menggelendot manja dekat kakiku. Sudah
begini aku langsung membantu Ibu membawa koperku ke asrama putri, supaya kucing
itu pergi, untuk menyusu mungkin?
Suara gesekan roda koper dengan paving block di lingkungan asrama putri,
rasanya musik yang bagus. Druk, druk,
druk, brak, brak. “Bu, kamarnya sama Teteh, kan?” nyanyiku di dekat tangga
asrama.
“Iya. Angkat kopernya, koper tidak bisa
terbang.” Iya, Ibu, aku tahu!
Aku melihat bokong mobil yang perlahan menjauh
dari halaman pondok. Inilah waktuku di sini, untuk mengaji dan belajar mandiri.
Kutendang kerikil sial dekat kakiku. Pasir yang terbang membuatku kelilipan.
“Ih, gila!” Refleks yang buruk. Tanpa melihat
dengan ekor mata pun aku tahu bahwa banyak orang yang sedang memperhatikanku.
Aku menunduk, mencari sesuatu yang menyentuh rokku. Oh, itu dia. Si bodoh,
kucing kecil bercorak macan kuning kudisan. Mengajakku berteman setelah
berkenalan, rupanya.
Aku berjongkok, mengelus kepala si kucing.
Lembut, tapi berdebu. Dia mengeong, mungkin minta kugaruk belakang telinganya.
“Haha, bodoh kamu. Bau, belum pernah mandi, ya?” Kuselipkan tanganku pada dada
dan punggungnya, mengangkat si kucing. Kubawa dia ke asrama.
Asrama sedang sepi, semuanya sholat maghrib
dan langsung mengaji. Aku duduk di tangga, bermain bersama si kucing. Oh,
kucing kecil itu sudah bernama, Tommy. Kupikir itu adalah standar nama kucing
yang bagus, mudah diucapkan. Tommy, Tommy, Tommy.
“Nas! Sudah sholat?” Teteh datang dari gerbang
asrama dan langsung menyerbuku. Melihat Tommy, Teteh menebak dengan tepat,
“Kucingnya nemu di depan, ya?”
Aku hanya mendongak, lalu kembali tertunduk.
Asrama hening.“Ga ngaji, Teh?” pecahku masih menunduk mengelus Tommy. Kurasa
aku mendengar Teteh mengangguk.
“Sholat dulu, Nas. Keburu Isa, “ kata Teteh
menaiki anak tangga pertama ke kamar asrama.
Hari itu di dapur,
aku dan Kak Nana, salah satu teman sekamarku, sedang makan. Terbiasa disuapi,
aku hanya menusuk-nusuk ikanku dengan garpu, dan mendorong nasiku ke luar
piring. Dalam pelajaran bertata krama, sendok dan garpu seharusnya tidak
membentur piring dan menimbulkan musik tak
tak. Tapi, ingatlah, pernah kukatakan bahwa sudah tentu akulah yang paling
tolol di sini. Masih kucoba untuk menyendok makananku ke dalam mulut, sampai
akhirnya ikanku jatuh. Seandainya ikan itu masih hidup, akan kubunuh dia!
Aku turun dari kursiku dan berjongkok untuk
mengambil ikan yang jatuh, tentu saja bukan untuk dimakan olehku, tapi Kak Nana
menawarkan, “Nas, mau ikan lagi?” Kak Nana baik! Tapi tidak mengerti kalau aku
kesusahan memakan ikan. Belum lagi saat kutengok ikan Kak Nana, sudah tiga
perempat ludes.
Kujawab, “Ehm... makasih, Kak. Tapi Anas
kenyang,” sambil menahan perutku yang keroncongan. Kak Nana kembali menggeluti
ikannya, agak ragu-ragu memotong, mungkin heran. Aku baru minum segelas teh
hangat, kau harus tahu, dan Kak Nana tahu itu. Aku pun kembali duduk di kursi
setelah mengambil ikan yang jatuh, membungkusnya diam-diam di balik kerudungku
dengan beberapa lembar tisu. Ikannya kubawa pulang.
“Tommy!” aku berseru berbisik saat Tommy
berlari menghampiriku. Aku baru kembali dari sholat dzuhur dan akan bersiap
mengaji. Tommy menyundulkan kepalanya, mengelus kakiku. Siapa yang tidak
sayang?
Belakangan ini, Tommy selalu datang
mengunjungiku setelah kuberikan dia ikan sisa makan siangku. Semakin kenal, aku
pun semakin menerima baunya, kotornya. Kutemukan hal-hal tolol dari semua
kucing kecil dalam Tommy. Sebagai anak berumur sembilan tahun, hal tolol bukan
perkara besar, tetapi kekonyolan. Lihatlah, lihat! Tommy berguling di tanah dan
tidak sengaja jatuh ke saluran air! Aku akan memegang perut, tertawa. Tommy itu
berbeda. Seperti bundel semua ketololan dan kelucuan, semuanya satu paket dalam
Tommy.
Aku menunduk dan menggaruk belakang telinga
kucing kecil itu. Tepat saat Tommy mulai mendengkur dan menggeliat, seseorang
menepuk bahuku. Aku mendongak, dan, oh—itu Teteh.
“Jangan main kucing terus. Ngaji sana!” Aku
tidak suka diperintah!
Kesal, aku mengumpat. Tommy pun pergi.
Berhari-hari, aku mulai terbiasa dengan
kegiatanku di pondok. Guru mengajiku, Teh Asri, membolehkanku membawa Tommy ke
tempat belajar.
Tommy kotor, bau, jelek. Aku baru tahu bahwa Tommy
sendirian. Tidak punya induk lagi. Ibu.
Kalau kembali ke asrama malam-malam, rasanya
kasihan pada Tommy. Si Bau itu pasti kedinginan di tong sampah. Si Kotor itu
pasti kelaparan. Si Jelek itu pasti ingin menyusu. Jauh dari rumah pun aku
masih bisa merasakan kehangatan orang-orang di sekitarku, makan kenyang.
Tommy itu baik, baik, baik, baik seperti Odie.
Tidak perlu kucucuk hidungnya pun Tommy pasti menurut. Lebih dari Odie, hanya
dengan menunjukkan ekornya Tommy sudah menghiburku. Untuk Tommy, kuberikan
seribu poin.
Tidak ada hari di asrama tanpa Tommy tersenyum
padaku setiap pagi. Ekor pendeknya terangkat, seperti biasa. Karena waktu itu,
kupikir ekor yang jatuh adalah tanda bahwa kucing sedang cemberut. Kak Nana
yang sama-sama menyukai kucing denganku, bermain bersama Tommy untuk mengisi
waktu senggang. Gigitan dan cakaran Tommy tidak pernah merobek rasa sayang
kami. Tidak ada yang kurang di sini.
Sampai hari itu.
Kak Nana dan Teteh datang dari gerbang asrama,
menghampiriku. Kak Nana, kulihat matanya berlaut. Hidungnya seperti siap
meledak, kembang-kempis. Bibirnya mengatup, menahan entah apa yang akan keluar
dari mulutnya. Kukira Kak Nana sedang sakit, menahan isi perutnya menyembur.
Tapi aku salah. “Nas, Tommy...” Teteh angkat bicara.
Ada apa?
“Di parit. Tommy... berdarah, parit!”
Bohong! Aku cepat-cepat memakai kerudungku.
Kak Nana berkali-kali mengusap wajahnya. Mata,
pipi, hidung. Teteh memimpin rombongan kecil kami ke parit yang dimaksud. Parit
manakah? Tolong jangan yang besar!
Tidak ada yang menolongku.
“Tom... Tommy...” Aku bersedekap, menahan
cengeng. Tidak bisa.
Tommy itu baik, tapi jahat. Lihatlah, kucing
bodoh itu meninggal lebih dulu daripada aku! Pagi hari sebelum suratan itu
datang, kulihat Tommy tersenyum, mengangkat ekornya. Tommy memakan sarapanku,
sambil menggeram agar ayamnya tidak direbut. Kurasakan rambutnya yang berdebu.
Kucium baunya, kudengar meongnya.
Tapi sore itu benar-benar terbalik. Sepertinya
aku melihat Tommy cemberut. Tapi wangi. Begitu, ya. Aku suka Tommy cemberut
yang wangi, enak dipeluk, tidak memberontak. Dingin tidak apa-apa.
Kalau sudah begini, aku ingin pulang. Cepat
melihat Ibu, Bapak.
Malam hari, rasanya gila. Langit tidak selalu
mengerti bumi, karena berbeda. Bulan dan dayang-dayangnya menari. Dari bumi aku
menonton. Mungkin Tommy kudisan ada di sana, mengangkat ekornya. Mungkin.
Sesudah berwudhu untuk sholat Isa, sepertinya
ada orang yang memukulku dari belakang. Sial, siapa? Napasku panas, mataku
perih. Kuputuskan untuk sholat di kamar.
Anak tangga berukir floral itu berputar.
“Nas! Bangun!” Itu suara Teteh. Ditamparnya
pipiku berkali-kali. Dikiranya aku tidur. Kudengar suara Kak Nana setelah
seseorang memegang dahiku. Tangan itu dingin.
“Gila, kompor!” mungkin artinya aku panas.
Kemudian seseorang membopongku ke bawah, ke
Unit Kesehatan Asrama Putri. Samar-samar, kulihat bulan. Masih malam. Gila,
gila, gila. Kepalaku dipukul berkali-kali. Di Unit Kesehatan Asrama Putri, aku
duduk di atas ranjang empuk. Baru kali ini aku kembali merasakan empuk yang
seperti ini sejak tinggal di asrama. Enak, ya.
Kuraba belakang kepalaku, apa berdarah?
Kuusap-usap sedikit, dan mengangkat tanganku ke depan wajah. Tidak ada
setetespun darah. Tapi kepalaku sakit. Aku ingin memeluk Tommy. Atau Ibu?
Aduh, Ibu. Kumarahi terus. Kalau Tommy, pasti
akan sangat sayang pada ibunya. Sangat hormat. Sangat cinta. Kubayangkan
kelebat wajah Ibu, Bapak, dan adik-adikku yang nakal. Kakak-kakakku yang
menyebalkan. Sudah begini, rasanya tidak apa-apa namaku dipanggil dua kali. Tidak
apa-apa aku diteriaki agar cepat sholat. Tidak apa-apa kepalaku disentuh tidak
sopan. Tidak apa-apa aku disuruh mengambil ini-itu. Terpejam seperti ini
rasanya mataku teduh. Tiba-tiba ombak datang. Aku sesenggukan cengeng.
Esoknya, aku dan Teteh pulang. Hanya seminggu
aku di sana. Tapi rasanya baru sehari. Tommy yang pertama menyambutku. Kemudian
Kak Nana yang bermain bersamaku, bersama Tommy. Masih kuingat jelas gurat
sayang Kak Nana pada semua kucing di asrama, pada Tommy. Kemudian masih
kurasakan banyak gigitan dan cakaran dari Tommy, penuh sayang. Hari-hariku di asrama diisi oleh
Tommy. Kuingat tempat-tempat yang pernah aku dan Tommy datangi.
Asrama putri. Luas. Gerbangnya dihapit oleh
tempat berwudhu dan mencuci pakaian. Berjalanlah lurus di antara enam pohon
beringin kecil dan kau akan melihat dua tangga yang saling berhadapan,
berciuman di lantai dua. Naiklah, akan kau temui pertigaan yang menyambungkan
dua tangga pendek, berundak ke lantai
serba guna dan tempat menjemur pakaian. Susuri setiap lorong berdinding baju
dan celana, mungkin kau akan melihat aku bersama Tommy bermain di atas tumpukan
kain yang jatuh. Jangan marah, salahkan angin.
Masjid. Tiang-tiang besar berbaris menopangnya
agar tetap berdiri. Tegak. Cantik. Lantainya putih dan dingin berpola
sulur-suluran. Aku duduk pada salah satunya, mendengarkan nasihat dari guruku.
Di halaman masjid, Tommy menungguku sambil mencakar sandal-sandal yang bukan
milikku. Mungkin milikmu.
Dapur. Setelah sholat dan keluar dari masjid
melewati pintu yang menghadap ke asrama putri, cobalah melihat telinga kirimu.
Tapi, hei, ada simpang kecil di sana. Untuk ke dapur, ikuti parit besar sebelah
sawah. Di tengah perjalanan, tidak perlu terkejut kalau kau melihat aku sedang
memberikan jatah makanku kepada Tommy yang lapar. Jangan mengganggu! Dia
menggeram.
Koperasi pondok, ruang tamu, warung telepon,
tempat-tempat biasa yang pada udaranya terpahat wangiku dan Tommy. Terekam
suaranya, napasnya. Tempat-tempat monumental, memiliki rasa tersendiri.
Tersendiri, hanya bagiku. Karena Tommy dengan mudahnya meninggal, nyawanya
terbang.
Sebelum masuk ke mobil yang tertambat di depan
gerbang Pondok Pesantren, aku pergi ke dekat pohon di depan kantor asrama.
Tempatku dan Tommy berkenalan. Aku tersenyum, mengelus udara.
“Nas! Anas!” seperti biasa, itu Ibu. Aku tidak
marah. Kubiarkan rokku mengembang tertiup angin di tengah lariku. Aku menubruk
Ibu dan memeluknya. Mungkin begini, atau bahkan lebih dari inilah rasa rindu
Tommy pada yang telah melahirkannya, pernah menyusuinya, pernah
menghangatkannya, membiarkan air mata tumpah di bahunya.
Mungkin Ibu heran, melihat anaknya yang paling
bandel mendadak begini, “Ada apa, Nas?”
“Ibu, ceritanya panjang.”
—
Kutatap siluet bangunan megah dengan latar
belakang matahari sore. Merah langit yang mencolek terhambat tanganku yang
menudungi mata. Kernyitan adalah ekspresi pertama sejak aku tiba di sana,
lelah. Kuputar ransel merah berisi Al-Quran dan himpunan Hadist ke depanku
kemudian membuka risletingnya, mengambil beberapa permen Blaster. Tepat pada
saat aku memasukkan permen pertama ke dalam mulutku, aku menjadi salah seorang
peserta asrama Pondok Pesantren di Karawang.
Di kejauhan, kulihat seekor kucing kecil
berjinjit menghampiri, seperti menyambut. Aku belum tahu, bahwa suatu hari nanti
di asrama, dialah yang akan memberikan pelajaran lebih banyak daripada
guru-guru di dunia padaku. Pelajaran tentang mencintai. Kuberi seribu poin—tidak,
bukan hanya seribu—seratus ribu poin, untuk Tommy.
———
Nama:
Khoirun Nisa
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Liburanku ke Pangandaran
Hai…
Namaku Moch.Rizky.Hadiansyah umurku 14 tahun dan Hobiku bermain Badminton Aku
bersekolah di SMPN 3 Bandung yang bertempat di Jl .Dewi sartika Bandung .Aku
akan bercerita tentang liburan ku ke Pangandaran .
1
Hari sebelum berangkat menuju Pantai Pangandaran Aku dan Orang tua ku sibuk
membereskan pakaian untuk persiapan nanti berangkat ke Pangandaran .Pada saat
aku membereskan pakaian Aku hanya membawa 5 Buah pakaian .Tidak usah
banyak-banyak karena Aku akan berada di sana hanya 1 Hari 2 Malam .Setelah
membereskan seluruh pakaian Aku beristirahat karena hari sudah mulai malam saat
nya untuk beristirahat agar besok tidak terlalu lelah saat pergi ke Pangandaran
.
Keesokan
Harinya Aku dibangunkan pukul 03.00 subuh untuk mandi ,berpakaian ,lalu sarapan
Pagi sesudah sarapan Pagi Aku pun sholat berjama’ah .Pada saat pukul 04.30 Pagi
keluargaku sudah siap ,kebetulan Bus rombongan pun sudah siap untuk di naiki
keluargaku pun masuk ke dalam Bus tersebut untuk mencari tempat duduk .
Sesudah
15 menit menunggu akhirnya Bus siap untuk berangkat Bus yang kami naiki cukup
bagus karena Bus yang kami naiki dari group pahala kencana dan cipaganti dengan
fasilitas WiFi dan Air suspension.
Tidak
terlalu lama setelah kami semua berangkat ,Bus kami pun masuk Gerbang Tol
Pasteur kami semua menikmati perjalanan dari pergi hingga sampai di tempat
tujuan Pantai Pangandaran dan kami menuju Hotel Laut Biru ,perjalanan kami dari
bandung sampai Pantai Pangandaran hanya memakan waktu 5 jam .Kami sampai di
tempat tujuan Pukul 11.30 siang .Setelah sampai Hotel kami pun membereskan
semua barang bawaan kami .
Lalu
kami semua makan siang di Hotel tersebut setelah pukul 13.00 kami semua bermain
di pantai selama 4 jam setelah pukul 17.00 kami semua kembali ke Hotel untuk
membersihkan badan .Pada pukul 18.00 kami semua melihat matahari terbenam sungguh
pemandangan yang sangat indah pada saat waktu menuju malam kami semua bermain
ke luar dari Hotel ,Sungguh tak terasa waktu disana sudah menunjukan pukul 20.00
kami semua kembali ke Hotel untuk makan malam ,waktu sudah menunjukan pukul
20.30 setelah semua nya beres Aku pun berganti pakaian memakai pakaian tidur .
Pada
saat keesokan Harinya Aku di bangunkan pukul 04.15 untuk melaksanakan sholat
subuh lalu Aku mandi ,waktu menunjukan pukul 05.00 keluargaku menyempatkan
untuk lari Pagi sambil melihat matahari terbit ,sesudah berolah raga kami
sekeluarga kembali ke Hotel untuk sarapan .Sesudah sarapan Aku dan temanku
bermaksud untuk menyewa sepeda untuk berkeliling .Setelah pukul 10.00 kami
kembali ke Hotel untuk beristirahat sebentar ,lalu temanku datang kekamarku
mengajakku bermain di Pantai Aku pun setuju dengan ajakannya itu setelah itu
Hari mulai sore dan Aku kembali ke Hotel untuk mandi dan membereskan pakaian
karena pada pukul 21.00 kami semua harus kembali pulang ke Bandung .
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Tahun
Baru Di Villa Angker
By : Melanica Nanda
Hai namaku Melanica. Aku akan
menceritakan sedikit pengalamanku. Awal pergantian tahun 2012 aku dan semua
teman pengajianku termasuk sahabat-sahabatku (indri,uci,iis,nidya,dan irma) memutuskan
untuk tahun baruan di villa Mang Toha
tepatnya di Cipageran/Cimahi.
Sebelum pergi kesana seperti biasa
pasti aku di bekali ini lah, itu lah oleh ibuku yang terlalu berlebihan.
Mmmb,,,wajar kali yah seorang ibu kan tidak mau anaknya sakit ataupun
kenapa-kenapa. Akhirnya kamipun menuju ke villa tersebut.Sesampainya disana pukul
7 pagi,kami semua secara bersamaan mengatakan “WAWWW !!! keren banget
villa ini’’ kami semua sangat kagum oleh bangunannya bisa di bilang sih
bangunan tersebut sangat unik,penuh dengan ukiran,taman yang luas,di kelilingi
ladang dan sawah para petani,tetapi sedikit kuno. Pada saat aku melangkahkan
kaki untuk ke dalam villa itu ,aku sempat bertemu dengan seorang petani yang
memikul padi sedang melewati villa ini,dia mengatakan padaku “Neng,hati-hati yah vila ini angker’’ (sambil berbisik kepadaku) aku tidak
mengerti apa yang dimaksud oleh petani itu. Pada saat aku melangkahkan kaki ke
dalam bangunan itu…”Srrreeettt……”
bulu kudukku langsung berdiri dan hawanya pun berbeda dari biasanya.
Disebelahku ada sahabat-sahabatku, yang berada didekatku hanyalah indri,akupun
langsung berbisik kepadanya “Ndri,,ada yang
aneh gak sih?” “aneh gimana mel? Itu perasaanmu saja mungkin” “iya sih mungkin ini perasaanku saja (dalam
hati akupun bicara)” dan aku teringat apa yang dikatakan petani tadi
padaku. Apa jangan-jangan…. “heyy,,jangan
melamun!” indri membuyarkan pikiranku,ayo kita ke lantai atas untuk menaruh
barang-barang kita di kamar, di atas kami melihat banyak ukiran,lukisan,dan
juga sebuah patung berbentuk kuda.Kamipun masuk ke dalam kamar,terlihat di
depan kamar ada kamar mandi dan ada kamar yang ditutup dengan jendela yang
penuh dengan debu,sepertinya itu gudang.Saat aku melihat kamar mandi aku rasa
aku ingin buang air kecil yang sudah kutahan dari tadi perjalanan ‘’cuuurrr….” Hmm lega,,ko agak remang
yah? waktu aku melihat ke atas memang lampunya berwarna kuning,hmm pantas saja
dan terhentak akupun merasa merinding lagi,segeralah aku cepat-cepat keluar dan
masuk lagi ke kamar,terlihat sahabat-sahabatku sedang asyiknya bernyanyi dan
bergembira bersama di alunkan dengan sebuah gitar. Panitia pun menghampiri kita
“Ssssuuttt jangan berisik dan jangan
terlalu centil nanti pemiliknya marah” iis dengan polosnya mengatakan “pemilik apa? masa pemiliknya marah sih? Kan
kita udah sewa tempat ini, ya terserah dong mau di apain juga” “Huussh jangan
ngomong gitu” sahut nidya “mendingan
kalian semua banyak-banyak membaca do’a dan al-qur’an. Aku mengerti apa yang dikatakan panitia
tadi,yah berarti benar vila ini memang ada penunggunya,aku semakin merinding
dan takut sempat terlintas di pikiranku untuk pulang tetapi,malam puncaknya
juga belum sampai masa harus pulang? keinginanku akhirnya kutunda. Acara yang
ditunggu-tunggu dan malam pergantian tahun akan segera berlangsung di taman
belakang villa ,ada yang bakar-bakar jagung,baso, dan juga ada yang mempersiapkan
petasan,akhirnya malam puncak pun datang dalam hitungan detik,kami semua bersorak-sorai
senang, terlintas di penglihatanku sepertinya ada nenek-nenek yang melihat kami
di balik pohon *dalam hati akupun bicara ,ahhh
apa aku salah liat? rasa penasaranku muncul tiba-tiba akupun mendekati pohon
itu dan ternyata…tidak ada siapa-siapa, hmm mungkin aku terlalu berimaginasi
saja. Acara demi acara telah usai kami semua kembali ke halaman depan,aku dan
sahabat-sahabatku berjalan bersama-sama,salah satu dari kami yaitu Irma
terlihat sangat shok berat dan berkata gugup ‘’ituu,,ituu,,itu apa yang
di atas genteng?” “emangnya ada apa
ir? gak ada apa-apa ko disana’’sahut
uci “ada ci ,ada” “ada apa?’’ “nenek-nenek berbaju putih sedang mengelilingi atap villa itu dengan
tertawa puas” kami semua sangat ketakutan. Memang salah satu dari kami ada
yang bisa melihat makhluk halus. Aku rasa apa yang dikatakan petani itu memang
benar villa ini benar-benar angker. Keesokan harinya kami semua bergegas pulang
meninggalkan villa itu.
~TAMAT~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Karya : Mirsalya
Diana
Kelas IX-7
Kelas IX-7
Setelah melewati
Ulangan Kenaikan Kelas tahun lalu, liburan panjang pun tiba. Saudaraku
mengajakku dan keluargaku untuk berlibur ke Bali. Horeeee…. Aku sangat senang.
Kami menyewa bis untuk berangkat ke Bali.
Perjalanan kesana, kami lalui selama satu hari satu malam..
Saat sudah sampai, kami sangat lelah
dan langsung istirahat di hotel. Salah satu sepupuku bicara, “Aku takut banget
sama sesajen di Bali,kayak dukun aja ya..hahahaha”,cetus kak Azrin.
“Heh, jangan ngomong sembarangan zrin. Nanti mimpi yang aneh-aneh loh.hihihih”,kata kak Rinda.
“Kira-kira mimpi apa yaaaa,pocong kali ya”,celetukku.
“Husshh, kalian sembarangan banget sih. Udah mendingan sekarang kita mandi aja ya trus bobo dehh”,kata Kak Rinda.
“Iya, tapi mandinya gantian ya. Aku dulu ahhhh,yang paling kecil tuh duluan.”,kataku.
“Ga bisa!!! Harus suit dulu ayo!”,kata Kak Azrin.
“Huhh dasarrr,baiklah.” ,kataku dan Kak Rinda
Kami menginap di hotel Diana. Panasnya di Bali seperti membakar diriku. Malam pun tetap saja udara terasa panas. Untung saja di kamar hotel ada AC. Aku sekamar dengan 2 sepupuku yang bernama Azrin dan Rinda. Umur kami hanya beda sedikit, Aku yg 14 tahun,Azrin 15tahun, dan Rinda 19tahun. Kami pun tidur sangat nyenyak.
“Heh, jangan ngomong sembarangan zrin. Nanti mimpi yang aneh-aneh loh.hihihih”,kata kak Rinda.
“Kira-kira mimpi apa yaaaa,pocong kali ya”,celetukku.
“Husshh, kalian sembarangan banget sih. Udah mendingan sekarang kita mandi aja ya trus bobo dehh”,kata Kak Rinda.
“Iya, tapi mandinya gantian ya. Aku dulu ahhhh,yang paling kecil tuh duluan.”,kataku.
“Ga bisa!!! Harus suit dulu ayo!”,kata Kak Azrin.
“Huhh dasarrr,baiklah.” ,kataku dan Kak Rinda
Kami menginap di hotel Diana. Panasnya di Bali seperti membakar diriku. Malam pun tetap saja udara terasa panas. Untung saja di kamar hotel ada AC. Aku sekamar dengan 2 sepupuku yang bernama Azrin dan Rinda. Umur kami hanya beda sedikit, Aku yg 14 tahun,Azrin 15tahun, dan Rinda 19tahun. Kami pun tidur sangat nyenyak.
Di Bali terdapat banyak sekali
sesajen yang ditaruh di setiap pintu rumah. Bahkan, di sudut tangga pun ada.
Itu karena masyarakat Bali masih banyak sekali yang menganut agama Hindu.
Papah bicara pada kami, “Awas, lihat ke bawah kalau berjalan, soalnya banyak sesajen. Jangan sampe keinjak ya!”
Memang sudah tradisi Bali kalau kita sebagai pengunjung di Bali, tidak boleh menginjak sesajen, dan juga tidak boleh bertindak sembarangan serta harus menjaga setiap perkataan. Jika kita mengganggu sesajen itu, kita akan diganggu juga oleh roh tersebut.. Uwwww…..serem ya! I was very scared!
Papah bicara pada kami, “Awas, lihat ke bawah kalau berjalan, soalnya banyak sesajen. Jangan sampe keinjak ya!”
Memang sudah tradisi Bali kalau kita sebagai pengunjung di Bali, tidak boleh menginjak sesajen, dan juga tidak boleh bertindak sembarangan serta harus menjaga setiap perkataan. Jika kita mengganggu sesajen itu, kita akan diganggu juga oleh roh tersebut.. Uwwww…..serem ya! I was very scared!
Keesokan harinya,
kami sudah bangun pagi-pagi buta. Kami pun bergantian untuk mandi.
Tiba-tiba ada suara. Tok….tok….tok…, ”Hey anak-anak cepat mandi lalu kita sarapan. Ingat ya jam 8 kita sudah harus pergi!”,seru Mamah.
“Iya, mah”,sautku.
Tiba-tiba ada suara. Tok….tok….tok…, ”Hey anak-anak cepat mandi lalu kita sarapan. Ingat ya jam 8 kita sudah harus pergi!”,seru Mamah.
“Iya, mah”,sautku.
Setelah sarapan, kami pun pergi ke suatu tempat. Disana ada pertunjukkan drama dan tarian dari Bali, yaitu drama Barong dan tarian kecak.
Penari dari tarian kecak itu laki-laki semua dan berjumlah 50 orang. Tari Kecak merupakan upacara pemujaan kepada dewa-dewa. Karena masyarakat di Bali masih banyak yang menganut agama Hindu.
Setelah menyaksikan pertunjukkan tari kecak, dilanjutkan dengan pertunjukkan drama yang mengisahkan tentang perjuangan Barong yang melawan Rangda beserta pasukan Leaknya. Rangda adalah roh jahat yang mengganggu ketentraman masyrakat Bali. Rangda merupakan ratu dari pasukan Leak. Barong pun berusaha melindungi masyarakat Bali dan berjuang melawan Rangda beserta pasukannya. Akhirnya, Barong berhasil mengalahkan Rangda beserta pasukannya. Kisah itu adalah kepercayaan masyarakat Bali pada zaman dahulu. Aku senang sekali bisa melihat kesenian tradisional khas Bali. That was good traditional culture from Bali. It was amazing!
Setelah menonton kesenian
tradisional Bali, kami pergi makan siang. Lalu, kami berkunjung ke Pantai
Sanur. Pemandangan di Pantai Sanur sangat indah sekali. Disana kami bermain
pasir dan berfoto-foto. Aku juga bertemu degan banyak turis asing. Mereka
sangat ramah sekali, seperti peribahasa “ada gula,ada semut”, dimana ada
kesenangan, disitu banyak orang berkumpul. Kami pun kembali ke hotel.
Pada hari kedua di Bali, kami pergi
ke Tanjung Benua. Disana kami berenang , dan bermain banyak permainan, antara
lain banana boat, speed boat, dan perahu bebek. Banana boat dan speed boat
membuatku tegang sekali. Aku dan keempat sepupuku naik banana boat dan juga dua
orang pengawas banana boat, banana boat itu perahu tapi berbentuk pisang. Kami
mengelilingi pantai Tanjung Benua,banana boat itu dikendarai dengan sangat
cepat sampai kami hampir jatuh, dan saat di tengah, kami dijatuhkan ke laut
oleh pengawas banana boat itu. Lalu, dinaikkan lagi ke perahu. Itu sangat
menegangkan. Lalu, kami naik speed
boat,yaitu perahu biasa tetapi dengan kecepatan yang tinggi. Itu seram sekali,
perahunya sampai miring-miring dan sperti ingin jatuh. Itu memang disengaja,
tetapi tetap saja seraaammmm……
Dan kamipun naik perahu bebek. Perahu bebek dikendarai kita sendiri. Aku hanya bermain berdua dengan sepupuku,Azrin. Keluargaku yang lainnya naik perahu bebek yang lainnya. Karena perahu bebek hanya bisa untuk dua atau tiga orang. Itu sangat seru sekali. Kami pun berfoto-foto.
Dan kamipun naik perahu bebek. Perahu bebek dikendarai kita sendiri. Aku hanya bermain berdua dengan sepupuku,Azrin. Keluargaku yang lainnya naik perahu bebek yang lainnya. Karena perahu bebek hanya bisa untuk dua atau tiga orang. Itu sangat seru sekali. Kami pun berfoto-foto.
Setelah
bermain, kami pergi ke Pulau Penyu menggunakan perahu. Banyak sekali penyu
disana. Penyunya indah sekali. Tetapi, disana aroma penyunya sangat tidak
mengenakkan. Kami pun kembali lagi ke Tanjung Benua, kami bersiap-siap pergi ke
Pantai Kuta.
Di
Pantai Kuta, kami pun berenang lagi dan bermain pasir. Keindahan Pantai Kuta
sangat indah, seperti terdengar suara nyanyian ombak laut di pantai. Kami pun
kembali ke hotel dan beristirahat untuk keesokan harinya.
Pada hari ketiga di Bali, kami mengunjungi GWK. Tapi, selama perjalanan menuju kesana, aku malah ketiduran di bis.
Saat sampai GWK, Azrin membanguniku, “Hoiii,bangun mirsaaa..!! Udah sampe nih..”
Walaupun sedikit mengantuk, aku pun hendak turun dari bis. Tiba-tiba aku terjatuh dari bis dan masuk ke selokan yang sangat kotor,bau,dan dalam. Itu sangat menjijikkan. Tanganku sampai berdarah, untung aku tidak menangis.
Mamah pun berkata “Aduh, kok bisa jatuh sih,yaudah cepet ayo ganti baju terus baru kita masuk ke GWK.”
Aku hanya mengangguk dan mengikuti mamah menuju kamar mandi untuk mengganti pakaianku yang sangat bau dan kotor.
Di GWK ada dua patung raksasa, yaitu seorang dewa beserta burung rajawali kepunyaannya dahulu. Aku lupa berapa ketinggian patung itu. Tapi itu sangat besar sekali. Kami berfoto-foto dengan patung-patung di Bali. Lalu, kami mengunjungi Tanah Lot. Itu adalah sebuah laut yang sangat dalam. Tanah Lot indah sekali. Disana ombaknya besar sekali seolah-olah ingin menerkam. Air lautnya juga masih sangat jernih. We saw very beautiful view in the evening over there! It’s amazing, I love it. I will never forget this. Disana kami tidak boleh berenang karena kedalaman dan ombak lautnya yang sangat berbahaya. Kami pulang kembali ke hotel.
Pada
hari keempat, adalah hari terakhir kami berlibur di Bali. Kami mengunjungi
suatu tempat yang menjual berbagai perak yang bagus-bagus. Kami hanya melihat
saja, tetapi hanya mamahku saja yang membeli. Kami mengunjungi sebuah
supermarket besar dan pasar Sukawati untuk membeli buah tangan. Pasar Sukawati
adalah pasar yang terkenal di Bali. Disana menjual berbagai macam
kerajinan,pakaian,dan makanan khas Bali. Aku membeli banyak baju,celana,dompet,sandal,tas
dan lukisan dari Bali. Kami pun pergi ke supermarket besar. Kami membeli
makanan-makanan khas Bali. Ada kacang asin khas Bali,dan lain-lainnya.
Akhirnya,
kami pun pulang ke Bandung. Kami melewati Yogyakarta. Awalnya sih ada rencana
untuk mengunjungi candi Borobudur, candi Prambanan dan malamnya ke Malioboro.
Tetapi keluargaku mengatakan “Sudahlah, langsung pulang saja ,kami sudah
capai”. Itu yang mereka katakan. Uhh, aku sangat kesal. Jadinya saat melewati
Yogyakarta, kami hanya membeli bakpia,wingko,dan berbagai makanan lainnya saja.
Kami
pun sampai di Bandung, kami lelah tetapi sangat bahagia dapat berlibur ke Bali.
Aku tidak akan pernah melupakan kenangan di Bali. That was happy experience for
us. I wish next time, I could visit Bali anymore. I love you,Bali….!!!!
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Pergi ke Yogyakarta
Teman-teman bersorak gembira karena besok akan
pergi ke Yogyakarta. Inilah saat yang kutunggu-tunggu. Sepertinya ramai, seru
dan dapat menambah pengalaman pergi bersama teman-teman, pikirku. ”Nadya kamu
sekamar sama siapa? Sama kita aja yuk!”, Aenun,Yustika, Mayang sahabatku
berkata kepadaku. “Hmmm,oke deh aku sekamar sama kalian”, jawabku. Semua sibuk
mencari teman sekamarnya. Pulang sekolah, kami berkumpul di GOR untuk diberi
penjelasan tentang apa yang harus dibawa besok.
“Cape juga Nad, membawa tas sebanyak ini”, keluh
Aenun. “Iyalah Nun, kita kan mau pergi ke Yogyakarta bukan ke Cibaduyut”,
jawabku. Aenun pun tertawa. Di Tegalega, kami menunggu bis yang akan membawa
kami ke Yogyakarta. Akhirnya bis itu pun tiba. Ketika aku memasuki bis itu,
ternyata sangat nyaman, udaranya dingin tidak seperti udara di luar yang sangat
panas.
Di perjalanan, kami bersenang-senang. Ada yang
menonton film, ada yang bermain kartu, ada yang bernyanyi, ada juga yang
bermain teka-teki. Perjalanan menuju Yogyakarta ditempuh selama kurang lebih 10
jam.
Tak terasa sudah jam 4 subuh. Kami berhenti sejenak
di tempat peristirahatan untuk mandi, sarapan dan sholat subuh. “Semua siswa
SMPN 3 kembali menuju bis, karena kita akan melanjutkan perjalanan ke Candi
Borobudur!”, suara pemandu mengagetkanku.
Sesampai di Candi Borobudur, kami dibagi tiket
masuk. Perjalanan dari pintu masuk ke Candi Borobudur sangat jauh dan udaranya
sangat panas. Tapi itu semua tak terasa begitu melihat Candi Borobudur yang
sangat indah. Dilihat dari kejauhan, Candi Borobudur begitu megah. Candinya
sangat besar dan luas. Patung-patung dan relief yang ada di candi sangat banyak.
Karena itulah Candi Borobudur menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Perjalanan dilanjutkan menuju Candi Prambanan.
Candi Prambanan, bangunannya lebih tinggi daripada Candi Borobudur. Relief dan
patung-patungnya juga sangat indah,
menceritakan kisah Ramayana. Inilah yang membuat banyak turis datang ke
sini.
“Akhirnya bisa melihat kasur kembali!”, seru
Yustika sambil mengunci pintu kamar hotel. “Kita istirahat dulu sebentar,
setelah itu kita mandi karena kita akan berjalan-jalan ke Malioboro”,kataku.
Semuanya bersorak gembira. Suasana jadi seru ketika teman-temanku saling
berebut bantal.
Malioboro tak seperti yang kubayangkan. Di sana
ramai sekali. Banyak pedagang kakilima yang berjualan.
Barang-barang khas Yokyakarta ada disana. Aku pun
tertarik untuk membelinya, sebagai oleh-oleh untuk keluargaku di rumah.
Hari ini adalah hari terakhir aku bersama teman-temanku
berada di Yogyakarta. Matahari sudah terbit, saatnya kami bangun dan mandi di
pagi yang cerah ini. Kami saling berebut untuk mandi, membuat suasana pagi menjadi
ramai. “Aaaaaaaaaaaa”, Aenun berteriak. “Ada apa nun?”, Mayang bertanya dengan
wajah yang panik. “Ko airnya yang keluar hanya air panas, sedangkan air dingin
tidak keluar”, jawab Aenun. Ketika Aenun keluar dari kamar mandi, asap yang ada
di kamar mandi pun ikut keluar, dan kami semua tertawa karena melihat Aenun
dengan wajah yang polos.
Tepat jam 8, kami meninggalkan hotel dan melanjutkan
perjalanan ke Keraton Yogyakarta dan Bakpia Djava. Tak terasa, tiba saatnya
untuk pulang kembali ke Bandung. Ini adalah pengalaman yang tak
terlupakan. Semoga suatu saat nanti, kita
bisa pergi bersama-sama lagi.
Oleh : NADYA SYIFA ARISANTI IX-7
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kejuaraan Karate Pertamaku
Namaku Roby Jaelani atau panggil
saja aku oby, Tahun 2008 ketika umurku 9 tahun tepatnya aku masih kelas tiga
SD. Saat itu, Aku memiliki banyak teman, Diantara mereka ada salah satu temanku
yang sudah aku anggap lebih dari teman atau bisa disebut sahabat. Sebut saja
dia Dit, Walaupun nama aslinya Aditya, Aku dan Dit sangat dekat sekali, Mungkin
karena kami duduk di meja yang sama, Jadi terasa selalu dekat. Ditahun ini kami
berdua berniat untuk masuk kedalam ekskul olahraga. Saat itu kami berdua
bingung akan masuk ekskul apa?,karena banyak sekali pilihannya. Lalu temanku
Rifqi menawarkan kepada kami untuk masuk ekskul volly, karena team volly putra
kekurangan pemain. “eh rob gimana kalo kamu dan temanmu adit masuk ekskul
volly?” katanya. “Maaf Setelahku
pikir-pikir aku kurang berminat untuk masuk ekskul itu” Kataku. Lalu Rifqi
menjawab “Mengapa rob?” Mungkin aku
merasa kurang tinggi, Dan juga aku lebih tertarik dengan ekskul karate, Karena
memang itu keinginanku sewaktu kecil. Akhirnya kami berdua memutuskan untuk
masuk ekskul karate. Sepulang sekolah, Aku langsung pulang dan meminta izin
kepada orangtuaku, dan ternyata mereka sangat mendukung untuk masuk kedalam
ekstra kulikuler ini dan segera mendaftarkanku.
Dihari latihan pertamaku , jujur aku
merasa sangat tegang. Wajar saja karena ini adalah hari pertamaku latihan, dan
mungkin ada faktor lain yang menyebabkanku tegang, yaitu wajah pelatih yang
seram dan postur tubuh yang besar yang dapat menyebabkan murid menjadi down.
Tetapi hal itu tidak membuat kami untuk undur diri atau menyerah. Dihari itu
kami semua berlatih besik dasar terlebih dahulu, seperti kuda-kuda, cara
memukul yang baik, dan cara bertahan yang benar, latihan itu kami lakukan
setiap pertemuan selama 2 minggu. Beberapa bulan kemudian kami dianjurkan untuk
membeli beberapa peralatan untuk bertanding seperti hand protect, dan gum
shield (pelindung gigi). Karena kami di persiapkan untuk
bertanding di kejuaraan unpas cup ke 4 yang di selenggarakan di universitas
pasundan. kejuaraan ini diselenggarakan tanggal 10 juli 2008 secara terbuka
yang diikuti oleh pelajar se-Kota bandung . kami sangat bersemangat untuk
mengikuti kejurda itu, dan kami semakin giat berlatih, Kami berlatih
menggunakan peralatan yang tadi agar terbiasa pada saat nanti bertanding.
Pertandingan tinggal 2 minggu lagi
dari hari itu. Tapi kami siap untuk bertanding, aku segera mengabarkan informasi
itu kepada ayahku ,dan meminta persetujuan untuk mengikuti pertandingan itu.
Ayahku sangat setuju dan segera mendaftarkanku untuk mengikutinya. Menjelang
pertandingan kami disiapkan dengan porsi latihan yang lebih keras dari
sebelumnya. Kami berlatih fisik, dan berlatih uji coba dengan teman-teman. Di
H-2 aku mempersiapkan segalanya di hari itu , seperti kelengkapan sabuk,
pelindung tangan dan pelindung gigi. tidak terasa hari itupun tiba, hari
pertandinganku.
Dihari itu aku bangun pagi dan tidak lupa
beribadah solat subuh. Dan tidak lupa untuk serapan pagi, karena itu sangat
penting untuk tubuh kita. Setelah semua selesai aku pergi menuju sekolah ,
karena di sana kami akan pergi bersama – sama . aku pergi ke lokasi pertandingan
bersama ayah dan rombongan tentunya. Diperjalanan aku merasa sangat tegang, aku
tidak tahu kenapa, mungkin karena ini pertandingan pertamaku. Setiba disana
ternyata benar ada banyak peserta yang mengikuti kejuaraan ini, mentalku
langsung down sampai-sampai aku tidak mau makan. lalu kami masuk gor untuk
mengikuti upacara pembukaan terlebihdahulu. Dipembukaan ini ada sedikit perfom
dari kaka-kaka panitia. Sesudah pembukaan kami dihimbau agar segera menyiapkan
diri untuk segera bertanding. Tapi sebelum bertanding kami segera didaftarkan
ke panitia untuk menentukan masuk kelas dan kategori apa. Setelah melakukan
pendaftaran ternyata aku masuk kedalam kategori komite usia dini berat 25 kg .
dan aku segera pemanasan karena aku bertanding ke tiga dari group 1.
Diperkirakan oleh official, aku bermain pukul 10:00 .
Hatiku semakin tak tenang,
karena sebentar lagi aku akan bertanding. Dan saatnya telah tiba, aku
bertanding. Awalnya memang merasa kaku dan takut untuk bertanding, karena
lawanku lebih besar dari diriku. Tetapi jelang waktu 1 menit aku mulai terbiasa
dengan suasana pertandingan dan aku mulai bisa untuk merebut poin dari lawanku
melalui pukulan kanan. 1-0 aku memimpin, banyak orang yang mendukung sehingga
aku semakin bersemangat, tapi lawanku tidak diam saja, dia melakukan
serangan-serangan menggunakan kaki, mungkin karena menurut dia aku lebih kecil,
sehingga mudah di jangkau, dan ternyata benar aku terkena tendangannya, skorku menjadi 1-2
karena tendangan itu memiliki 2 point, tetapi aku tidak patah semangat dan
mencoba menyerang dengan tendangan juga, sudah berulang kali aku mencoba tetapi
tidak pernah berhasil tapi aku terus mencoba, dan... yes masuk. Pointku menjadi
3-2 waktu tinggal 1 menit lagi, tetapi sayang, di waktu 15 detik menuju bendera
di angkat aku ditendang dengan kakinya dan mengenai rusukku dan aku terjatuh,
waktupun selesai, aku kalah dengan sekor 3-4. disaat itu aku berfikir, semua
yangku lakukan saat berlatih sudah kulakukan pada saat itu, tetapi aku tidak
bisa menang dan kurasa semua itu sia-sia. Lalu ayahku menghampiriku dan berkata
“tidak apa-apa, jangan patah semangat, dan teruslah berlatih kalau kamu ingin
juara”.
Dari
kata-kata itu , aku menurutinya aku terus berlatih, ternyata semua itu benar,
aku menjuarai unpas cup ke-5 bulan desember tahun 2008. Dan itu adalah piala
pertamaku diajang kejuaraan karate.
Oleh : Roby Jaelani
Kelas : ix-7 (9.7)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Oleh : SeniErliani
Perpisahan Kelas 8-1
23 Juni sesudah pembagian rapot kenaikan kelas walikelas 81 Ibu Sri Handayana dan komite 81 Ibu Suzy mengadakan acara perpisahan kelas. Aku dan teman-teman yang
lainnya sepakat memilih ke Villa Boscha Pangalengan , akhirnya walikelas, komite, dan orang tua menyetujui dan mengijinkan berkarya wisata ke Pagalengan.
Lalu aku bersiap-siap meyiapkan peralatan
yang harus aku bawa untuk besok.
“Huu akhirnya selesai juga.”kataku kecapean memebereskan peralatan
yang harus aku bawa.
Senin pagi aku bangun lebih awal pukul 04.00 pagi aku langsung membereskan tempat tidurdan setelah itu aku mandi .Pada pukul 05.30 pagi aku langsung pergi ke tempat berkumpulnya semua teman-teman
81 yaitu di lapangan Lanud Sulaiman. Sesudah sampai ternyata kepagian.
“uhhh kepagian.”keluhku.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya temanku yang bernama Wigianty datang, semua teman
pun sudah berkumpul ayahku berpesan.
“Jaga kesehatan dan disana jangan nakal.” kata ayahku.
“iya pasti yah.” kataku.
Sesudah itu pun aku dan yang lainnya dibagi bus yang akan kita tumpangi,tetapi merasa aneh danterasa ada
yang lupa, ternyata sahabatku Sahira belum datang.”Pantesan dari tadi nggak kelihatan.” kataku.
Setelah beberapa lama akhirnya Sahira pun datang.
Aku langsung menarik tanggannya.”Ayo sini duduk sama aku aja ya, maukan?” kataku.
“Ya ayo aku mau.”kata Sahira.
Lalu kami
duduk ditempat yang
disediakan,setelah pukul
07.00 pagi kami pun berangkat ketempat yang akan kita tuju yaitu ke Pangalengan. Dalam perjalanan Aku dan teman yang lainnya mengisi waktu didalam bus dengan bernyanyi, bercanda, dan mengemil. Saat ingin membagi makanan tiba-tiba Sahira mengambilnya.
“Yeee coklat, aku suka makasih ya kamu baik
deh.”kata Sahira.
“Yee enak aja, gak semuanya ih bagi-bagi, emang baik kan aku.“ kata aku sambil tersenyum.
“Huu senyum-senyum.”kata Sahira sambil menyubit.
“Aw sakit emang bener kan aku baik huu.”kata aku sambil menyubit balik.
“Aw
iya-iyadeh kamu baik.”kataSahira yang kesakitan dicubit sama Aku.
Setelah sampai di Pangalengan semua siswa pun bersorak gembira.
“Yeee akhirnya sampe juga.”kataku .
Aku dan teman-temanku langsung beristirahat.Setelah beristirahat walikelas dan orang tua mengadakan lomba yaitu, futsal, bola air ,dan yang lainnya. Waktu giliran futsal cewek kelompok aku kalah.
“Enggak kenapa-kenapa ya kalah juga
yang penting ramekan?”kataku
“Iyalah enggak kenapa-kenapa kan cuman permainan.”kata temanku.
Setelah permainan selesai dan sesudah makan Aku dan yang lainnya berlanjut ke tujuan ke 2 yaitu Villa Boscha Pangalengan.Akhirnya pun sampai di
Villa disana suasananya bagus walaupun sore hari suasananya dingin seperti pagi hari .
“Huuu akhirnyaa sampe juga, dingin banget.”kataku kedinginan.
Aku pun
masuk saat masuk semua pun berebutan kamar. Sesudah pembagian kamar, Aku langsung makan dan mandi. Setelah itu kami pun disuruh keluar karena ada perloban lain. Perlombaan pun selesai, kelompok Aku menang dan bersorak-sorak.
“lalayeyelalayeye.”bersorak-sorak.
Pada malam hari Aku dan teman yang lainnya membakar sosis bakar , sambil menunggu sosis bakar matang . Aku dan Sahira melihat pemandangan malam hari ternyata melihat kesekeliling gelap tidak ada cahaya sedikit pun kecuali Villa yang Aku tempati. Saat melihat ke langit banyak bintang-bintang dan bulan menyinari bumi.
“bagus banget yaa langitnya jarang-jarangloh diBandung liat yang kayak gini ya kan?” tanyaku
“Iya bener bagus banget Aku suka.”kata Sahira.
Setelah melihat-lihat ternyata sosis bakarku yang sudah ditunggu-tunggu sudah matang.
Setelah sosis bakar kami pun harus segera masuk Villa karena diluar udaranya semakin dingin. Didalam acara semakin rame semua temanku bergabung diruang tengah. Saat pementasan drama yang dilakukan oleh temanku M.Ilham yang
akrab disapa sogir, Raju,
dan yang lainnya, saat mereka berperan semua penonton termasuk aku tertawa saat mereka berperan sebagai guru yang
pernah mengajar dikelas 81. Setelah itu ada acara pembagian hadiah, hadiahnya bermacam-macam dan menarik. Acara pun akhirnya selesai semua siswapun harus segara tidur karena besok pagi akan melanjutkan perjalanan.
Pagi hari pukul 05.00 pagi Aku langsung membersihkan badan setelah itu shalat shubuh berjamaah,dan sarapan pagi.
Semua murid harus segera kehalaman depan karena akan ada senam pagi
.
“Uhuuu dingin banget enggak kuat.”sahutku kedinginan
“Ya ampun dingin ginilah .”sahut temanku.
Acara pun
dimulai Aku dan yang lainnya mengikuti senam pagi yang dipimpin oleh orang tua Aditya. Setelah beberapa menit senam pun selesai dan kami pun berkunjung ke Rumah Hitam.
Dan setelah ke Rumah Hitam
kami Hiking ke Gunung Nini
yang jaraknya kurang lebih 3km.Dalam perjalanan ke Gunung Nini aku dan temanku semangat dan harus sampai ke tower yang ada
diatas gunung .
Akhirnya kami sampai didepan tower semua pun kecapean dan langsung beristirahat sambil melihat pemandangan
yang bagus. Aku dan
yang lainnya setelah beristirahat melanjutkan perjalanan ke Makam Bapak Boscha dalam perjalanan ke makam Bapak Boscha meliat banyak perkebunan teh yang luas dan subur.
Akhirnya kami sampai dimakam Bapak Boscha dan setalah bertanya-tanya Aku dan yang lainnya kembali ke Villa,dan setelah sampai diVilla aku langsung makan siang dan membersihkan badan karena akan kembali ke Bandung.
“Yee
pulang.”kataku karena aku kangen kepada orang tuaku.
Setelah bersiap-siap aku pun langsung meninggalkan Pangalengan dan melanjutkan
perjalanan menuju Bandung.Akirnya aku sampai di Bandung dengan selamat dan liburanpun
berakhir dengan menyenangkan.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Pulang Sekolah
Karya : Shala sabila M.S (9.7)
Waktu itu adalah hari Rabu. Pada hari itu badanku
agak sedikit kurang baik. Namun, pelajaran demi pelajaran dapat kulalui
seperti belajar pada saat biasa. Bahkan saking fokusnya, pikiranku hanya tertuju pada pelajaran, rasa sakit di badanku
sampai tidak terasa.
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Keinginan
untuk langsung pulang ke rumah tidak terlaksana,
dikarenakan aku harus mengerjakan tugas kelompok dulu di rumah temanku. Dengan
cepat aku langsung memanggil sahabatku Hanifa untuk mengajaknya mengerjakan
tugas kelompok itu yang dilengkapi dengan isyarat tanganku.
Tapi, yang anehnya tanganku tidak
mengarah ke Hanifa melainkan ke arah sebaliknya,
mungkin itu dikarenakan keadaan fisikku yang kurang baik. Pada keadaan itu kami berdua pun tertawa kecil.
Saat anggota kelompokku sudah
berkumpul, aku langsung menanyakan satu persatu temanku. Tapi, karena banyak
anggota lainnya yang tidak bisa ikut kami memutuskan untuk membatalkannya.
Setelah itu aku lupa dengan
keadaan tubuhku dan keinginanku untuk langsung pulang. Aku malahan mengobrol
sejenak dengan Hanifa, saat kami sedang asyik mengobrol, teman Hanifa dari arah lantai satu memanggilnya untuk meminta tolong melihatkan temannya yang kebetulan sekelas dengan
kami. Setelah Hanifa mengecek temannya, ia langsung kembali ke sampingku dan
berteriak lagi ke teman yang meminta tolong padanya.
Setelah itu kami melanjutkan
pembicaraan. Entah mengapa mulutku tiba – tiba berkata “Itu ke
kelas lagi.” yang sebenarnya kalimat itu tidak nyambung dengan topik
pembicaraan kami. Di situ kami terdiam sejenak. Lalu Hanifa mengajakku ke kelas dengan diliputi rasa bingung dalam benaknya.
“Ini Shal, ini kelas kita, kenapa dengan kelas kita?” ucapnya yang
disusul dengan jawabanku “hehehe, iya Han. Sudah ah. Ayo kita
pulang saja!”
Keluar dari gerbang sekolah aku
merasa haus, aku pun langsung membeli satu jus strawberry.
Setelah itu seperti biasa, aku
pulang naik bis damri dan turun di Cicadas rumah bibiku. Biasanya aku pulang
ditemani temanku dan adik kelas juga. Tapi sepertinya temanku sudah pulang
lebih dulu dan adik kelas sedang ekskul wajib yaitu pramuka.
Saat sampai di halte, aku harus
menunggu dulu beberapa menit karena bis yang kunaiki belum
datang.
Bis yang kutunggu pun datang.
Karena, aku turun di Cicadas aku bisa naik bis jurusan manapun. Baik jurusan Kebon
kalapa – Cibiru maupun Leuwipanjang – Cicaheum. Saat sudah di dalam bis, rasa
sakit di badanku terasa kembali bahkan, kali ini aku sangat pusing. Aku mencoba
mengistirahatkan mataku sebentar supaya mudah – mudahan saat aku bangun rasa
sakit di badanku ini hilang.
Saat aku bangun dari tidurku aku
langsung melihat jalan. Aku tidak mengenal jalan yang bis ini lewati dan aku
berpikir mungkin karena aku baru bangun jadi aku masih belum ingat. Tapi, saat
beberapa menit kemudian aku sudah pasti dengan pikiranku ini. Aku benar – benar
tidak mengenali jalan ini, dan akhirnya aku tau posisiku di mana dengan melihat
papan supermarket yang di bagian bawahnya tertulis “Jl. Ahmad Yani no 1052” .
Deg! Perasaan kaget datang saat
aku beres membaca alamat itu. Mengetahui hal itu, aku langsung turun dari bis
dan berusaha tidak terlihat panik. Tetap saja, walaupun aku berusaha untuk
tidak panik perasaan dalam hatiku berkecamuk.
Aku turun tepat di depan rumah
sakit Hermina.Terpaksa aku tidak naik angkot yang sebenarnya aku tahu bahwa
angkot itu melewati daerah Cicadas nantinya. Karena, aku tidak mengenal jelas jalur
yang akan dilewati angkot tersebut.
Aku berjalan, berjalan dan terus
berjalan. Hingga akhirnya aku sampai di terminal Cicaheum. Sudah sampai situ,
baru aku naik angkot. Karena aku sudah mengenal pasti jalur yang dilewati
angkot yang aku naiki.
Akhirnya aku sampai di rumah
dengan selamat. Sesampainya di rumah... brug! aku menjatuhkan badanku di tempat
tidurku saking lelahnya berjalan. Kejadian ini sangat membuatku takut untuk
tidur di bis dalam keadaan apa pun. Karena, aku tidak mau hal ini terulang
kembali.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Awal Terbentuknya Band “Versa”
Dulu saat saya pertamakali masuk ke kelas
81, saya merasa tidak nyaman. Karena saya pikir teman-temannya menyebalkan.
Tetapi setelah beberapa lama di kelas 81 ini, pikiran saya tentang teman-teman
yang “menyebalkan” itu mulai hilang karena ternyata mereka sangat baik dan
menyenangkan. Kebetulan beberapa teman saya mempunyai hobi yang sama yaitu
bermain musik . Saya dan Yoga cukup mahir bermain gitar, Adit sedang belajar
bermain drum, sedangkan Viali belajar bermain bass. Dan tentu saja Raju yang
mempunyai suara emas . Mereka semua
adalah sahabat saya ,ditambah Arief yang selalu menceriakan suasana.
Lalu sejak saat itu kami memutuskan untuk
membangun sebuah band ,lalu kami memikirkan nama untuk band kami ini. Setelah
lama berpikir, kami memutuskan menamai band kami “Versa” yang artinya
Berkebalikan gak tau lupa lagi Versa itu bahasa negara mana. Pertama kali kami
latihan yaitu di studio Manson, saat itu kami masih belum tahu bagaimana cara
memadukan semua alat musik ini. Jadi saat itu kami ditertawakan oleh operator
studio. Itu adalah pengalaman yang sangat memalukan ,karena kami tampak bodoh
dihadapan operator studio itu.
Nah saat itu kami berpikir untuk latihan di
kelas dahulu sebelum ke studio, jadi di studio kami tinggal mencoba dengan alat
musik elektrik tidak usah kembali mengulik lagu yang kami pilih. Lagu yang
pertamakali bisa saya bawakan ialah lagu “So far Away” dari Band Avenged
Sevenvold.
Setelah beberapa kali latihan di studio
Xiphos, kami tampil saat Pensi sekolah dan membawakan lagu “Welcome to My Life”
dan “What I’ve done”. Saat itu Yoga tidak ikut tampil karena ia sakit. Jadi kami
hanya tampil berempat. Kami tampil cukup baik saat itu, “Urang deg degan gir” kata Viali dengan bahasa Sundanya “Iya sama”
jawab saya. “ah sudahlah kita semua berhasil” kata Adit sambil menepuk-nepukan
tanngannya. Saat itu kami mulai mencari event-event
untuk kami memperlihatkan bakat kami dalam bidang musik. Tetapi sampai saat ini
kami belum menemukannya. Sepertinya kami membutuhkan manager, sampai-sampai
kami mempromosikan di jejaring sosial “Twitter”. Tetapi tetap saja tidak ada
yang menjawab .
Sekarang kami telah beranjak ke kelas 9.
Kami semua terpisah, hanya Yoga,Adit dan Arief yang tetap satu kelas. Saya
sangat ingin masuk ke kelas mereka, tetapi apa boleh buat, keputusan guru tidak
dapat lagi diganggu-gugat. Saat ini semua terasa berbeda karena tidak ada lagi “Banyolan”
Arief, “Ocehan” Raju, semuanya terasa berbeda sekarang. Teman kelas sekarang
juga menyenangkan, tetapi akan lebih menyenangkan bila ada mereka yang selalu
menghibur dalam situasi apapun. Tetapi walaupun kami telah berpisah, kami masih
selalu berkumpul saat istirahat dan saat pulang sekolah. Dan kami juga masih
sering latihan bareng di studio langganan kami sekarang yaitu Xiphos.
Sekarang tidak ada sms ataupun mention “Gir
besok PR apa aja?” dari mereka, sekarang mereka sudah sibuk dengan kelas baru
mereka. Tetapi jika kami bertemu atau berkumpul kami tidak pernah bertengkar
karena masalah apapun. Semua masalah kami selesaikan dengan tertawa sampai
berguling-guling .....
Pokoknya kalian sahabat terbaik yang saya
Punya.
Oleh: M.Ilham
Yusripar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar